Ciptaan tuhan itu begitu indah
Seperti saat pertama kali aku melihatmuVeliana pov
Kenalin nama gua Veliana. Gua biasa dipanggil Lia oleh orang-orang. Gua anak tunggal dari nyoya Riani dan tuan Adi Wijono. Umur gua baru 15 tahun dan sekarang gua duduk di bangku kelas x SMA.
Sudah seminggu gua menjadi murid di SMA 78, yang menjadi salah satu SMA favorit di sini. Murid-murid sudah berkumpul di lapangan untuk upacara bendera. Begitu pun gua dan tiga teman gua yaitu Sinta, Rara, dan Naura. Kita berempat udah temenan semenjak SMP. Kami memilih untuk masuk sekolah yang sama dan beruntungnya kita berempat sekelas.
Semua murid sudah berada di barisan kelasnya masing-masing. Karena sebentar lagi ucapara akan dimulai.
Pembawa acara mulai membacakan susunan upacara. Mata gua tertuju pada seorang pelaksana yang menjadi komandan upacara pada saat itu. Wajahnya yang tegas, tenang, berwibawa, dan begitu menawan membuat gua penasaran siapa dia. Yang jelas dia anak SMA ini! Tapi bukan itu maksud gua. Gua pengen tau nama dia siapa dan kelas berapa?
Sepertinya dia cukup terkenal di kalangan para siswi. Karena ketika dia memasuki lapangan, bak gaya TNI angkatan hati gua. Eh salah maksudnya angkatan darat. Semua siswi terdengar berisik karena membicarakan dirinya.
"Sumpah demi apa yak, ganteng banget!"
"Ngidam apa ya nyokapnya pas ngandung tuh anak?"
"Ngidam photo oppa-oppa korea kalik."
"Andai aja gua bisa pacaran sama dia! Gua janji bakal kurangin makan!"
"Makan aja pikiran lu, dasar karung goni."
"Mau dong sama gua!"
Ucap beberapa siswi yang terdengar sangat jelas.
Sepanjang upacara berlangsung gua cuma fokus ngeliatin dia. Gua udah sering liat cowok ganteng, tapi gua ga pernah ngerasa kayak gini. Apa ini? Apa gua suka pada pandangan pertama? Ah gua ga tau! Yang jelas sekarang gua cuman pengen merhatiin wajahnya. Ya allah! Indahnya ciptaan mu.
Author pov.
Ucapara berjalan begitu cepat. Seluruh murid sudah bubar dan perlahan meniggalkan lapangan.
Lia yang sedari tadi terlihat senyum-senyum sendiri membuat ketiga temannya heran.
"Woi Lia! Lu udah gila ya? Senyam-senyum sendiri aja dari tadi!" Tanya Naura yang melihat kelakuan temannya yang aneh.
"Tau tuh! Kesambet setan apaan lu?" Timpal Sinta.
Lia hanya diam dan tersenyum tanpa menjawab pertanyaan teman-temannya.
"Yaelah! Ditanya malah diem!" Ucap Rara yang tambah heran dengan kelakuan temannya itu.
"Percuma ngomong sama dia kalo udah kayak gini. Sama aja kayak ngomong sama tembok! Mending ngomong sama burung Beo gua." Sambung Rara yang sedikit kesal karena tak dihiraukan.
"Awww!"
Sinta menjitak kepala Lia yang sedari tadi tidak menghiraukan ucapannya.
"Apaan sih sin, sakit tau." Ucap Lia sambil mengelus kepalanya.
"Yaaa elu! Dari tadi kita ngomong sama lu tapi ga diacuhin!"
"Hehe sorry, abisnya gua lagi bahagia.!" Ucap Lia lalu berjalan duluan meniggalkan teman-temannya.
"Aneh tuh anak." Ucap Naura. Dan kemudian mereka mengikuti langkah Lia menuju kelas. Karena sebentar lagi pelajaran akan segera dimulai.
"Selamat pagi anak-anak." Sapa bu Ningsih pada saat memasuki kelas Lia. Bu Ningsih mengajar bahasa Indonesia, dia adalah guru yang sangat ramah dan jarang marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sebatas Patok Tenda
RomanceJika boleh aku ibaratkan, rasa ku pada mu sebesar kobaran api DasaDarma ku. Jika mendaki ribuan kilometer itu berat. maka lebih berat bagi ku mendapatkan hati mu. Kau harus tau aku kuat terhadap tantangan alam. tapi tidak dengan tantangan mencintaim...