Chapter 4

89 0 0
                                    

Dari sudut matanya, Harry menangkap, salah seorang peserta membuka cincin dari tangannya, kelihatannya emas beneran. Ia memberikan pada peserta lain didepannya, sahabatnya.

Kemudian mereka saling berpelukan, sambil sama-sama menangis. Ohh, tidak!

Harry kembali menatap arloji seratus enam puluh ribunya yang baru dibeli 3 hari yang lalu itu. Ini.. acara ini main-main aja kan? Kalo gua kasih arloji gua, nanti bakal kembali kan? Batinnya cemas. Ditatapnya kembali Niall.

“Niall...!” Harry berbisik halus niall tidak bergeming, ia tetap tertunduk.

“Niall..!” sekali lagi. Tapi gak disangka sama sekali Niall ternyata sedang menangis. Ikut-ikutan peserta lain.

Bener! Asli! Niall nangis!

Meski kacamatanya menghalangi, tapi air mata itu tetep kelihatan. Harry menelan ludah.. bertambah-tambahlah kebingungannya.

Kenapa gua begitu mencintai arloji ini? Kenapa begitu berat melepaskannya, padahal hanya untuk Niall? Sahabat gue! Bukan orang lain! Apakah karena Niall orang anak berada dan ia sendiri mampu membeli arloji yang lebih bagus dari ini? Harry membatin.

Tidak! Tuhan tidak melihat hal itu! Ia tengah menguji gue, benda yang paling gue sayangin adalah arloji ini. Semakin berat gue melepaskannya, semakin besar pahala yang gue dapet dari-Nya, kan?

Harry mencoba menguatkan hatinya, mulai dielusnya arloji itu. Dan tiba-tiba, air matanya juga mengalir.

Ya ampun, betapa bohonnya keimanan gue jika untuk hal yang seperti ini saja gak bisa gue lakuin.

Tapi! Niall kan gak memerluka ini. Sisi lain batinnya berargumen, meragukannya.

Tidak! Ini adalah barang yang paling gue cintai, meski Niall gak ngerasa demikian, tapi dengan memberikan arloji ini, gue dapet membuktikan bahwa gue lebih memcintainya, daripada benda ini.

Perlahan namun pasti, dibukanya arloji iti, selamat tinggal!

“Niall..” Harry meraih tangan kiri Niall, kemudian memasangakn arloji itu ditangannya.

“Gue cinta lu sebagai sahabat gue Niall! Ucapnya yang seketika itu juga memerahkan pipinya, Niall membenarkan kacamatanya. Kemudian merangkul Harry erat, seolah gak bisa di lepas.

“Niall!”

“Harry!”

Saat sesegukan itu lah, Niall menyelipkan sesuatu di dalam kantong belakang celana Harry. Mereka berpelukan lama sekali.

Begitu pelukannya terbuka.

“Elu, gak ngasih gua guling, Niall?” Harry ngeledek. Niall langsung meninju bahunya lemah. Tertawa diantara senggukan.

“Pokoknya besok gantian lu yang harus anterin gue ke toko, Harry!”“Ha? Ngapain? Lu mau gadein arloji dari gua ya?”

“Yah! Ketahuan!” Niall ikutan ngeledek. Harry ikut tergelak.

Tapi, sesaat kemudian ia gak bisa tergelak lagi.

Begitu dirogohnya kantong celana belakangnya yang menebal, dan kemudan ditemukannya barang itu, yang tadi ditaruh Niall disitu. Ia malah langsung melotot.

“Niall?” serunya terlonjak. Niall mengulas sebuah senyuman.

“Harry! Gua juga cinta lu sebagai sahabat gua!” serunya, Harry menggeleng.

ke Chapter 5 

ARLOJIWhere stories live. Discover now