Aku mengerinyit ketika cairan itu melewati kerongkongan ku. Di depanku sudah banyak botol-botol minuman beralkohol itu yang sudah kosong, ini yang ke empat.
"Fin, lo udah mabuk mending berhenti aja," ucap gadis yang duduk di sebelah ku, saat ini kami sedang duduk di bar.
Namanya Keyla Reana, dia adalah sahabatku. Dan satu-satunya orang yang tau segalanya tentang diriku.
"Apaan sih La, gue belum mabuk kok," ucapku seperti sebuah gumaman
"Ck, lo kan nyusahin kalo lagi mabuk, Fin."
"Yaudah ayo pulang, padahal baru jam 3 pagi udah nyuruh pulang aja sih lo!" ucapku kesal
"Heh monyet, kalo bokap gue tau gue ke club, dia pasti bakalan ngamuk sialan."
"Ah lo nanggung banget bandelnya, dasar cupu."
"Sialan lo, udah ayo buruan setan."
Keyla pulang setelah mengantar aku sampai kamar.
Aku memejamkan mata sejenak, ku lihat langit-langit kamar. Aku kembali merasakan rasa hampa itu di hidupku. Kosong, seperti tak ada jiwa. Hidup tapi mati, mungkin itu kalimat yang tepat untuk menggambarkan kehidupanku.
Sejak ayah meninggal, aku menganggap dunia sebagai neraka. Bahkan, ragaku sudah tertarik dalam lingkaran setan.
Tak jarang aku menggenggam erat pisau yang selalu ku gunakan untuk menggoreskan lenganku. Aku tak perduli dengan masa depanku, bahkan aku ragu apakah aku akan memiliki masa depan atau tidak.
Aku terus melamun sampai akhirnya mataku berat dan terlelap.
****
Author pov
Sudah menjelang siang, matahari mulai terlihat jelas. Tetapi, gadis itu masih setia dengan ranjangnya yang tidur-able, seakan tak perduli pada kehidupan nyata. Padahal, hari ini ia seharusnya sudah berada di sekolah sejak tadi.
Tiba-tiba gadis itu membuka matanya dan mengerjab beberapa saat, sebelum ia mencari ponselnya.
"Hm, baru jam sembilan ternyata," gumam Dafina gadis yang baru saja terbangun.
Setelah meletakkan ponselnya di atas nakas, ia segera beranjak dan masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah ia selesai bersiap untuk berangkat ke sekolah, Dafina turun menuju ruang makannya.
"Non Fina, silakan makan non, saya udah buatin nasi goreng kesukaan non Fina," ucap bi Diah, pembantu yang sudah bekerja sejak Fina kecil.
"Makasih bi," ucap Fina sebelum memakan nasi gorengnya.
Dafina mengendarai mobilnya sambil memakan permen karet yang selalu ada di dalam sakunya.
Sampai di warung dekat sekolahnya, Fina berhenti dan memarkir mobilnya didepan warung itu.
Dan disini lah Fina sekarang, duduk dibawah pohon, di taman belakang sekolah. Tadi, Fina masuk hasil dari memanjat tembok yang tidak jauh dari dirinya duduk.
Tenonenonet..
Tenonenonet..
Ah, bell istirahat akhirnya mengeluarkan suaranya.
Dafina yang mendengar bell itu langsung bergegas mengambil tasnya dan masuk ke dalam kelas.
Fina bingung, pintu kelasnya masih tertutup, padahal semua kelas seperti sudah mulai beristirahat. Tapi, ya sudah lah, mungkin gurunya sudah keluar kelas tetapi temannya yang menutup pintu kelasnya kembali, pikirnya.
Cklekk..
Semua mata yang berada di kelasnya langsung melihat pintu kelas yang baru saja dibuka dari luar oleh seseorang.
"DAFINA ADISTY, KENAPA KAMU BARU DATANG, HAH!!"
"Sialan."
-----
Hola, part 1 segini dulu ya..
Mungkin di part selanjutnya akan lebih panjang..
Terima kasih sudah membaca😘Love, B.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl With Pain
Teen FictionKata mereka aku adalah matahari, tapi bagiku aku hanya lubang hitam tanpa tepi. Tersesat dan tak tau arah pulang. Haruskah aku menyerah? Atau bertahan pada dunia yang ku sebut sebagai neraka?