Chapter 2

326 26 8
                                    

Disclaimer : Hiro Mashima

Ku cuma minjam tokoh-tokohnya doang

Warning : Typo, Ceritanya gak jelas, Garing (mungkin), dan Abal-abal

____________________________________

Setelah pelajaran selesai, dosen pun keluar dan tak lama kemudian segerombolan cewek menghampiriku.

“Ehh, cabe. Denger ya, jangan pernah dekat-dekat sama Natsu.” Kata cewek dengan rambut silver sebahu padaku.

‘Aku cabe? Bukankah kau yang cabe disini?’batinku. “Emang kenapa?” tanyaku datar. Cewek tadi pun menarik rambutku dengan kasar dan tersenyum sinis.

“Asal kau tau aja ya, Natsu hanya milikku. Milikku seorang” katanya dengan penekanan nada di akhirnya yang masih menarik rambutku kasar. Aku hanya diam, karena aku malas menanggapinya. Buang-buang tenaga saja. Setelah bosan pada reaksiku yang biasa saja, diapun melepaskan rambutku dan mendorongku, lalu pergi. Alhasil tanganku pun tergores kursi dan berdarah. Lalu aku bangkit dan pergi dari sana.

Sekarang jam 3 siang, aku pun pulang untuk istirahat sebelum pergi part time. 3 jam kemudian aku pun terbangun lalu pergi mandi untuk bersiap-siap kerja. Kemudian aku pun pergi dari apartemenku. Apa? Kalian bertanya apa pekerjaan part time ku? Nanti pun kalian tahu.

“Erza-nee, tolong antarkan ke meja 3” kata seorang bartender berkulit coklat dan berambut pirang padaku.

“Baiklah, Sho” kataku pada bartender bernama Sho itu lalu mengantar pesanan.

Iya, kalian benar. Aku bekerja di sebuah klub malam bernama Raven Tail sebagai pelayan. Bukan berarti aku melayanin para hidung belang untuk tidur bersama mereka ataupun sekedar duduk menemani mereka minum. Aku hanya menulis ataupun mengantar pesanan saja walau gajinya tidak sebesar dengan melayanin para hidung belang itu. Aku masih punya moral untuk tidak melakukan pekerjaan kotor itu.

Hmm? Natsu? Dia tidak tahu aku bekerja disini. Jika dia tahu, pasti aku akan dimarahinya,  belum lagi calon kakak iparnya yang super cerewet itu.

Keluarga Natsu pernah menawariku tinggal di rumah mereka yang besar itu padaku, tapi aku menolaknya. Mereka juga memberiku uang dengan jumlah besar padaku setiap bulannya, dan lagi-lagi aku menolaknya. Kenapa? Aku tak ingin merepotkan mereka. Aku tau mendiang ayahku pernah membantu paman Igneel, dan pastinya paman Igneel ingin membalas budi ayahku.

“Kau cantik sekali. Sini, main sama abang” kata seorang pria di meja 3 sambil memeluk seorang wanita disampingnya.

“Maaf, saya masih banyak pekerjaan” kataku sopan.

“Sudah la, tak usah dikerjakan. Abang yang akan bertanggung jawab jika kau dimarahi bosmu. Ayo duduk sini sama abang” kata orang tadi sambil menarik tanganku. Aku pun mencoba melepaskan tangannya, tapi pegangan tangannya sangat kuat sehingga pergelangan tanganku menjadi merah.

“Kumohon, lepaskan!” kataku yan sudah tak tahan menahan emosi

“Kau makin cantik jika marah. Makin pengen abang makan ni” katanya dengan wajah mesum.

Sraahh

Aku sudah tak tahan lagi, jadi aku menyiram minuman yang pria hidung belang pesan tadi ke wajahnya dan melepaskan tangannya dari tanganku. Pria itu pun bangkit dan bersiap menaparku, refleks aku pun menutup mataku.

“Nee-chan!” teriak Sho yang tak sengaja melihatku dan langsung berlari menuju arahku.

Karena aku tidak merasakan tangan pria itu mengenai wajahku, jadi kubuka mataku, tangan pria itu ditahan oleh seseorang yang kukenal. Simon, seorang pelayan sama sepertiku yang menahan tangan pria itu lalu menepisnya. Tak lama kemudian, datanglah bos karena mendengar keributan yang ada di barnya. Setelah dijelaskan...

The Power Of Make Up ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang