Park Jimin hanyalah seorang anak laki-laki berusia 7 tahun yang tinggal di pesisir pantai di kota Busan, bersama dengan neneknya.
Kedua orang tua Jimin telah bercerai saat Jimin masih berusia 5 tahun. dengan hak asuh Jimin yang jatuh ketangan sang ibu. Tetapi ibu Jimin seolah tak ingin hak asuh itu jatuh ketangannya, sehingga ia menelantarkan Jimin. Kemudian menikah lagi.
Dan sang ayah pun seolah lost contact dengan Jimin setelah perceraian itu.
Beruntunglah sang nenek sangat menyayangi Jimin. Sehingga Jimin dirawatnya dengan penuh kasih sayang.
Jimin merasa bahagia meskipun hari-harinya tanpa sosok sang ibu atau pun ayahnya. Asalkan Jimin selalu dengan neneknya, Jimin rasa dirinya sudah cukup mendapatkan kasih sayang.
●
"Jiminie!"
"Ne Halmeoni?"
"Halmeoni mau kepasar dulu. Jiminie jaga rumah ya? Kalau main jangan jauh-jauh."
"Ne halmeoni.."
Jimin melambaikan tanganya dengan semangat kearah sang nenek yang berjalan menjauh. Bahkan hingga punggung sang nenek menghilang ditelan belokan jalan, Jimin masih setia berdiri didepan rumahnya.
"Hm.. Hari ini Jiminie main apa ya?" Gumam Jimin pelan.
Kaki-kaki kecilnya melangkah menuju jajaran bunga didalam pot yang telah diatur sedemikian rupa oleh sang nenek.
Jimin tatap jajaran bunga itu dengan senyum mengembang. Sedikit memekik ketika melihat seekor kupu-kupu kecil yang hinggap di salah satu bunga guna menghisap nektarnya.
"Cantiknya." Gumam Jimin ketika menatap kearah sayap milik sang kupu-kupu.
"Jiminie juga mau punya sayap. Jiminie mau terbang bebas." Ujar Jimin semangat.
Sesekali, ia rentangkan tangannya lebar-lebar. Kemudian ia gerakan keatas dan kebawah, seolah-olah kedua tangannya adalah sayap yang bisa membawanya terbang.
Kemudian ia gerakan kedua kaki kecilnya untuk berlari keluar pekarangan rumah. Menyusuri hamparan pasir putih itu dengan kaki telanjang. Merasakan ketika butiran-butiran pasir itu menggelitik telapak kakinya.
Jimin berlari sembari tertawa keras. Sesekali ia akan bersuara 'whuus' seperti suara sebuah angin yang tengah berhembus.
Jimin terus berlari. Tanpa tau kemana kaki kecilnya akan melangkah. Jimin menghentikan larinya ketika dirinya tiba di salah satu bibir tebing.
Ia pandangi hamparan air laut yang berwarna biru jernih sejauh mata memandang. Terdapat pula beberapa bongkah karang yang menghiasinya.
Jimin tersenyum lebar. Membuat kedua matanya menyipit seperti bulan sabit. Ia rasakan angin sepoi-sepoi yang memainkan surai arangnya pelan.
"Mochi."
Jimin mengeriyit. Suara seseorang mengalun indah dikedua indra pendengarannya.
Tapi sebuah tanda tanya besar muncul dikepala Jimin. Siapa itu mochi??
Karena Jimin merasa kalau suara itu tidak memanggilnya. Dan juga ia tak mengenali siapa pemilik suara itu. Jimin memilih untuk mengabaikannya.
"Mochiiii.."
Tapi lagi-lagi suara itu terdengar. Dan kali ini berada lebih dekat dengan tempatnya. Atau mungkin memang pemilik suara itu berada dibelakangnya.
Jimin pikir tak ada salahnya untuk menanyakan siapa mochi yang dipanggil pemilik suara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
So Far Away
Fanfiction"Ekspetasi tak akan pernah sesuai dengan realita." YoonMin And TaeKook Top!Yoon Bot!Min Top!Tae Bot!Kook