II

956 102 2
                                    

Drap... drap... drap...

"WOOA.. AHJUSSI TUNGGU.."

Jimin mempercepat larinya, sedangkan ahjussi yang dipanggilnya berusaha mengusili Jimin dengan menutup gerbang sekolah secara perlahan-lahan.

Dan tepat di detik-detik terakhir, Jimin berhasil memasukan tubuhnya kedalam halaman sekolah. Jimin mencoba menetralkan nafasnya yang terputus-putus, akibat berlari dari rumahnya menuju sekolah.

Ahjussi penjaga gerbang itu terkikik geli karena baru saja menjahili seorang namja imut berusia 17 tahun bernama Park Jimin.

"Ah.. Ahjussi jahat." Ujar Jimin sembari mencembik.

"Hehe, maaf Jiminie. Habisnya, kau itu selalu berangkat sangat siang. Bahkan sering sekali nyaris seperti tadi, walaupun kau belum pernah terlambat." Ujar ahjussi itu sembari memberikan Jimin sebotol air mineral yang baru saja ia ambil dari pos jaganya.

Jimin mengambil air mineral itu. Setelah mengucap terimakasih, Jimin langsung menegak isinya. Menghabiskannya hingga hampir setengahnya, mendesah lega ketika tenggorokannya yang kering terasa segar kembali.

"Jiminie, sebaiknya kau segera ke kelas. Bel sudah berbunyi beberapa saat yang lalu."

Jimin tersentak. Ia langsung berdiri tegak.

"Ahjussi, terimakasih untuk minumannya. Jiminie kekelas dulu ya." Ahjussi itu mengangguk.

Tanpa babibu Jimin langsung berlari. Dalam hati ia merapal do'a, semoga guru yang mengajar kelasnya jam pertama ini belum tiba.

XoX

Jimin melirikan matanya kedalam kelas melalui jendela di koridor. Mencoba melihat apakah sang guru sudah ada disana atau belum. Dan ketika fokusnya berada pada sosok seorang perempuan berusia sekitar 40 tahunan tengah berdiri didepan kelas, Jimin tau ia sudah tamat.

"U-uh.. kenapa Im ssaem sudah di kelas? Duh, Jiminie harus bagaimana? Kalau masuk nanti dihukum disuruh berdiri di luar. Apa lebih baik bolos saja ya?"

Jimin masih melirik takut-takut kearah kelas. Mencoba berpikir apa yang sebaiknya ia lakukan. Masuk atau pun tidak, Jimin yakin dirinya akan ketinggalan materi hari ini.

Namun Jimin total bingung ketika Im ssaem justru berjalan menuju pintu. Jimin langsung kalang kabut ketika pintu itu terbuka secara perlahan.

Jimin yang panik langsung saja membuka pintu kelas lain secara spontan. Kemudian menutup pintunya dengan cukup kencang hingga membuat seluruh penghuni kelas itu menatap kearahnya dengan pandangan bingung.

Jimin yang sadar atas apa yang ia lakukan hanya tersenyum kikuk. Perlahan tapi pasti ia rasakan kedua pipi bak mochinya yang memanas. Jimin yakin pipinya sekarang telah memerah seperti tomat.

Beruntunglah guru yang seharusnya mengajar di kelas itu belum masuk.

"Uh, maaf. Sepertinya Jiminie salah kelas. Jiminie permisi dulu ya teman-teman."

Secepat kilat Jimin langsung berlari keluar kelas. Ia kembali sedikit melirik kedalam kelas, dan melihat teman-teman sekelasnya yang tengah bersenda gurau membuat Jimin memilih untuk masuk kelas.

Ceklek..

Semua pasang mata langsung mengalihkan perhatian kearahnya. Jimin tersenyum kikuk. Ia tutup pintu kelasnya perlahan dan langsung melangkahkan kakinya ke mejanya yang ada di baris ketiga dari depan di samping jendela.

So Far AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang