🌊❤️🍰
Episode 17
♡ 別の話。♡
_cerita lain_
🌊❤️🍰
"Jadi seharusnya kalimat ini menggunakan kata ganti jamak, akan kubuat catatan dibawahnya agar kau lebih mudah mengingatnya, Yeri-san." Hirai Momo duduk disampingnya dan berusaha mengajarinya seribu satu kata dalam Bahasa Inggris, kata-kata yang ia yakini sama sekali tidak terserap otaknya. Yerim menghela napas untuk yang kelima kalinya – itu yang ia hitung, ia tahu Momo mungkin sudah mendengar lebih dari itu. "Nah, lusa akan aku test kalian berdua. Oke?"
"Tapi Hirai-san, aku belum mengerti bagian ini." Tzuyu, yang duduk disampingnya dengan wajah masam, memilih untuk tetap ikut belajar semenjak hari itu. Walaupun wajahnya selalu nampak tak senang, ia melakukan tanggung jawabnya dengan baik. Momo, nampaknya sudah tak lagi khawatir dengan sikap Tzuyu yang cenderung dingin – padahal, jika ia melihat tingkah laku sehari-harinya, Yerim yakin Momo akan merasa ngeri setengah mati karena takut berbuat salah. "Kurasa grammarnya sudah benar, aku mempelajarinya semalam suntuk dua hari yang lalu."
"Grammarnya benar, tapi perhatikan susunan katanya – seperti ini." Momo menuliskan koreksi dibawah kalimat Tzuyu yang kini sudah dilingkari dengan tinta merah sebagai pengingat, sementara gadis itu hanya mengangguk mengerti setelah memahami apa yang tidak dimengertinya. Momo menatap lembaran-lembaran kertas dihadapannya dengan puas. "Kalau begitu, hari ini kita sudahi ya."
Tzuyu tidak mengatakan apapun lagi, gadis itu menutup buku Bahasa Inggrisnya dengan debaman kasar dan gerutuan kecil, bibirnya mengerucut – Yerim sudah melihat Tzuyu jengkel, seringkali seperti itu – tapi rasanya ia tidak pernah membuat ekspresi semacam ini. Ia mengikuti arah pandang Tzuyu, mendapati Jeongguk yang sedang mengaduk sesuatu di cangkirnya di dapur utama, disebrang ruang tamu – membiarkan Momo berdiri disampingnya dan menjejalkan sepotong cookies kedalam mulutnya.
"Kau sudah tahu sebelum aku ya?" Yerim bertanya tanpa perasaan ragu sedikit pun, iris matanya mencuri-curi pandang kearah Tzuyu yang masih asyik menyedot jus semangkanya acuh tak acuh, meneguknya sampai habis. "Tentang Momo-san dan Jeongguk?"
"Kau sudah memanggilnya seperti itu?" Tzuyu mengerenyit, menyadari detail didalam kalimat tanya Yerim, menoleh kearahnya dengan satu alis terangkat – yang beberapa milisekon kemudian berubah seperti semula. "Yah, kalian satu sekolah sih – seumuran juga, sudah berbulan-bulan tinggal bersama, sudah pasti unnie memanggilnya dengan nama saja. Tak perlu suffiks atau apalah itu."
Serius, kenapa sih Tzuyu malah memperhatikan detail seperti itu?
Yerim mengerutkan keningnya. Dipikir-pikir, Tzuyu sendiri juga seperti itu – memanggil Jeongguk dengan panggilan oppa seenaknya, jangankan Jeongguk – ia sendiri pun tidak tahu sejak kapan gadis itu memanggilnya unnie. Dia tidak pernah menolak, lagipula ini adalah tempat dimana ia tinggal, dimana ia berada, semua yang tinggal di dalam Midomori menganggapnya keluarga. Dan dengan mudahnya, ia pun menganggap mereka seperti bagian dari keluarganya di negara orang ini.
"Tentu saja aku sudah tahu lebih dulu darimu." Yerim mengerjap beberapa kali setelah ia mendengar sahutan dari Tzuyu, gadis itu masih membiarkan matanya menatap ke arah Tzuyu dan Jeongguk – kali ini dengan Jaehyun yang entah sejak kapan ada ditengah mereka. "Tidak sengaja aku melihat ponsel Jeongguk-oppa tergeletak di meja. Unnie ingat malam itu? Perayaan lolosnya oppa ke turnamen selanjutnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Together, from now on!
Fanfiction[A FEW CHAPTER PRIVATED] Siapa sih yang tidak tergila-gila pada Jeon Jeongguk? Wajah tampan bak patung Adonis di Roma, tubuh proporsional yang tegap hasil dari skill atletik selama bertahun-tahun, plus otak encer dengan IQ diatas rata-rata. Tuhan it...