Victims (Part 1)

5 0 0
                                    

Seperti biasa, aku menjadi penumpang ojek gratisan ini. Setelah sampai, tukang ojek ini memarkirkan motornya di tempat yang sudah disediakan. Mengikat roda-nya dengan rantai dan menguncinya dengan gembok, lalu menyerahkan kuncinya padaku.

Kami berjalan menyusuri koridor menuju kelas paling ujung di koridor ini. Begitu sampai, kami menyimpan tas dan langsung pergi ke lapang untuk upacara. Upacara hari ini begitu khidmat. Bapak kepala sekolah juga menyampaikan hal yang menarik pada kami semua, sehingga kami tidak bosan. Setelahnya, ada pengumuman bahwa kami harus menunda pelajaran pertama karena akan diadakan rapat para guru. Ada yang merasa senang kegirangan, yang biasa saja, dan kecewa. Meskipun mayoritas merasa senang.

Kami kembali ke kelas. Hana dan siswi kelasku yang lain sudah duluan pergi karena mereka baris di paling belakang. "Kenapa aku selalu di tinggal ya? Apakah aku ini selambat siput?" Kataku berbisik.

"Kamu memang lambat seperti siput, Alexa!" Seseorang menepuk pundakku dari belakang.

"Kamu lagi! Huh! Kenapa sih aku selalu bertemu denganmu!"

"Siapa juga yang mau bertemu denganmu gadis aneh! Kamu tahu kamu berbeda?" (Dalam bayangan Zena, Alexa yang pendiam dan tidak peka itu kebalikan dari perempuan dan menurutnya itu aneh) Zena berlalu pergi mendahuluiku. Aku berusaha mengikutinya. 'Jalannya cepat sekali! Apa mentang-mentang kakinya lebih panjang dariku? Huh!'

Tak sengaja kami berpapasan dengan pasangan yang kami sebut pasangan vampir misterius yang tidak pernah berpisah sekalipun kecuali saat ke toilet. Mereka berhenti sesaat dan yang laki-laki tiba-tiba menggenggam lengan kanan Zena untuk menghentikannya. Sontak, akupun kaget dan ikut berhenti. Tapi karena aku pikir itu tidak ada hubungannya denganku, jadi aku bermaksud pergi. "Ginger!" Kata yang perempuan menghentikanku.

"Bisa bicara sebentar?" Kata perempuan itu datar.

"Ba, baiklah." Kataku ragu. Dalam hati 'Aku takuuut! Ada apa ini???'.

Mereka membawa kami ke suatu tempat dengan tetap memegang tangan kami. Mungkin mereka takut kami kabur. Zena sudah sedaritadi meronta-ronta meminta dan berusaha melepaskan genggaman anak laki-laki itu, tapi tetap tidak dilepaskan. Genggamannya terlihat kuat sekali. Begitu juga dengan anak perempuan yang menggenggamku ini. Sakit!. Ekspresi mereka begitu datar. Kalau ditanya hanya menjawab satu kata. Sungguh mengesalkan. Ternyata mereka membawa kami ke toilet. Anak laki-laki itu membawa Zena ke dalam toilet pria. Sedangkan aku disuruh menunggu di luar bersama anak yang satunya lagi.

"Kamu tahu apa kesalahanmu?" Tanyanya.

"Ke...kesalahan apa?"

"Kenapa kamu mengikuti kami kemarin?"

"A...aku tidak berniat mengikuti kalian. Zena yang ingin mengikuti kalian!" Tegasku.

"Tapi kamu juga tidak melarangnyakan? Dan malah mendukungnya."

"Iya sih, maafkan aku, aku tidak akan melakukannya lagi!"

"Ya harus begitu, kalau sekali lagi kamu terlihat lagi oleh kami, maka kami tidak akan segan-segan berbuat sesuatu yang mengerikan kepadamu!" Katanya dengan tatapan tajam yang menyayat hati dan tubuhku. Aku hanya mengangguk.

"Oh iya, peringatkan-lah temanmu itu, kalau kamu mau ia selamat! Aku sangat membenci orang seperti dia!" Katanya sinis. Lagi-lagi aku hanya mengangguk karena ketakutan.

Apa benar mereka melihat kami? Bagaimana bisa? Apa mereka pura-pura tidak melihat?

~###~

The CoupleWhere stories live. Discover now