BAB 3. Keputusan

261 18 10
                                    

"Jadi ini gimana?" Tanya El frustasi pada bayi yang sudah mereka taruh di tempat semula di atas meja.

Kini ketujuh pemuda asrama itu kembali berkumpul di ruang tamu dengan formasi lengkap.

Pintu juga sudah dipastikan aman karena selama El mengantar si bapak pengawas, Rendy berinsiatif membetulkan pintu dan menguncinya rapat-rapat setelah El datang agar tak ada orang lain lagi yang bisa masuk.

"Ngerawat diri sendiri aja gue masih belepotan apa lagi ngerawat bayi~" Gumam Reza diiringi napas berat setelahnya.

"Lagian tadi kenapa ga kita kasih tau aja ke bapaknya sih? Kan kalo kayak gini jadinya bingung" Sela Joshua.

"Gabisa Jo. Kan kamera cctv di koridor kita lagi perbaikan. Jadi gabisa buktiin kalo ini anak dateng tiba-tiba gitu aja. Apa lagi kita juga gatau motif orang misterius yang naro bayi ini di depan asrama kita itu, apa." Sahut Devian. El, Reza, Joshua dan Ridho mengangguk paham.

"Nah, itu juga maksud gue Dev. Thanks udah ngejabarin" Tanggap Rizky.

"Ga heran tiap hari maen sama gue Devian makin jenius aja otaknya wkwkwk" Ujar Reza seraya menggeleng bangga dan menepuk bahu Devian sok akrab.

"Setau gue dia emang Jenius dari orok deh Za. Jauh sebelum kenal sama lu" Balas El sambil mengernyit jijik pada Reza.

"Ah, lu gatau aja" Kilah Reza lagi.

"Eh betewe Dho. Lu tadi ikut manggut-manggut juga, emang udah paham?" Tanya Joshua.

"Paham dong bang" Jawab Ridho percaya diri.

"Emang apa Dho?" Tantang Reza.

"Karena bayinya tiba-tiba ada di depan pintu pas lagi ga ada orang, jadi kita gabisa bilang ke bapak asrama karena ga ada bukti. Terus kita harus cari tau dulu siapa dan kenapa orang itu naro bayi ini di depan asrama kita. Iya kan?"

"PINTER SI RIDHO! TUMBEN!" Pekik El tertawa girang.

"Nah, kalo gitu paham dong Dho, nanti kalo berhadapan sama mahasiswa dari asrama lain dan nanya kenapa ada bayi di sini. Jawabnya apa?" Tanya Reza lagi.

Ridho tersenyum percaya diri sebelum menjawab. Sedangkan semua orang sudah mem fokuskan perhatian mereka pada Ridho dan jawabannya setelah ini.

"Ya tinggal bilang. Untuk sekarang Idho belum bisa kasi tau. Tapi nanti kalo udah di cari tau sama abang-abang semua, pasti dikasih tau juga sama idho. Jadi penjelasannya masih soon"

Krik
Krik
Krik

Hmm... Terlalu jujur.

Rendy memijit pangkal hidungnya frustasi.

"Duh ilah, ko bisa sih orang macem gini masuk broadcasting" Gumam Joshua

"Lah iya, itu ntar kalo dia liat artis pada acting, di marahin kali yak? Karena mereka pada sandiwara" Sahut Reza

Sementara El dan Devian langsung terbahak mendengarnya.

"Udah-udah. Pokoknya Idho dengerin abang. Ini serius. Buat yang lain juga. Kita harus sembunyiin bayi ini di sini buat beberapa waktu kedepan sampe gue dapetin info atau solusi lainnya. Kalo sampe ada yang tanya ini anak siapa, bilang aja anak ibu kantin atau lagi dititipin sama orang panti di gedung sebelah."
Mereka sontak saja langsung terkejut mendengar kalimat yang Rizky katakan.

"HAH?!" Jerit mereka bersamaan.

"Ini maksudnya kita bisa titipin bayinya di mana dulu gitu kan bang? Sampe nemu siapa orang tuanya. Gitu kan maksudnya?" Joshua mulai bersuara sementara yang lain hanya mengangguk cepat seolah membernarkan maksud anak itu.

"Engga. Ini bayi kita yang urus. Di sini. Di asrama. Gantian! Kita sama sekali gabisa bocorin ini ke siapapun dalam waktu dekat. Secara asrama ini khusus mahasiswa kampus. Kemungkinan pelakunya bukan orang luar. Bisa gawat kalo kita bawa ke penjaga bayi terus dia ga dirawat bener-bener. Atau ke polisi, selain ribet urusannya, bakalan bisa jadi boomerang kalo ternyata ada alesan seseorang naro dia di asrama kita"

"Maksud Abang?" Tanya Ridho.

"Maksud Bang Iky, takutnya nanti ternyata bayi ini punya hubungan sama salah satu di antara kita" Sela Devian bantu menjelaskan. Sementara Rizky mengangguk.

Sementara mereka semua terlihat berpikir keras bahwa apa yang Rizky maksud mungkin saja benar. Lagi pula selama ini saat Rizky sudah menyarankan sesuatu (perihal apa pun ), biasanya itu adalah saran san solusi terbaik bagi mereka.

"Mulai besok. Kita bagi waktu buat jagain dia. Gue bisa jaga sampe hari Rabu. Masih ada sisa cuti. Hari Kamis ada perlu sama Kiran. Dan Jumat udah ada jadwal sama beberapa dosen" Rizky kembali bicara.

"Gue bisa Kamis bang. Gue free" Tanggap Reza.

"Idho bisa abis Sholat Jum'at tapi ya bang. Jadwal Idho pagi cuma kuis aja soalnya" Sahut Ridho.

"Duh yah. Malem minggu gue ada janji sama Dhea" Sela Joshua.

"Yaudah paginya lah!"

"Pagi nya jalan sama Gina Za, gabisa akutuh jaga debay" Sesal Joshua

"Playboy cap kapak emang. Gue slepet juga nih!" Dengus Reza kesal.

"Bang Ren aja!"Joshua menarik-narik lengan Rendy sembari memamerkan wajah tanpa dosanya.

"Gue sibuk sampe akhir pekan" Potong Rendy tegas.

"Sorry Bang, tapi Sabtu Minggu gue di suruh pulang sama Bapak" Jelas El kali ini.

Tanpa di perintahkan, pandangan mereka pun kompak berlabuh pada Devian. Satu-satunya anggota dorm yang belum memberikan jawaban.

Namun mereka enggan bertanya pada makhluk itu. Hingga Devian pun terheran di buatnya.

"Gue ga di tanya nih?" Ujar Devian pada akhirnya.

Joshua dan Reza hanya saling melemparkan pandangan tanpa menjawab pertanyaan Devian seraya menggeleng dramatis setelahnya.

"Yaudah nanti sabtu minggu gue usahain juga deh. Biar sekalian secepetnya gue cari solusi buat dia" Kemudian Rizky kembali berbicara.

"Bang, gue bisa kok jagain dia" Jerit Devian yang merasa dirinya benar-benar diabaikan.

Lalu dengan cepat Joshua dan Reza merangkul bahu Devian bersamaan.
"Udah Dev, udah. Cukup gagang pintu, kacamata, pajangan, stik PS, sama perasaan Kia aja yang lu bikin rusak. Bayi ini jangan" Oceh Reza.

"Bener tuh. Mana masih muda lagi kan, kesian Dev!" Tambah Joshua.

"Yaudah gapapa. Nanti Devian biar bantuin gue buat jagain dia aja sembari cari info" Mendengar perkataan Rizky, Devian pun tersenyum senang.

"Tapi ngomong-ngomong kita panggil dia apa dong? Masa "dia" doang? Kita harus kasih nama nih" El terlihat sangat antusias.
Kemudian Rendy mendekat pada keranjang si bayi yang masih terlelap itu sebelum menemukan secarik kertas yang terlihat sedikit menyembul dibalik kaos kaki mungilnya.

Mereka semua terlihat menegang. Rendy membuka kertas kecil itu perlahan. Dan menemukan sebuah tulisan di dalamnya.
.
.
.
.

"Al" Gumamnya kemudian.

Tak lama setelah itu, Devian mengejutkan mereka pasca melihat sesuatu yang lebih aneh.

"Guys guys guys! Liat nih! Bekas suntikan!"

Sontak saja mereka segera memeriksa keadaan bayi yang tadinya mereka pikir sedang tertidur itu.

Rendy mengambil alih. Dia melihat datar ke arah enam penghuni kamar lainnya.

"Ini ... Bius"

〰️〰️〰️〰️〰️

Tbc 😘😍

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Baby In Dorm 7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang