Nastarnya emang manis
Tapi senyum kamu jauh lebih manis dari itu-RianAuthor POV
"Pagi ma, pa." Lia mencium pipi mama dan papanya yang sedang berada di meja makan. "Pagi sayang."
"Kayak nya anak papa bahagia banget ni. Kenapa hayo?" Tanya papanya yang melihat senyum Lia yang sedari tadi terpapar di wajahnya.
"Gapapa kok pa." Lia menjawab dengan malu malu dan kemudian memakan sandwich yang tadi sudah dibuatkan mamanya. "Palingan lagi jatuh cinta." Timpal mamanya. "Ih mama apaan sih. Ga lah." wajah Lia lansung dibikin blushing. Lia hanya menundukan wajahnya yang terasa panas. Papa dan mamanya jadi tertawa melihat putri semata wayangnya itu.
Setelah selesai sarapan Lia lansung mengajak papanya untuk berangkat. "Pa berangkat yok! Nanti Lia telat." Lia berdiri dari kursinya dan membawa nastar buat Rian yang kemaren dibikinin khusus. Sampe-sampe dari kemaren tuh nastar deket dia terus. Udah kayak berlian aja tuh nastar keamanannya.
"Nastar nya buat siapa?" Tanya papanya. Karena tidak biasanya Lia membawa makanan kesekolah.
"Hmmm ini.. Buat temen pa. Buat Rara, Naura, sama sinta" Jawab Lia yang sedikit gelagapan.
"Tumben kamu mau bawain mereka. Biasanya kalo mereka minta boro-boro mau kamu bawain. Palingan nyuruh jemput ke sini lansung." Ucap mamanya yang tidak yakin kalau Lia mau bawain buat temen-temennya.
"Lia udah telat. Ayo pa" Tanpa menjawab lagi Lia lansung meraih tangan mamanya untuk bersalaman dan menarik papanya untuk berangkat.
***
Sesampai di sekolah Lia langsung turun dari mobil dengan semangat empat lima. "Daah pa." Setelah mobil ayahnya pergi Lia memasuki gerbang.
Lia berjalan di koridor sekolah sambil senyum di kulum dengan satu toples nastar di tangannya. Sampai-sampai ga sadar kalo tuh sekolah juga ada penghuni yang lain.
"Pagi." Sapa Lia kepada ketiga temannya. "Bahagia banget lu?" Tanya Sinta. "Iyaa dong. Gua bahagiaaa banget." Mata Lia sampai ga keliatan gara-gara senyum.
"Weh ada nastar ni." Rara lansung mengambil toples nastar yang ada di tangan Lia. Namun dengan cepat bin kilat wal sigap Lia merebut kembali toples itu dari tangan Rara. "Enak aja lu. Ini bukan buat kalian. Kalo mau jemput noh ke rumah!"
"Ya ellah pelit banget lu jadi orang." Ucap Rara dan menyunggingkan bibirnya.
"Tau tuh." Timpal Sinta.
"BTW buat siapa tuh nastar. Tumben amat mau bawa makanan ke sekolah?" Tanya Naura yang penasaran untuk siapa nastar yang di bawa oleh Lia. Secara dia mana mau bawa-bawa makanan ke sekolah. Boro- boro buat temen, buat dia sendiri aja males.
"Kepo!" Jawab Shalsa kemudian sibuk memainkan ponselnnya. Naura hanya menarik nafas dan membuangnya malas.
Kriiinnngggg.......
Bel istirahat pun menyebar ke seluruh bagian sekolah. Seluru murid perlahan keluar menyerbu kantin untuk memenuhi kebutuhan sumatera tengah mereka.
"Kantin yuk!" Ajak Sinta pada ketiga temannya.
"Ayuk!" Jawab Naura dan Rara secara bersama.
"Kalian duluan aja dulu, gua ada urusan bentar." Lia yang kemudian pergi membawa nastar di tangannya.
Naura, Sinta, dan Rara saling melempar tatapan bingung dan kemudian mengedikkan bahu mereka pertanda tidak tahu.
Sedangkan Lia berjalan sendirian melewati koridor kelas sebelas dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Sampai-sampai tidak memperdulikan orang-orang yang ada di sekitar.
Sesampai di kelas 11 ipa3, yaitu kelasnya Rian. Lia lansung mengetuk pintu.
Tok tok tok
Tiba-tiba datang seorang siswi menemui Lia dan bertanya, "Cari siapa ya?"
"Hmm kak Rian nya ada kak?"
"Oh Rian. Tunggu sebentar ya." Ucap siswi tersebut dan berjalan ke belakang kelas tempat sekumpulan siswa yang sedang bernyanyi dan bermain gitar. Setelah itu Rian muncul dari salah satu yang berada di sana dan berjalan menuju Lia.
Velian POV
Gua ngeliat kak Rian muncul dari sekumpulan siswa yang ada di belakang kelasnya. Detak jantung gua lansung ga stabil ngeliat kak Rian jalan ke arah gua. Satu dua, satu dua,satu dua. Kenceng amat.
"Eh Lia, ada apa?" Sapa kak Eian pas yah nyampe deket gua.
Gua jadi gelagapan, "hmm i-ini kak nas-tar buat ka-ka." Gua mengulurkan nastar itu ke tangan kak Rian.
"Wah makasih ya, gua ga nyangka lu bakal beneran bawain buat gua." Kak Rian mengambil kotak nastar yang ada di tangan gua.
"Iya kak sama-sama. Kan kemaren gua udah janji bakal bawain." Yang awalnya gua ga berani ngeliat kak Rian dan sekarang gua agak sedikit ngangkat wajah berniin diri buat ngeliat nya.
"Boleh gua coba?" Gua cuma ngangguk doang jawabnya.
"Mmmm nastarnya enak banget. Manis kayak senyum lu." Sumpah kata-kata barusan bikin gua NGE-FLY. Gua yakin pipi gua udah merah kayak tomat karena kerasa panas."hehe kaka bisa aja. A-aku ke kelas du-dulu ya." Gua lansung pergi karena gua takut salting gua tambah menjadi-jadi. Walau sebenarnya gua pengen banget lama-lama deket kak Rian.
Author POV
Lia lansung pergi menuju kantin untuk bergabung dengan teman-temannya. Sedangkan Rian kembali ke tempat teman-temannya dengan membawa setoples nastar yang diberikan Lia tadi.
"Wah ada nastar tuh. Bagi dong!" Ucap Bima temen Rian yang lansung mengambil toples nastar yang ada di tangan Rian, "mmm enak banget ni nastar. Beli dimana lu?"
"Gua ga belu kok, noh dikasih adik kelas tadi."
Bima menyipitkan matanya ke arah Rian, "lu ngedeketik adik kelas ya?" alis Bima udah turun naik nunggu jawaban dari Rian. "Ga lah, itu junior pramuka," Rian menjawab dengan santainya. "Tapi kok dia bawain lu ini?" Tanya Bima yang masih tidak yakin sambil menunjukkan nastar yang ada di tangannya.
"Banyak tanya lu, kalo mau makan aja. Ga usah banyak tanya." Rian sudah malas menjawab pertanyaan Bima yang terlalu berlebihan. Emang kalo adik kelas bawain makanan bubuat kakak kelasnya, dibilang ada apa-apa gitu? Ga kan?
Di lain sisi, Lia berjalan menuju kantin dengan senyum yang awet di wajahnya sedari tadi. Mungkin dia terlalu senang.
Sampai di kantin Lia lansung bergabung dengan ketiga temannya. "Kenapa sih lu, senyum-senyum sendiri?" Sinta heran ketika melihat Lia yang sedari tadi hanya senyum-senyum tanpa bicara. Merasa pertanyaannya tak di gubris, Sinta menjitak dahi Lia. "Aw, apaan sih nta?" Lia mengusap dahinya yang cukup sakit karena Sinta menjitaknya cukup keras.
"Mangkanya kalo orang ngomong tu didengerin dong, dari tadi gua nanya ga dijawab." Sinta melipat kedua tangannya di dada, merasa sedikit kesal dengan Lia. "Hehe, gua ga denger nta," Sinta hanya ber hmm mendengar alasan temannya itu.
Setelah makan, mereka kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya.
Hai hai semua
Author up lagi ni
Sorry ya kalo ga bagus
Jangan baca doang dong
Tekan bintangnya juga biar author semangat bikinnya😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sebatas Patok Tenda
RomanceJika boleh aku ibaratkan, rasa ku pada mu sebesar kobaran api DasaDarma ku. Jika mendaki ribuan kilometer itu berat. maka lebih berat bagi ku mendapatkan hati mu. Kau harus tau aku kuat terhadap tantangan alam. tapi tidak dengan tantangan mencintaim...