01 - Tin Can Phone

493 51 1
                                    

[2014]

          Dilihat darimanapun, Lee Taeyong itu sempurna -- sangat. Lupakan soal ia yang merupakan seorang trouble maker. Garis rahang sempurna yang tajam itu memperlengkap parasnya. Jika Lee Taeyong adalah sebuah kiasan, maka ia adalah merak yang indah, dan Kim Jisoo sebagai gagak buruk rupa.

"Taeyong!" Itu suara Jisoo yang pagi-pagi sebelum pelajaran dimulai sudah melengking memenuhi ruangan kantin. Meskipun banyak orang yang menatapnya sebal karena dianggap sebagai perusak ketenangan, Jisoo tidak peduli. Karena kalau Jisoo memanggil Taeyong dengan suara pelan dan gemulai, Taeyong tidak pernah menoleh ataupun menyahut.

Tidak dengar? Pura-pura tidak dengar tepatnya.

Bagi Taeyong, Jisoo meupakan hama pengganggu di hidupnya. Dari Taeyong yang hanya sekedar jabang bayi hingga menjadi lelaki dewasa, Jisoo tetap saja mengejar-ngejarnya. Taeyong tidak bisa melupakan satu fakta tentang Kim Jisoo yang merupakan tetangga sebelah rumahnya yang paling annoying; menyanyi dengan keras saat tengah malam, berteriak marah-marah ketika sedang menonton film.

"Ini, untukmu!" Jisoo menyerahkan satu batang coklat yang dihias dengan pita merah muda di atasnya. Tampak menggemaskan jika saja Taeyong adalah seorang perempuan. Sayangnya ia jantan! Merah muda tidak sesuai dengan seleranya. Taeyong lebih menyukai warna hitam karena memberikan kesan misterius dan gelap. Tidak mau dianggap tidak menghargai, Taeyong mengambil coklat yang disodorkan Jisoo.

Jisoo tersenyum malu-malu sambil menunduk ketika beberapa teman menggodanya. Hampir seluruh murid di sekolah ini tahu bahwa Jisoo adalah maniak Taeyong, termasuk orang yang bersangkutan -- Taeyong pun tahu. Hanya saja, Taeyong berpura-pura tidak tahu dan tidak peka dengan tanda-tanda cinta dari Jisoo.

"Aku menyukaimu," Jisoo bercicit pelan namun, Taeyong dapat mendengarnya. Taeyong memilih untuk berpura-pura tidak dengar saja daripada urusannya akan semakin panjang dengan penolakkan yang nantinya ia berikan jika Jisoo tetap memaksa. Senggolan pelan di bahunya membuat Taeyong menoleh ke arah kirinya. Ten sebagai pelaku utama sudah tertawa-tiwi. "Jisoo bilang, dia menyukaimu!"

Suara Ten yang melengking itu menarik perhatian murid yang semakin banyak berkumpul di kantin. Maklum, sudah hampir mendekati bel masuk sekolah. Kebanyakan dari mereka memilih untuk sarapan pagi di kantin sekolah terlebih dahulu. "Bagaimana? Kau mau?" tanya Jisoo.

"Apa?"

"Jadi pacarku! Aku berjanji tidak akan bermain belakang ataupun menjadi pacar yang tidak setia. Aku juga tidak akan mendekati lelaki manapun kecuali kau!" Jisoo berucap kesenangan meskipun Taeyong hanya menatapnya dengan tatapan paling datar yang ia punya. Tidak ada yang aneh pada hati Taeyong, ia sudah menyiapkan penolakkan jauh-jauh hari dari hari ini.

"Tidak mau, jelek!" ucapnya sedikit menjengkelkan. Jisoo berdecak pelan karena usahanya gagal lagi kali ini. Padahal ia sudah meminta saran dari Lisa yang merupakan pacar dari Ten. Yang Jisoo tahu, Lisa sangat pintar menakhlukkan hati laki-laki.

"Bahkan Taeyong pun aku bisa. Hanya saja aku terlalu setia dengan Ten!" ucapnya waktu itu. Dan Jisoo sekarang yakin bahwa apa yang dikatakan Lalisa Manoban hanya sebuah alibi atau kebohongan belaka.

"Harusnya kau sadar. Wajahmu tidak memumpuni, tubuhmu pendek, tidak seksi!"

Jisoo mengutuk mulut Taeyong yang baru kali ini berucap panjang namun pedas. Dilihat darimana pun, Jisoo cantik meskipun tidak secantik Bae Irene, tapi tidak seharusnya Taeyong mengatakan Jisoo pendek karena Taeyong sendiri juga kekurangan tinggi badan.

"Pergi sana," usirnya. Jangan tanya betapa sakit hatinya Jisoo kali ini, karena jawabannya tidak terhingga. Terlalu sakit hingga Jisoo tidak bisa mendeskripsikan perasaannya. Bisa saja Jisoo menampar Taeyong hingga cap tangannya tertinggal di pipi putih itu, sayangnya ia masih tahu harga diri. Apa kata orang nanti? Sudah di tolak tidak terima pula!

7TEEN | +TaeSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang