part 4

1.6K 140 11
                                    

Keesokan harinya...

Singto pergi ke dorm Krist untuk menjemputnya. Tapi dia datang lebih awal dan mengetuk kamarnya.

"Bep neung khap", ucap Krist dari dalam kamar. Krist melongo melihat Singto yang berdiri dengan santai di depan pintu.

Singto menyelonong masuk ke dalam kamar Krist, lalu tiduran di ranjang Krist.

"Apa ini kamarmu atau kamarku?" tanya Krist sambil mengeringkan rambutnya.

"Bukankah kau juga masuk ke kamarku tanpa ijin?".

"Tapi...", Krist tidak bisa menemukan alasan yang tepat untuk membalasnya.

"Chang men he, aku tidak marah kepadamu", ucap Singto lalu membuka hpnya.

"Ko toor, aku ke rumahmu tanpa ijin. Dan tolong jangan marah ke Ai Off". Krist meminta maaf sambil melihat ke arah Singto yang masih asyik bermain hp.
Singto menghela napas,

"Sudah kubilang chang men he. Aku tidak marah terhadapmu. Tentang Ai Off aku akan membahas ini dengannya nanti".

"Jing jing na, kau tidak perlu mengantar jemputku seperti ini".

"Lalu apa kau akan pindah ke rumahku daripada tinggal jauh di sini?".

"Ai baa...".

"Aku tidak memberitahumu rumahku karena jika kau tahu aku jauh-jauh ke sini kau tak akan mau ku antar jemput".

"Jing jing, apa maumu?", tanya Krist lalu minum air putih dari dalam kulkas.

"Kau".

Bbrrrr... Semua air yang diminum Krist menyembur keluar dari mulutnya. Dia pun batuk hanya karena sebuah jawaban singkat, padat, dan jelas dari Singto.

"Mai bpen rai ror?", tanya Singto sambil menepuk punggung Krist perlahan, entah kapan dia berjalan mendekati Krist.

Uhuk... Uhuk... Lalu Krist mendongak dan mengalihkan pandangan Singto agar tidak memerhatikan wajahnya yang merah.

"Jangan berbalik". Wajah Krist memerah karena efek tersedak dan juga malu, sampai jantungnya sendiri berdegup tidak menentu.

Singto tidak berbalik, tapi dia memegang tangan Krist dengan erat.
Krist mengambil hpnya dan memotret tangannya yang digenggam erat oleh Singto.

"Kau? (Singto berbalik, Krist memotret wajah khawatir Singto, lalu tersenyum). Kapan kau akan melepaskan tanganku?".

"Jika tidak kulepaskan bagaimana?", tanya Singto lalu mulai memojokkan Krist ke tembok secara perlahan.

"Ya... Tum arai yoo?... Yoot... Yoot na... Ai Sing...", ucap Krist lalu memejamkan matanya. Dia benar-benar tersudut di tembok belakangnya, dan Singto tidak memberinya celah untuk melarikan diri.

Singto tersenyum memandang Krist yang hanya berjarak kurang dari 5cm di depannya. Kedua tangannya mengunci tangan Krist. Ketika mata Krist masih terpejam, dia mengecup pelan kening Krist. Lalu melepaskan tangannya dan mundur perlahan.
Krist merasakan kecupan di keningnya, dan itu tambah membuat jantungnya berdegup tidak karuan. Dia membuka matanya secara perlahan dan melihat Singto memandanginya sambil tersenyum.

"Apa yang kau lihat?", tanya Krist berusaha mengalihkan perhatian.

"Wajahmu sangat merah seperti tomat, bahkan ujung telingamu", jawab Singto.

"Berhenti meledekku", ucap Krist lalu memukul pelan tangan Singto.
Singto menutupi wajahnya dengan tangan agar tidak terkena serangan dari Krist.

"Aku tidak meledekmu. Lihat saja di kaca kalau kau tidak percaya".

"Akan kubalas kau. Lihat saja nanti".
Singto melongo setelah mendengar perkataan Krist.

Stuck In You (Krist-Singto)-End-✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang