11.

14.9K 252 36
                                    


HAIIIIII Maaf yaa lama ga update karena you know, tugas akhir semester kuliah tuh bener-bener menguras tenaga dan air mata *lebay* tapi bener dehh, yang pernah ngerasain pasti tau rasanya WKWK. Btw, aku gamau banyak omong deh, ini dia kelanjutan Pamela, Grace, Tania, Sena, Randy, dan Alfian yaa!!


***

Tania dan Sena kini sedang berada disebuah restoran untuk makan malam setelah beberapa hari tidak bertemu. Tania masih merasa adanya gejolak dalan dirinya, dia tidak tenang ketika  tahu kalau Sena saat di villa waktu itu menatap Grace dengan tatapan penasaran dan cemburu. Pikiran itu terus mengganggunya, dia tidak tenang. Tidurnya pun tak nyenyak.

"Mikirin apa sih?" tanya Sena yang menatap Tania sedari tadi. Sena juga merasa ada yang berbeda dari sikap Tania; dia lebih sering diam dengan pikirannya sendiri. Biasanya Tania selalu bawel, dan selalu bilang apabila ada sesuatu yang mengganggu pikiran. 

"Lo cemburu ya, sama sikap Alfian ke Grace kemarin?"

"Kemarin kan kita ga ketemu sama mereka?"

"Gausah pura-pura bego, Sen. Gue tau lo. Lo natap mereka waktu pelukan dengan tatapan cemburu lo."

Sena terdiam. Yang tadinya menatap Tania, kini tatapannya langsung berubah menunduk. "I tried not to" Jawab Sena yang membuat Tania bernafas berat dengan meneteskan air mata.

"Ternyata bener ya" Ucap Tania dengan intonasi terluka dan beranjak dari duduknya. "Gue kasih lo waktu buat pilih. Grace atau gue, karena setelah lo menentukan pilihan, lo harus tanggung jawab sama pilihan itu." 

Sena tidak mengejar Tania. Dia sadar, hal terakhir yang gadis itu butuhkan adalah Sena mengejarnya. Sehingga, Sena hanya bisa menatap punggung Tania yang kian menjauh. Diminumnya pesanan yang dia pesan tadi sampai habis dan dia bersandar pada kursi dengan wajah penuh beban. 

***

Alfian turun dari mobilnya sendiri. Biasanya dia sangat menghindari tempat ini, namun Alfian merasa sudah saatnya dia menghadapi kenyataan dan move on. 

Dihampirinya ibu-ibu yang berjualan disamping, lalu disapanya dengan senyuman ramah. 

"Mas Alfian lama ya gak kesini." sapa si Ibu ramah disambut senyuman Alfian. 

"Seperti biasa, mas?" 

"Iya Bu, tolong kasih pitanya warna pink ya"

"Siaaap mas ganteng"

Ketika barang pembeliannya sudah ditangan, dengan tarikan nafas panjang, Alfian melangkahkan kaki ke bangunan yang beberapa waktu ini membuatnya trauma. 

"Panti Rehabilitasi Kejiwaan Bahagia"

Nafas Alfian tercekat saat aroma khas panti rehabilitasi yang lebih mirip dengan penjara itu menusuk hidungnya. Air matanya menetes, mengingat sosok yang sangat dia sayangi harus mendekam ditempat yang lebih mirip dengan penjara tersebut. Kamar yang dijadikan tempat untuk beristirahat dikelilingi tembok tinggi dan pintu besi. Lubang ventilasi berada diujung atas yang tidak mungkin bisa dipanjat tanpa adanya tangga. Itupun juga ditutup dengan besi yang mirip sekali dengan penjara.

"Saya mau bertemu pasien bernama Anita Risyad-Yaser"

"Mas Alfian Yaser, sudah ditunggu." Jawab perawat ramah tersebut yang sikapnya berbanding terbalik dengan kondisi bangunan mengerikan itu.

Ketika Alfian sudah masuk, dilihatnya wanita itu. Mama. Keadaannya benar-benar memprihatinkan. Rambut memanjang yang sudah mulai beruban, wajah yang biasanya kencang karena perawatan sudah mulai berkerut dan berflek hitam. Tragedi bunuh diri Andini benar-benar mengguncang kejiwaan sang Mama sampai-sampai, belum genap setahun Andini pergi, Mamanya sudah separah ini. 

Teenager's SEX LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang