bab pertama

53 6 5
                                    

Hari ini aku sudah siap pergi ke sebuah pameran yang diadakan di sebuah hotel ternama,

Aku pastikan penampilanku sudah layak untuk pergi kesana, hoodie kuning dengan jeans putih selutut mungkin tidak terlalu buruk. Converse putih dan  kamera tentu sudah menjadi barang wajib saat berpergian. Dompet dan handphone telah aman di dalam tas selempang mungil merahku.

Kurasa pinggangku bergetar, eh bukan maksudnya handphoneku. Ternyata telefon dari Panca, kakakku.

"Halo kak"
"Dek, kamu hari ini dateng ke pameran kakak kan?"
"Iya"
"Hati- hati, maaf kakak nggak bisa nganter, kamu sendiri kesini gapapa?
"Aku udah besar kali kak" ujarku sambil memutar bola mata.
"Jutek amat sama kakak, yaudah kakak tunggu disini"
"Oke"

Tak ingin buang waktu lagi, kubuka pintu apartemen, dan menguncinya. Setelah dirasa aman, kulangkahkan kakiku menuju pintu keluar apartemen.

-

Lagu Charlie puth - Done for me mengalun lembut dari headphone yang kupasang, bus yang kutunggu belum juga datang.

Aku sempat menoleh ke samping dan melihat sepasang kekasih sedang bersenda gurau. Kulihat hoodie yang dipakai wanita itu persis dengan yang sedang aku kenakan. Anjir.

Namun aku tidak terlalu memerdulikan hal itu sih, lagipula hoodie kuning milikku ini bukan satu- satunya yang ada di dunia alias limited edition.

Akhirnya bus pun datang, aku segera naik dan memilih tempat duduk paling depan.

"Hahahahaha!"

Ada gelak tawa terdengar dari area belakang bus yang sempat menggangguku.

Masih aja berisik huh, batinku.

Langsung kuberikan tatapan tajam saat aku menoleh kebelakang. Ternyata sumber suara itu dari sepasang kekasih yang kutemui di halte.

Kubalikkan badan seraya menarik penutup kepala hoodie dan memejamkan mata sambil menikmati lagu yang sedang mengalun.

"Hotel Purnama!" Kernet meneriakkan nama hotel yang menjadi tujuanku.

Aku pun bersiap- siap mengambil uang ungkos dari dompet. Saat bus sudah berhenti sempurna, kuberikan ongkos bus kepada kernet dan turun dari bus.

"Makasih neng", kata kernet. Aku hanya menganggukkan kepala.

-
Langsung saja aku masuk ke aula utama hotel.

Panca terlihat dari depan pintu sedang berbincang hangat dengan rekannya.

Karena tidak ingin mengganggu, aku pun berjalan- jalan sendiri menikmati foto- foto yang dipajang.

Aku sempat terpana dengan satu foto bergambar kakek yang sedang mengayuh becak.

Sangat menginspirasi,

Karena menurut apa yang aku lihat di pinggir jalan, banyak orang mengambil langkah hidupnya dengan mengemis padahal setahuku fisik mereka kuat sedangkan orang yang telah lanjut usia rela banting tulang dan mandi keringat demi menghidupi keluarganya di waktu tua mereka. Terkadang aku miris. Apa mereka tidak malu mengemis, sedangkan tubuh mereka teramat bugar.

Seru sekali rasanya melihat berbagai macam foto. Membuat imajinasi berpikirku berkembang.

Tiba- tiba ada yang menarik lenganku dari belakang, "Kemana aja kamu Ratih".

Spontan aku langsung menepis tangan lelaki yang memegang lenganku. "Nggak sopan banget!"

Lelaki itu sangat terkejut, "Eh, sumpah maaf banget gue salah orang. Habis baju kalian sama"


"Dan satu lagi, nama gue bukan Ratih!"

Aku hanya mendecak kesal dan meninggalkan lelaki itu.

Dasar lelaki aneh!

BrionaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang