2

8 4 3
                                    


💭Harap bijak ya dalam membaca💭


.
.
.

[Author POV]

"Hoam"

Gadis itu menguap dan terbangun karena tidurnya merasa terusik. Bagaimana tidak, sedari tadi Febrian Aldy setia memandang wajahnya yang masih polos tanpa make up itu. Ya, meski Meira jarang menggunakan make up. Setidaknya terdapat polesan skin care yang tidak membuat wajahnya tampak pucat.

"Eh, Bapak? Maaf pak"

Ucapnya. Seraya bergegas duduk dan merapih kan beberapa helai rambutnya yang terlihat sedikit berantakan.

"Sudah jam berapa ini, Meira Kusuma Ningrum?" Ucap Febrian sembari menunjukkan angka pada jam tangannya.

Meira pun mendongak agar dapat melihat nya lebih jelas. Dan. Damn! Sudah jam 07.00 WIB. Dan jam masuk kantor adalah jam 08.00 WIB.

"Ah. Gimana dong!" Ucapnya frustasi sembari mengacak rambutnya.

Febrian hanya tersenyum puas melihat tingkah Meira saat ini. Gelagapan, cemas, dan.. Cantik? Ya, dalam benak nya tingkah Meira saat ini amat cantik dan menggemaskan.

Bukan tanpa sengaja Febrian tidak mengusik tidurnya. Melainkan Febrian sengaja mengubah jam tangannya satu jam lebih cepat.

Ah, sial! Dasar, otak orang dewasa! [Author]

"Sudah lah, Mei. Jika kamu terus seperti itu kapan kamu akan siap? Sementara jarum jam terus berjalan"

"Ah.. Iya. Bapak ada benarnya juga"

Febrian dengan setia nya tetap melihat kemana langkah Meira pergi. Namun, tiba-tiba langkah itu justru pergi pada tempat yang tidak seharusnya ia lakukan sekarang.

Melihat kejadian itu, Febrian angkat bicara.

"Wait! Mau kemana kamu, Mei?"

"Eh? Ah.. Iya saya hampir lupa. Terimakasih ya pak atas tumpangan nya malam ini. Jika tidak ada bapak saya tidak tahu harus tidur di mana"

"Saya tanya, kamu mau kemana?"

"Saya? Saya mau pulang pak"

"Pulang? Pulang kata mu? Bahkan untuk sarapan dengan saya pun kamu enggan?"

"Ah. Maksud saya bukan begitu"

"Sudah lah. Terserah kamu saja bagaimana"

"Eh?"

***

[Meira POV]

"Pulang? Pulang kata mu? Bahkan untuk sarapan dengan saya pun kamu enggan?"

'Ah, apa sih maksud pak Feb barusan?'

Akhirnya. Lagi-lagi gue lebih memilih untuk mengalah dan segera keluar dari kamar ini dan menuju meja makan.

'Ah, sudah siap semua ternyata. Gimana sih gue. Udah numpang, ga tau diri lagi. Mana cewe pula'

Melihat lamunan gue barusan, pak Feb langsung berdehem.

"Ehm. Sudah selesai ngelamunnya?"

Mendengar ucapannya barusan mampu membuat gue gelagapan tak karuan. Dan langsung segera duduk di meja makan.

WRONG LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang