10.

16.5K 266 5
                                    


"Kalian berdua mau makan?" 

Alfian dan Grace menoleh saat melihat Sena bersandar di pintu dengan melipat kedua tangannya. Alfian buru-buru menjauh dari Grace dan melepaskan pelukannya kemudian dia terbatuk canggung.

"Siapa yang masak?" tanya Grace dan Sena menatapnya dengan tatapan kesal.

"Tania sama Pamela. Harusnya sih sama lo, tapi lo keliatan nyaman gitu sampe ga inget waktu buat masak." Kemudian Sena masuk meninggalkan Alfian dan Grace yang saling tatap dengan bingung.

"Yaudah, inget apa kata gue tadi ya, sekarang makan yuk." 

***

Liburan mereka di Puncak sudah selesai, dan kini mereka sedang mengurus surat menyurat untuk mencari kampus agar melanjutkan kuliah.

Masih sama. Pamela-Randy, Tania-Sena, Alfian yang berusaha menghibur Grace.

"Mau ambil apa jadinya?" Tanya Randy ke Tania yang terlihat sudah tenang.

"Gue udah diterima undangan kok, kedokteran."

Tidak mengejutkan. Tania memang pintar. Semua siswa di sekolah itu memang sangat iri kepada Sena yang bisa mendapatkan Tania, padahal dia cowok playboy yang brengsek!

"Lah, Tan? Sama! Kedokteran mana lo?" tanya Alfian yang membuat teman-temannya terkejut. Alfian ini diam-diam ternyata menghanyutkan juga.

"Lo masuk kedokteran?! Cowok slengean kaya lo??" tanya Pamela tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Anjir emang gue sebego itu?" tanya Alfian menatap mereka dengan wajah sebal. "Gue mah grafik nilainya tinggi, orang paralel gue urutan kedua setelah Tania coy! Pernah liat ga sih?" 

Randy tertawa dan merangkul Pamela sambil menatap gadisnya dengan gemas. "Udah lah, Pam. Gue tau kok Alfian emang pinter. dan pantes dapet kedokteran itu."

"Gue ambil Hukum nih." Ucap Grace yang membuat Sena dan Tania terkejut. 

Sialan. Pekik Sena dalam hati. Sena juga mengambil jurusan yang sama dengan Grace dan dia sama sekali tidak tahu kalau Grace akan mengambil jurusan tersebut. Dia khawatir kalau Tania akan cemburu dan kecewa.

"Wah? Sena juga loh!" jawab Tania semangat membuat keadaan disana hening. 

Apa-apaan sih Tania, malah bilang gitu. Alfian menggelengkan kepala dan mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. "Lo gimana Pam? Jadi ambil psikologi?" 

Pamela menggeleng. "Gue tahun ini mau istirahat dulu deh, tahun depan mau nyoba. Mau kerja dulu."

'kerja' yang dimaksud Pamela tentu melibatkan pria-pria kelaparan yang hendak mencicipi tubuhnya. Wajah Randy mengeras dan menjauhkan rengkuhannya. "Ran, kita udah bahas ini 'kan? Lo tau ini kehidupan gue. Cara gue harus biayain hidup." Pamela berbisik kepada Randy sehingga tidak didengar oleh yang lain.

"Gue bakal kuliah diluar kota. Gue gabisa tenang, Pam kalo tau lo disini malah tidur sama orang lain. Lagian kan gue udah bilang gue bakal biayain hidup lo. Emangnya lo gamau apa cari aman dan ga seks bebas?"

Baru saja Pamela ingin menggenggam tangan Randy, Randy menepis dan ijin untuk pulang terlebih dahulu.

"Udah malem nih, gue mau balik duluan ya." Tanpa menatap Pamela, dia beranjak. Tatapan heran diberikan oleh Tania, Sena, dan Grace karena mereka tidak tahu apa yang terjadi. Sementara, Alfian paham betul Randy harus merelakan Pamela untuk tetap bekerja dan Alfian paham hal seperti itu sangatlah sulit. 

***

"Ran"

Panggil Pamela mengejar Randy yang dengan langkah cepat, setengah berlari kearah mobilnya. Sambil menekan remote kunci mobilnya, Randy bergegas masuk disusul Pamela yang duduk disampingnya. 

Randy menghidupkan mesin mobilnya, ketika hendak melaju, Pamela menahan tangannya dan mengembalikan perseneling mobil kembali ke netral.

"Ran, kenapa sih?" tanya Pamela heran. Wajah Randy memerah menahan amarah.

"Gue kenapa?! Lo yang kenapa, Pam! Lo tau gue ga mau lo balik ke kerjaan lo itu, tapi kayaknya pendapat gue ga ngaruh apa-apa ya ke elo?!"

Pamela menarik nafas panjang dan melipat kedua tangannya sambil menatap Randy. 

"Ran, gue ga bisa. I'm sorry, tapi lo bukan suami gue yang bisa larang-larang gue. We barely even dating!" Bentak Pamela dengan mata berkaca-kaca. Ya. Mereka sama sekali tidak terikat hubungan apapun. Kedekatan mereka hanya sebatas teman tidur, tidak lebih. Randy juga tidak pernah memikirkan tentang hubungan keduanya karena dia pikir, Pamela sudah jadi miliknya, ternyata tidak. Belum.

Pamela menatap Randy dengan air mata yang sudah mulai menetes. Randy bereaksi. Dia melepaskan sabuk pengaman yang melingkar ditubuhnya dan menarik Pamela kedalam ciuman yang lembut. 

Semakin lama, ciuman itu semakin memanas. Pamela dengan sedikit bantuan Randy berpindah duduk, dan kini ada dipangkuan pria itu, dengan punggung yang sesekali menabrak setir mobil.

"ah..." 

Desah Pamela ketika dia merasakan tangan Randy yang bermain dibalik bajunya. Dengan cengkraman kuat, Pamela mencengkram sandaran kursi dibalik leher Randy, dan kemudian membuka resleting celana Randy.

Randy juga melakukan hal yang sama. Keduanya tergesa-gesa, seakan tidak ada lagi hari esok. 

Ketika keduanya sudah telanjang dibagian bawah, Randy mengambil persediaan pelindungnya dilaci dashboard. Digigitnya bungkus pelindung, dan dengan cepat dia menggunakannya.

Randy perlahan menanamkan kejantanannya itu dan membuat Pamela mendesah kencang.

"Akhhh-"

Pamela mengernyitkan keningnya menunjukkan kesakitan. Randy kembali melahap bibir Pamela dengan kelaparan dan terus-terusan menyerang tubuh langsing itu. Mobil yang menjadi tempat mereka bercinta terus-terusan bergerak sampai mengundang perhatian kelima temannya sambil tertawa.

"Gila ya, tadinya berantem terus seks bentar langsung baikan. Hahaha"

Sena tertawa dibalas Alfian dengan tawa juga. Boys will always be boys.

"Ga semua masalah bisa diselesaiin sama ngewe kali." Jawab Grace dengan sarkas dan membuat Sena serta Alfian terdiam. Tania terkekeh kecil dan menggelengkan kepalanya.

Pamela seakan kembali menemukan tenaganya lagi, dan kini memasuki ronde baru di kegiatannya dengan Randy. Keringat mengucur dikedua tubuh itu. Dengan ritme yang cepat, Pamela bergerak bebas diatas Randy dan membuat Randy kesulitan bernafas. 

"Ran-"

"Ssh, don't stop"

"Ran, akh-"

Pamela memeluk Randy yang bersembunyi didadanya. Diciumnya kedua dada Pamela dengan kasar sampai memberikan cupang disana. Bisa Randy rasakan cairan yang keluar dari kewanitaan Pamela memberikan kehangatan dibatang kebanggaannya. 

"We are now."

Bisik Randy sambil mencium leher Pamela dan keduanya beristirahat dengan posisi yang tidak diubah sama sekali. 

***

Pamela dengan perlahan duduk kembali dijok samping Randy dengan bagian bawah yang masih nyut-nyutan. Keduanya terdiam dan sibuk membenahi pakaian masing-masing sampai akhirnya Randy membuka suara.

"We barely dating, 'kan?" Tanya Randy menatap Pamela. Dilihatnya makeup Pamela yang bercampur dengan keringat tadi. 

"We are now. We're dating."

***

Teenager's SEX LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang