BAB 6. KENCAN CHARLOTTE

49 7 0
                                    

Guruh POV

"Gur, lo harus bener-bener jangan jatuhin harga diri lo sebagai cowok paling tajir di komplek lo. Gua yakin, tuh bule pasti klepek-klepek liat tampang lo yang Brandon Salim banget. Gua percaya, David Bekham aja kalah--"

"Bacot lo ah, Di." gua mendengus, menyisir rambut pomade gua menggunakan jari. "Demi lo nih. Gua rela jatohin harga diri gua buat ngechat si blonde. Gua kira gampang, eh, dia malah minta kencan ala orang borjuis. Bener apa kata Nadia, bakal tekor banyak gua malam ini."

Aldi melipat tangan, melihat gua masih bertekur di depan cermin rias kamar dia. Malam ini, tepat pukul tujuh malam gua sengaja meminta izin sama Papa buat pergi ke rumah Aldi menggunakan mobil hitam metallic keluaran terbaru di tv. Awalnya Papa gak setuju dan lebih memilih gua buat pergi menggunakan motor. Karena alasannya takut terkena begal dan mobil adalah satu-satunya kendaraan yang aman, alhasil beliau mengizinkan. Walau dengan raut muka jengkel, Papa membiarkan gua pergi ke rumah Aldi.

Iya juga kali kalo gua mau kencan sama si Blonde jemput dia pakai motor matic? Jatoh parah harga diri gua sebagai cowok ganteng berduit. Walaupun berduit, tapi gua selalu hemat. Seperti Mama. Kalian juga pasti tahu kalau gua sering minta traktir sama Aldi daripada ngeluarin duit? Cowok hemat.

Aldi berdeham, melempar kartu atm ke arah gua, "Lo jangan takut dibilang kere. Udah gua siapin. Noh uang makan malam lo."

Gua melirik atm milik dia, dan gua tahu banget orang tua Aldi itu baik banget. Gua berdecih, dia bela-belain dapet info dari si Blonde cuma buat bantuin kasus ayahnya Nadia dengan mengorbankan berbagai cara. Cewek dengan asal-usul gak jelas yang ngaku-ngaku turunan orang Belanda. Tapi versi kere. Makanya dia dibantuin Aldi.

"Gua pake duit jajan aja. Gak usah dari lo." gua menyimpan kartu atm itu di atas meja kaca rias, "Gua gak sekere itu. Gua tajir, gua ganteng, gua random, tapi gua gak mau bersenang-senang pakai duit lo. Simpen aja."

"Songong banget lo, anjir." Aldi tertawa, menepuk pundak gua keras, "Gua doakan dinnernya sukses! Sikat bro! Anak direktur, kapan lagi, Gur!"

Gua menggeleng jengah, teringat sesuatu, "Oh, jangan lupa, lo mending ke rumah Nadia, bawa tab gua dan liat aktivitas gua di sana lewat ini."

Gua menyerahkan satu komputer tablet dan earphone yang sudah tersambung dengan kamera hape gua. Yap, manual. Cuma ini satu-satunya ide yang terlintas saat Aldi meminta gua memancing Charlotte tadi siang. Seharusnya pake cctv pulpen atau kancing kamera kayak di film-film action, tapi kita gak punya waktu buat pakai atau maksudnya beli yang begituan. Cukup hape gua yang sedari tadi aktif video call di saku celana gua. Sementara gua pegang satu hape lagi di saku jas. Biar mengalihkan perhatian dia. Hebat kan gua? Sherlock Holmes.

Aldi yang mengerti dengan maksud dari tab dan ponsel video call yang gua kasih mendadak tertawa sinis.

"Anjir, sehati juga lo, Gur. Gua pikir lo gak bakal mikirin apa yang sebenarnya gua pikirkan sedari tadi! Wgs!"

"Guruh!" Gua menunjuk diri, bangga, "Gua cabut sekarang!" gua beranjak dari kamar Aldi pergi ke rumah Charlotte. Bodo amat deh gua kena semprot besok, yang penting gua sekarang mempunyai misi seperti detektive sungguhan.

*

Nadia PoV

Sudah beberapa menit sejak kedatangan Aldi ke rumah, kami hanya bisa diam saat Ayah terus saja mengamati wajah Aldi yang nampak serius membaca buku cetak di tangannya. Satu earphone terpasang di masing-masing telinga. Kami mulai mengamati video call di balik buku cetak yang kami pegang. Yap, alibi supaya Ayah percaya bahwa kami sedang belajar, bukan menonton tayangan drama romance Guruh dengan Charlotte di sana. Guruh sengaja menyimpan ponselnya yang tersambung dengan tab miliknya tepat di saku celananya dengan posisi tepat di bawah meja makan. Hanya wajah Guruh saja yang terlihat so cool dari layar ponsel. Suara mereka terdengar jelas, dan Charlotte sama sekali tidak menyadari itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RIDDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang