Bab 4

13 4 3
                                    

Menghirup udara lalu menghembuskanya panjang. Gadis yang sudah perpakaian rapi itu menjejakan kakinya melewati gapura sekolah. Sensasinya seperti  masuk pada gerbang dimensi masa lalunya, dimana dia tak pernah bisa untuk melupakanya. Dan secara tak senangaja tiba-tiba terlintas di alam halusinasinya sesosok bayangan laki-laki itu, seorang laki-laki yang sering kena hukuman gara-gara terlambat masuk sekolah pada periode waktu beberapa tahun yang telah lalu. Yah, meskipun dia tau resikonya  akan mendapat sebuah hukuman, tapi tak sedikitpun dia merasa panik akan hal itu. Tetap tenang dengan sedikit senyum diwajahnya teruntuk pak satpam yang diberi amanah menjaga gerbang serta memberikan hukuman bagi mereka yang terlambat ataupun bolos sekolah.

Flashback...

“hah, lama-lama aku jadi bosan melihat kau selalu tersenyum menyambut hukuman dariku.”  ketus pak satpam dengan raut muka yang lelah, karna setiap hari harus berhadapan dengan si tukang telat yang tak kunjung tobat. Dan seakan tak merasa bersalah atas apa yang telah dilakukanya.

“yah... mau bagaimana lagi, waktu adalah salah satu hal yang sulit untuk aku mengerti.” balasnya.

“lagi-lagi kau mengeluarkan kata-kata itu, dan sudah berapa kali aku bilang padamu, ‘kau hanya tinggal menengok jam, dan lihatlah jarum pendek serta jarum panjangnya. Disitu kamu auto menegerti waktu !’ Tapi ah, sudahlah semua itu akan percuma saja”

Tak disangka-sangka ditengah perdebatan mereka, terlihat dari jauh sesosok gadis beseragam dengan jalan yang tergesa-gesa. Tidak salah lagi, itu adalah Sakura Syifa Anindiya. Siswi tercantik di SMA ini. Tumben sekali ia datang terlambat, biasanya pukul 06:30 ia sudah berada dalam zona sekolahan. Tepatnya berada di taman, sekedar duduk dan menikmati pemandangan. Kalo pada hari dimana ia mendapat jatah piket, ia datang lebih awal lagi. Benar-benar siswi teladan. Guru mana yang tak kagum padanya. Sudah cantik, rajin, cerdas pula. Bisa dibilang sempurna untuk sebuah kategori wanita idaman.

“sakura... tumben sekali kamu telat, pasti ada sebuah alasan kuat yang menjadi penyebabnya.” ucap pak satpam yang gagah itu. Sementara itu si tukang telat  itu masih dengan santainya menunggu hukuman apa yang akan didapatnya. Dan sedikit memperhatikan sakura yang terengah-tengah  akibat dari mempercepat jalanya tadi dan sempat juga ia berlari selama 30 detik.

“anu pak, tadi saya bangunya kesiangan. Soalnya semalam saya insomnia. Baru bisa tidur pukul tiga.” balas sakura dengan  irama nafas yang sudah mulai agak normal.

“oke, saya sangat  memaklumi hal itu teruntuk seseorang yang disiplin waktu sepertimu. Akan tetapi, kamu  tetap akan mendapat hukuman. Tapi tentu hukumanya sangatlah ringan.” ketusnya. ekspresinya seolah menunjukan kalau ia telah berhasil memecahkan sebuah kebingungan yang tengah menimpanya.

“oh iya pak, saya bersedia menerima hukumanya.”

“baiklah. Karena saya bingung memikirkan hukuman apa untuk si tukang telat disampingmu itu, maka hukuman untukmu adalah memberikan hukuman padanya.” tegasnya dengan sedikit senyum puas di wajahnya.

“siap, pak. Tapi beri aku waktu satu menit untuk memikirkan apa hukuman yang tepat untuknya.” tungkasnya sembari menolehkan wajahnya kesamping kananya. Dan memandang kakak kelasnya yang hobi telat itu. Meski ada sebuah perasaan sungkan, karena dia harus memberi hukuman pada kakak senior, tapi apapun itu dia berusaha untuk membuangnya, sebab mau tidak mau ia harus menjalankan hukuman yang diberikan padanya.

“oke, sudah aku tentukan. Hukumanya adalah adu tatap mata denganku, sampai kau bisa menang dariku. Itu artinya jika kamu kalah karena matamu berkedip duluan, kita akan mengulanginya sampai kamu mengalahkanku.” jelasnya. Mungkin dia memberikan hukuman demikian itu karena jiwanya terpacu, mengingat dia adalah seorang jawara  dalam perlombaan adu tatap mata sekabupaten tahun lalu. 

“Hey ra, apa tidak ada hukuman yang lain? Menurutku hukumanmu itu sangatlah konyol. Bahkan bisa dibilang itu bukan seperti sebuah hukuman, malah lebih seperti sebuah hadiah.” Protes Pak Satpam itu.

“sebuah hadiah? Kok bisa? Apa alasanya pak?”

“ya iyalah, beradu tatap denganmu, itu artinya 100% dia mendapat kesempatan untuk memandangi wajah manismu. Dan ada kemungkinan setelah itu dia bisa....”

“Tenanglah, aku tidak akan semudah itu untuk jatuh cinta. Menjalankan hukuman ini akan benar-benar sangat menyebalkan,” Ketusya “ayo cepat kita mulai!”

“Baiklah”

Mereka berduapun mulai melakukanya, saling bertatap mata. Sedangkan pak satpam hanya terdiam mengamati, karena disitu dia berperan sebagai wasit. Sudah satu menit terlewati tapi belum ada satupun diantara mereka yang berkedip. Sakura tak menyangka akan mendapa perlawanan sesengit ini.

Flashback berakhir..

****

Raflesia Pov

Hah, sekolah telah tiba. Aku sebenarnya masih ingin menikmati liburan, bisa begadang sampai larut malam. Menikmatinya dengan minum kopi, tak berhenti sebelum mabuk kepayang.

Yah, hari ini adalah hari dimana aku akan duduk di kelas baru, tapi menurutku suasananya akan tetap sama, tak ada yang istimewa. Ngomong-ngomong aku jadi teringat, Biasanya kalo mau masuk kelas baru waktu jaman SD dulu, Teman-teman pada berangkat pagi sekali. Seperti halnya sarif. Dia berangkat pagi-pagi sekali. Dan uniknya malah si syarif selalu membawa kursi sendiri yang merupakan buatan ayahnya. tentu ayahnya bisa, karena dia seorang tukang kayu. sampai sekarang syarif tetap menggunakan dalam artian menduduki kursi itu. sejak dari duduk di SD, setiap naik kelas, kursi itupun ia ikutkan naik kelas. unik ya. itulah dia, hanya ingin duduk pada satu kursi buatan ayahnya selama ia menempuh pendidikan. ia juga mempunya pemikiran bahwasanya kursi yang menemaninya itu akan menjadi saksi bisu dan sebuah kenangan yang akan ia simpan. dan jika esok nanti jika ia bernostalgia dengan masa-masa sekolahnya, tinggalah ia duduk diatas kursi bersejarah itu.

Tapi kalau menurutku, aku tak perlu  hal seperti itu. Masa bodoh dengan saat-saat ini (berbaju putih abu-abu) yang kelak katanya akan menjadi sebuah kenangan manis. Dan sulit untuk dilupakan, terkecuali untuku. Ya, aku berkeyakinan bahwa aku akan sangat mudah melupakan masa SMA-ku. Sebab tidak ada dan mungkin tak akan pernah ada peristiwa yang penting dan istimewa bagiku. Kalau menurut yang lainya sih.. masa-masa saat tertawa bersama, membuat gaduh pada saat jam kosong, kena hukuman bareng, mengerjakan PR disekolahan, kisah- kasih di sekolah, dan seterusnya adalah episode-episode yang akan selalu terkenang. Ya, itulah yang mereka katakan. Tapi percayalah menurutku seiring berjalanya waktu perkataan itu akan berubah menjadi omong kosong.  Pada dasarnya kenangan itu memang masih tersimpan rapi pada memori otak, akan tetapi akan tertumpuk oleh kenangan-kenangan yang baru. Dan  seseorang tidak akan ingat jika tidak mengudarnya.

“Hey ngke, kau sudah siap?” tanya syarif.

“Sudah, hari ini kau nampak semangat sekali yah. Gimana sepatumu? Sudah kering?”
“Oh, jelas sudahlah, ku ikuti saranmu kemarin. Kupanggang kek ikan P” ketus syarif.

“pantesan baunya sangit..haha” ejeknya.

“Dasar bangke! Ayo berangkat!” tegasnya.

Alhamdulillah bisa update lagi, meskipun jangka waktunya cukup lama.

Raflesia and SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang