Kesetiaan itu susah dilakukan jika kita tidak pandai dalam memahami apa itu arti dari kesetiaan.- Jesica Carrolien
*******
Derrel melangkahkan kakinya untuk menuju salah satu kursi kosong yang diperintahkan oleh gurunya. Sedari tadi banyak yang menatap kearahnya terkecuali satu orang perempuan yang hingga saat ini masih disibukan dengan kegiatannya. Hingga dirinya sudah menduduki kursi kosong yang berada dibelakang nya perempuan tersebut tetap saja tidak pernah mengalihkan pandangannya.
Derrel merasa heran, sebenenarnya apa yang menarik dari kegiatan nya itu sampai-sampai perempuan itu tidak pernah menolehkan pandangannya sedikitpun terhadap dirinya.
Derrel memandang perempuan aneh yang didepannya itu cukup lama hingga lamunan Derrel seketika buyar ketika seorang laki-laki yang berada disebelahnya menyapanya.
"Hai Derrel. Kenalin gue Vero"
Laki-laki yang berada disebelahnya mengulurkan tangannya bermaksud untuk mengajaknya berkenalan. Derrel pun membalas uluran tangan tersebut dan tersenyum ramah.
"Eh iya kenalin juga temen gue yang dibelakang, yang ini namanya Anjas trus yang ini namanya Zidan" lanjut Vero sambil menunjuk Anjas yang berada disebalah kanan sedangkan Zidan yang berada disebelah kiri. Derrel mengangguk-anggukan kepalanya seraya mengingat nama-nama yang sudah disebutkan Vero tadi.
"Hai bro!" Ujar kedua laki-laki tersebut kompak. Derrel membalas sapaan mereka dengan tersenyum ramah.
Kelas kini kembali hening karna sistem pelajaran sudah dimulai. Semua siswa dan siswi tampak sedang mengerjakan tugas yang sudah diberikan oleh guru tersebut.
Derrel yang merasa lelah dan mengantuk kini mulai memberhentikan aksi menulisnya. ia menaruh pulpen yang sedari tadi digengamnya untuk ditaruh disamping buku. Ia kemudian meregangkan otot-ototnya agar rasa lelah dan kantuknya itu bisa hilang.
setelah rasa lelah dan kantuknya hilang Derrel pun melanjutkan kegiatannya kembali, tanpa sadar tanggannya menyenggol buku tulisnya hingga menyebabkan pulpen yang berada di sebelahnya itu berguling kearah kolong kursi yang berada didepannya.
Derrel berdecak kesal, dengan susah payah ia berusaha menggapai pulpen tersebut dengan kakinya. Tetapi bukannya malah semakin mendekat justru pulpen tersebut malah semakin menjauh.
Sebenarnya Derrel bisa saja meminta tolong kepada perempuan yang duduk didepannya. Tapi berhubung gelagat perempuan itu yang tidak bersahabat sejak ia mengginjakkan kakinya disekolah ini, ia pun mengurungkan niat nya itu.
Ia kini binggung harus melakukan apa, tidak mungkin kan ia masuk kekolong meja, nanti yang ada orang-orang malah mengiranya ia adalah tukang ngintip. Akhirnya setelah lama berfikir ia pun memutuskan untuk meminta tolong kepada perempuan yang berada didepannya itu.
Dengan ragu ia menepuk pelan pundak perempuan itu membuat perempuan yang berada didepannya itu menoleh kebelakang dengan wajah datarnya.
"eh-itu, gue boleh minta tolong ga? tolong ambilin pulpen gue yang jatoh di deket kaki lo" Derrel bertanya ragu-ragu. Perempuan itu menaikan sebelah alisnya dan melirik kebawah kakinya. Dan benar saja disana terdapat satu buah pulpen milik laki-laki tersebut.
Perempuan itu mengambil pulpen tersebut dan memberikannya kepada Derrel tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Belum Derrel mengucapkan terimakasih perempuan itu sudah buru-buru membalik kan badannya dan melanjutkan kegiatannya kembali.
Derrel memandang tak percaya kepada sosok perempuan didepannya itu. Mengapa perempuan itu sangat tidak bersahabat dengan dirinya.
Tatapannya yang tajam serta wajahnya yang datar tanpa ekspresi membuat Derrel merasa sedikit takut. Memang ada yang salah dengan dirinya? atau perempuan itu marah kepadanya gara-gara tadi pagi ia menabraknya. Jika itu memang benar sepertinya nanti ia harus meminta maaf.
![](https://img.wattpad.com/cover/121006764-288-k848772.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Crumbs of Hearts
Teen FictionMungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus berhenti mencintai seseorang, Bukan karena orang itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya. **