Tok!
Tok!
Tok!
Pintu asrama nomor 7 universitas Sentosa Jaya diketuk dari luar dengan tak sabaran.
Reza dan Joshua yang sedang bermain PS di ruang tamu merasa terganggu dengan suara yang sepertinya bisa saja langsung membuat pintu itu rubuh hanya dengan ketukannya yang terdengar sangat kuat.
"Iya, bentar!" Pekik Reza tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi LED yang masih menayangkan aksi game battle-nya bersama Joshua.
TOK!
TOK!
TOK!
Ketukan terdengar semakin kuat. Reza meringis pelan sebelum menoleh pada Joshua "Buset, rubuh tu pintu lama-lama, Jo, bukain gih dah sono"
"Lah ogah! Ntar tetiba lu menang pas gue bukain pintu." Elak Joshua.
"Gue pause ini elah, jan kek bocah deh. Kita ini sudah dewasa, mari saling mengerti dan memahami" Ujar Reza sok menggurui sambil tersenyum manis.
"Jijik, nyet. Bodo ah! gamau gue mager, asu" Sahut Joshua santai. Masih sambil menekan-nekan stik PS di tangannya.
" Si anj--"
"WOY! LU PADA GA DENGER PINTU DIKETOK APA!"
Reza berbinar saat melihat kepala Devian yang menyembul dari pintu kamarnya."Denger Dev. Makanya bukain dong, kita sibuk nih! Ganggu banget suaranya" Bujuk Reza lagi.
Devian keluar dari kamarnya setelah memakai kaus over size berwarna hitam. Dilihatnya Joshua dan Reza yang katanya sedang sibuk dan tak bisa membuka pintu.
"Sibuk gundulmu!" Gumam Devian kesal seraya berjalan menuju pintu.
"Gue juga denger makian lu ya, Dev" Jawab Reza. "Eh gue ga gundul betewe. Rambut kece macem V BTS gini di kata gundul, ckckck penilaian yang bur---- YEEEE MENANG!! Mampus kalah lagi lu silit Anoa! Hahahaha" Reza melakukan tarian random di hadapan Joshua.
Merasa kalah untuk yang kesekian kalinya, Joshua yang merasa kesal membanting stik PS di genggamannya sebelum beranjak kekamarnya.
"Eh eh eh! mau kemana lu! Jan pura-pura insomnia deh. Sini! Lima ratus rebu. Buat bayar cicilan motor gue kan lumayan" Tahan Reza sebelum Joshua benar-benar pergi.
"Amnesia, bambang! Bukan insomnia!" Ralat Joshua. Kemudian
Dengan lunglai, ia membuka dompet kulit berwarna cokelat dari saku celananya dan memberikan uang seratus ribuan sebanyak lima lembar pada Reza. Sementara Reza? Bahkan bola mata anak itu berubah menjadi ikon uang dollar saat Joshua menghitung uangnya dengan seksama."Bayar cicilan motor, apa beli hengpon baru ya Jo?" Tanya Reza sambil mengipas-ngipaskan uang pemberian Joshua.
"Terserah! Lu atur aja dunia ini" Jawab Joshua penuh penekanan sementara Reza malah tertawa geli menanggapi kalimat sahabatnya itu.
Joshua baru saja akan beranjak jika tangan Devian tak segera menahannya.
"Apaan sih Dev?!" Kesalnya.
"Udah buka pintu? Siapa yang dateng?" Sela Reza kepo."Boro-boro tau siapa yang dateng. Baru aja gue mau buka, eh gagangnya copot Za. Ga sengaja gue, gimana nih, Jo?" Devian menunjukkan gagang pintu yang terlepas dari tempatnya dengan ekspresi memelas.
"Yah, Dev. Kan tadi gue minta tolong bukain, bukan rusakin." Ujar Reza."Say Goodbye buat cicilan motor sama beli hengpon jadul Za. Kita butuh gagang pintu baru" Kekeh Joshua.
"Hengpon baru zulkifli! Emang gue lambe turah beli hengpon jadul. Lagian noh si kang roti kan kaya raya. Udah gitu kita punya kang service di sini. Duit gue masih aman. Terus lu tadi yang gue suruh buka, malah gamau! Salah lu ini berarti"
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby In Dorm 7
Humor⚠️ Bahasa non baku . . . Bagaimana jika asrama yang dihuni oleh tujuh mahasiswa milik universitas ternama di Indonesia kedatangan seorang bayi laki-laki yang entah dari mana? Simak ceritanya di sini 😊