Bab 2

27 10 4
                                    

sudah lama aku tak kemari, desa ini masih begitu indah sama seperti dulu. Banyak kenangan yang tak terlupakan. Senang, sedih, gelisah, ceria. semua itu masih terpaku diingatanku.

Bebereapa tahun yang lalu gadis berpipi cabi itu memang pernah berdomisili dan merasakan udara segar di desa yang asri ini. Itu karena ia memilih menempuh pendidikan tingkat menengah atas disini. Ia dititipkan oleh kedua orangtuanya untuk tinggal dirumah kakeknya yang berada di tepian sungai banyumili. Meskipun ia tinggal di tepian sungai ia tidak pernah ngebuang sampah di sungai. Catat itu.

Disekolah, ia dikenal siswi yang cerdas, dan siswi termuda. Guru-guru yang mengajar sangat kagum padanya. Selain itu ia juga memiliki wajah yang cantik. Banyak teman-teman disekolahnya, sekelas, kakak ataupun adik kelas yang terpesona akan kecantikanya. Bahkan seorang guru pun pernah jatuh cinta padanya.

Kini dia akan kembali lagi kesekolahnya dulu. Namun posisinya bukan lagi seorang siswi melainkan menjadi seorang guru. Dan kehadiranya mungkin  bisa jadi akan mengulang setiap kekaguman orang-orang disitu terhadap dirinya.
***
"Ngalamun apa ra?" Tanya seorang wanita tua, dan itu adalah nenek sakura. Muncul dari arah punggung sakura kemudian duduk disampingnya. Dikursi depan rumah.

"Nggak apa-apa nek," jawabnya sembari tersenyum tipis.

"Alah, terbuka aja sama nenek. nenek juga pernah muda kog." pinta nenek.

"Kenangan masa lalu waktu masih sekolah nek."

"Owh, masa-masa sekolah emang
Sulit untuk kita lupakan"

"Iya betul nek"

"Apa kamu masih belum bisa melupakan dia?" Tanya nenek, dengan tatapan mata yang kayaknya serius.

"Dia siapa nek?" Sakura tidak tahu siapa "Dia" yang dimaksut neneknya.

"Laki-laki itu." Jelas sang nenek yang sebenarnya kurang jelas untuk menggambarkan seseorang secara spesifik.

"Siapa laki-laki itu?" Tanya sakura lagi. Seakan menunjukan kalau ia benar-benar tidak tahu siapa yang neneknya bicarakan itu. Tapi sebenarnya ia sudah tau ketika neneknya menyebut "laki-laki itu". Ia hanya berpura-pura saja.

"Kamu ini pura-pura nggak ingat dan nggak tau aja" balasnya tersenyum, sembari menepuk pundak cucunya.

"Ehhhehhem. Sudahlah, Jangan campuri urusan anak muda. Mending bikin kopi sama susu  anget 2 buat kamu sama sakura sana." Ketus sang kakek yang baru pulang dari kebun.

"Hehe, iya iya. Tumben jam segini baru pulang" beranjak berdiri hendak menuruti pinta suaminya itu.

"Ini tadi, sekalian cari kayu bakar" menurunkan kayu bakar dari boncengan sepeda. Setelah itu melangkahkan kaki untuk duduk dikursi, mengistirahatkan tubuhnya yang letih.

"Eh, nek, Biar aku saja nek yang bikin kopi ama susu. Nenek duduk aja disini sama kakek" pinta sakura.

"Cucuku ini emang pintar. Entar malam aku suruh kakekmu ini buat ngedongengin kamu kayak dulu." Ujarnya

"Iya nek, aku dah lama nggak ngerasain didongengin kakek, kangen rasanya. kakek mau kan?" Aku sakura.

"Iya, mau. Apalah yang nggak, buat cucuku yang paling cantik ini.."

*******
Malam pun tiba, rembulan menampakan sinarnya. Menerobos celah-celah awan tipis yang menutupinya. Keluarga kecil itu bercengkrama hangat didalam rumah. Sang kakek mendongeng untuk cucu kesayanganya. Kisah legenda 'Asmal dan Hara' yang mengepul di mulutnya kali ini. Meski tanpa iringan efek suara kayak di film sinetron ataupun layar lebar, sakura sangat menikmati setiap alur yang mengalir. Seolah ia menghanyut kedalam cerita. Jika cerita masuk pada adegan yang menegangkan, menakutkan, mengharukan. Sakura berasa terbawa suasana. Baper kalo bahasa jaman sekarangnya.

"Kek, apakah kisah itu benar-benar terjadi?" Tanya sakura ketika cerita selesai.

"Kisah itu adalah legenda, jadi aku pikir itu benar-benar pernah terjadi." Jelas sang kakek, seusai menyeruput kopi.

"Ngomong-ngomong, apakah keturunan dari mereka masih tersisa dan ada diantara masyarakat jaman sekarang ini?"

"Entahlah, mungkin tidak ada. karena pasukan suku selendri benar-benar beringas menyerang pemukiman yang dihuni keturuna asmal dan hara." Jelasnya.

"Howaahemm. Sudah ya, kakek sudah ngantuk, mau tidur." imbuhnya dengan mata yang mulai menyipit.

"Iya kek, makasih ya."

"Iya. Kamu juga segera tidur, jangan begadang larut malam.

"Betul apa kata kakekmu itu ra, segera masuk kamar gih." Timpal  si nenek yang hendak beranjak dari ruang tamu menuju ke kamarnya.

Tidak lama juga, sakura pun ikut beranjak ke tempat merebahkan tubuhnya. Mengistirahatkan badan dan juga pikiranya. Berbaring diatas kasur empuk. Menghadap lelangitan atap. Mencoba menghipnotis dirinya dengan menghitung domba khayalanya agar cepat tertidur. Namun hal itu seolah sia-sia saja. Ia belum juga tertidur. Otaknya masih ingin berkelana memikirkan kisah yang diceritakan kakeknya tadi. Dan juga "Laki-laki itu". Kehadiranya ditempat yang membuat ia mengenang masa sekolahnya memang semakin menambah ingatanya tentang "Dia".


Alhamdulillah.. setelah lama berjibaku, jatuh bangun. Bertapa tuju hari tuju malam. Akhirnya aku dapat menyelesaikan Bab 2 ini.. hehe
Jangan lupa vote n komenya ya kak. Dan juga support serta doa'nya.

Sampai jumpa lagi ya. Jangan merinduiku. karna itu berat. mintalah keringanan ke pak kades dengan menyodorkan ktp dan kk...😁 ahahaha

Raflesia and SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang