Chapter 8
Ayah
"Kau..." jin wanita itu terlihat menelisik ekor Sangguni, "...Sarka."
Sangguni terlihat kaget saat mendengar jin wanita itu mengucapkan sebuah nama, "Bagaimana kau tahu nama ayahku?"
Bukan hanya Sangguni, kini justru si jin wanita lah yang terlihat kaget, namun sedetik kemudian ia tertawa nyalang, "Jadi benar Sarka adalah ayahmu? Kalau begitu kau adalah si darah kotor itu!" cemoohnya dengan tatapan tajam penuh kebencian.
Mengabaikan kata-kata kasar jin wanita dihadapannya, Sangguni lebih penasaran soal apa yang jin wanita itu tahu tentang ayahnya, "Bagaimana kau tahu ayahku? Kau mengenalnya?"
Tawa jin wanita itu kembali menggelegar, jikalau saja manusia bisa mendengarnya sudah dipastikan mereka semua akan gemetar ketakutan, "Tentu saja aku mengenalnya, aku adalah Marja, kakak dari ayahmu. Cih! Mengakui dia sebagai adik saja sudah membuatku malu dan muak. Dia adalah jin yang menghinakan dirinya dengan cara mencintai makhluk hina seperti manusia."
Kali ini omongan Marja seperti telak memukulnya. Selama hidupnya, baru kali ini ia bertemu dengan keluarga ayahnya, namun pertemuan ini terasa sangat buruk dengan tatapan merendahkan dan kata-kata yang penuh dengan hinaan, bukan hanya menghina dirinya, tetapi juga ayah bahkan ibunya, "Jaga bicaramu!"
"Ck ck ck. Bukankah di dunia manusia ada yang namanya tata krama dan sopan santun? Kau seharusnya tidak meninggikan suaramu saat berbicara denganku yang adalah kakak dari ayahmu, dan..." gelak tawa yang terdengar merendahkan kembali terdengar dari mulut Marja, dengan sesekali lidah bercabangnya menjulur keluar dengan bunyi desisan, "aku tidak harus menjaga cara bicaraku dengan mahkluk kotor dan rendah, apalagi yang dibuang oleh ayahnya sendiri seperti dirimu."
"Ayah tidak membuangku!" Sangguni mengatupkan giginya menahan amarah. Ia sangat yakin ayahnya tidak membuangnya, suatu hari nanti ayahnya pasti akan kembali menemuinya.
"Oh ya?" Marja tersenyum licik, "Sarka sudah memiliki pendamping, dan sudah memiliki anak. Tentu saja kali ini istri dan anaknya juga murni dari bangsa jin. Sekarang mereka hidup bahagia. Sarka sudah melupakanmu, apalagi ibumu yang sudah mati. Dia hanya mencintai wanita itu, bukan kau."
"Diam!!!" Sangguni melemparkan sebuah bola api berwarna hijau dari genggaman tangannya kearah Marja dan berhasil Marja hindari dengan mudah, "aku tidak ingin mendengar apapun lagi darimu!"
"Beraninya cecunguk kecil sepertimu menyerangku?! Kau—" kata-kata Marja terhenti begitu saja begitu melihat Sangguni berbalik badan dan menghilang begitu saja dihadapannya. Beberapa detik kemudian wajah kesal Marja dihiasi sebuah senyuman licik meremehkan, "Ya. Lebih baik kau kabur saja begitu. Kalau kau tetap disini, bisa-bisa aku menghabisimu."
Tanpa orang-orang sadari, Sangguni muncul di toilet dengan wujud manusianya lalu gadis cantik itu masuk kedalam salah satu bilik toilet yang kosong, duduk diatasnya lalu kemudian seketika wajah cantiknya berurai air mata. Saat ini hatinya terasa sakit, setelah sekian lama ia tidak mendapat kabar tentang ayahnya, ia malah mengetahui kenyataan bahwa ayahnya sudah hidup bahagia dan melupakannya. Jadi selama ini harapannya adalah harapan kosong tanpa arti. Harapan jika suatu hari nanti ayahnya akan menemuinya dan hidup bersamanya seperti sebuah keluarga yang bahagia, setidaknya sisi manusianya masih mengharapkan itu sampai saat ini sebelum Marja mengatakan hal-hal menyakitkan tentang dirinya.
Saat ini ia ingin sekali pergi ke alam sarpa untuk memastikan sendiri apa perkataan Marja benar adanya ataukah jin wanita itu hanya membodohinya. Akan tetapi, kalau ia memaksakan diri masuk ke alam sarpa, bisa saja para jin penjaga mengetahui keberadaannya lalu menangkap Sangguni. Bagaimanapum dunia manusia lebih bersahabat untuk makhluk setengah jin dan setengah manusia sepertinya, selama Sangguni mampu menyembunyikan identitas sesungguhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangguni
FantasySangguni terpesona pada manik mata sewarna emerald milik Nirva, pria yang ia temui di hutan. Tapi apakah Nirva tidak akan ketakutan bila melihat wujud aslinya?