Chapter 1

5 0 0
                                    

"Boleh pinjem karangannya nggak?" tanya Nene bersemangat sampai setengah menggebrak meja Yoko. Yoko yang sedang sibuk menulis sesuatu di bukunya tidak bergeming sesaat sebelum memasukkan tangannya ke dalam tas yang ia gantung di samping meja, mencari-cari sebentar sebelum mengeluarkan buku tulis berwarna biru.

"Ambil ini," ujarnya tanpa menoleh sama sekali. "Kembalikan ke mejaku kalau kau sudah selesai dengan itu". Ia menutup buku catatannya dan beranjak dari kelas itu meninggalkan Nene sendirian dengan buku catatan miliknya.

Yoko Yukimura, seorang siswi tahun ke-2 dari sebuah sekolah swasta di Tokyo, dikenal sebagai murid yang pendiam dan sangat sulit untuk didekati. Ia hanya berbicara kepada orang-orang tertentu saja dan hanya pada hal-hal yang ia anggap penting. Rambut panjangnya yang sedikit kecoklatan seakan menandakan ada sedikit darah Kaukasia yang mengalir di tubuhnya. Kacamata dan buku catatan kecil yang selalu dibawanya seakan memberitahu kalau dia bukanlah orang yang senang bergaul. Sampai saat ini buku catatan yang sering dibawa Yoko masih merupakan misteri bagi setiap orang karena tidak sekalipun Yoko meninggalkan buku itu ataupun membiarkan orang lain membacanya. Dia jarang bertegur sapa dengan teman-teman di kelas bahkan di sekolahnya sehingga ia dijuluki 'Patung Es' karena sikapnya yang dikenal dingin.

Kali ini ia berjalan menuju kantin yang terletak cukup jauh dari kelasnya. Seperti hari-hari biasanya, ia sama sekali tidak menyapa teman-temannya sebelum mereka menyapanya terlebih dulu.

"Hai Yoko, apa kabar?"

"Baik."

"Hai Yoko."

"Hai."

"Hai Yoko, berminat ikut lomba karya tulis ini?"

"Maaf, aku sedang sibuk."

Sejauh ini hanya itu yang dikatakannya selama perjalanan menuju kantin. Selebihnya, ia hanya sedikit merasa bersalah dengan apa yang dikatakannya.

Dia memilih tempat duduk yang berada tepat di tengah-tengah kantin yang berbentuk segienam dengan beberapa counter makanan di setiap sisinya dan pepohonan yang menyeruak di sana sini. Selagi menyantap nasi kepal bakarnya, ia sibuk menulis hingga tidak menyadari di sudut lain ada segerombolan anak laki-laki yang sedang membicarakannya.

-TBC-

Halaw. Kembali dengan cerita baru yang lebih ringan buat selingan. hehehe

Sebenernya ini cerita lama yang pernah diupload di salah satu blog lama saia (ga usah dicari ya tolong :)) dan agak dirombak dikit biar lebih enak bacanya

Terimakasih buat yang udah sempetin baca, vote, dan komen

Ditunggu chapter selanjutnya, ya!

The WriterWhere stories live. Discover now