bab kedua

43 4 0
                                    

Softdrink mungkin dapat membantu isi kepalaku yang panas ini mendingin.

"Ah, segarnya"

Aku langsung duduk di salah satu bangku kantin fakultas seni yang sedang sepi. Jam kuliahku hari ini tercatat pukul 10.30, dan sekarang jam masih menunjukkan angka 8 tepat berarti aku masih bisa bersantai sebentar di kantin.

Tentu saja earphone sudah terpasang di lubang telingaku yang sedang mengalunkan lagu Anne Marie ft. Marshmello - Friends. Setidaknya judul lagunya begitu meski aku tidak punya teman.

Seketika mataku melihat gerombolan lelaki yang entah dari fakultas mana datang ke arah pintu kantin, aku dapat melihatnya karena posisi kursiku yang menghadap pintu kantin.

Kurasa kantin ini akan segera ramai, dan aku mulai beranjak dari kursi dan melangkahkan kaki ke perpustakaan seperti biasanya.

Sebentar- sebentar, sepertinya aku familiar dengan wajah salah satu lelaki yang berada dalam gerombolan menuju kantin.

Ah ya, itu lelaki aneh yang menarikku di pameran

Beruntung sekali posisinya berada paling pinggir, langsung saja kujegal kaki kanannya dan pasang langkah seribu menuju perpustakaan. Alhasil dia tersandung dan jatuh mengenaskan.

"Tas neon! Awas aja lo!", suara memekakkan telinga bersumber dari mulut laki- laki yang kujegal, tasku memang berwarna kuning neon, sial!

Entah pikiran dari mana ide jahat tersebut muncul, rasanya kedua kakiku sangat gatal dan tidak tahan untuk segera menjegal kaki jangkung lelaki itu.

Jadi, tolong ampuni aku bila salah menjegal kaki orang Ya Tuhan.

-

Dingin langsung menerpa kulitku sesaat setelah memasuki perpustakaan, sensor saraf pada kaki pun mengisyaratkan kepadaku bahwa karpet di perpustakaan ini sangatlah lembut, jika tidak percaya, datanglah sendiri ke perpustakaan fakultas seni.

Menuju bagian buku fiksi favoritku dan mengambil beberapa buku untuk kubuat bantal tidur, eh bukan. Tentu saja untuk dibaca.

Saat kuedarkan pandangan, perpustakaan sepi dari hiruk pikuk mahasiwa yang entah ingin mengerjakan tugasnya, membuat skripsi, atau sekadar membaca buku untuk mengisi waktu luang mereka.

Kutarik salah satu kursi dekat jendela agar aku dapat melihat pemandangan lalu lalang mahasiswa yang sedang beraktivitas.

Disampingku terdapat perempuan yang terlihat sedang melamun. Spontan tanganku melambai di depan wajah perempuan tersebut.

"Mbak, jangan melamun", perempuan itu kaget dan berucap, "Gue lagi mikir kok bukan ngelamun"

"Eh kirain", ucapku malu- malu.

"Gue Ratih, lo?", tangan perempuan itu menjulur menunggu untuk dibalas.

"Briona, panggil aja ona", tanganku membalas jabatannya dan menambahkan. "Eh, kamu dari fakultas mana emang?"

"Seni, kayaknya lo juga ya Na", balasnya dan aku hanya menganggukkan kepala. "Kok kamu bisa tahu?"

"Lo kira gue nggak pernah nginget anak kesayangan Pak Fadli, yang sering banget disuruh- suruh"

"Yah kok ingetnya itu, aku kira kamu tahu gara- gara wajah rupawanku"

Ratih memasang wajah mual.

"Bercanda kali, lempeng amat", cengirku.
"Jam kuliah kita sama nggak sih Rat?"

"Sama kok, barengan aja ya Na"

"Oke"

-

Saat sudah sampai pintu ruang kuliah, Ratih melambaikan tangan ke arah salah satu mahasiswa yang tengah duduk didalam. "Elang!", lambai Ratih.

Saat kami mulai mendekat kepada mahasiswa bernama Elang, aku merasa bulu kudukku merinding karena ternyata laki- laki yang kujegal sampai jatuh mengenaskan adalah pacar Ratih. Kupertegas. Pacar.

Aku tau Elang pacarnya karena tadi Ratih sempat bercerita tentang pacarnya dan tentu saja dalam cerita disebutkan nama "Elang"

Kabur lebih baik mungkin ya, batinku.

Aku langsung membuat alasan untuk kabur, "Rat, perutku tiba- tiba nggak enak nih. Aku mau ke toilet dulu ya"

"Oh yaudah, jangan sampai telat masuk kelas. Pak Toni nggak sesabar itu", titah Ratih.

Tiba- tiba saat aku ingin berbalik keluar kelas.
"Tas neon! Mau kemana lo hah"

Aku langsung berbalik kembali dan memasang tampang garang. "Apa urusanmu"

"Lo yang jegal gue kan tadi!"
"Eh nuduh aja, aku nggak pernah jegal siapa- siapa kok"
"Tas lo itu neon, gue inget banget tadi yang jegal gue itu tasnya warna kayak tas milik lo", Elang makin ngotot.
"Kamu kira yang punya tas kayak gini di dunia ini cuman aku? Salah orang kali"
"Gue nggak mau tahu, gue mau minta ganti rugi! Jam kesayangan gue jadi pecah"

Aku tak tahan lagi dan menyampaikan alasan aku menjegalnya. "Ini semua gara- gara kamu narik tangan perempuan waktu di pameran! Itu aku, Puas kamu! Impas kan?"

"Lebay banget sih gara- gara itu doang", Elang meremehkan alibiku.

Ratih yang tak tahan melihat perdebatan pacarnya tersebut lansung menarik lengan Elang dan membawanya menuju tempat duduk yang jauh dari Ona. "Udah sih! Kalian baru ketemuan kok berantem. Maafin Elang ya Na"

"Awas, gue bakal selalu nagih ganti rugi jam gue" ancam Elang sinis sebelum ditarik oleh Ratih

Mampus! Hidupku nggak bakal tenang lagi"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BrionaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang