William menatap wajahnya didepan cermin, gurat kebahagian juga ke khawatiran terpancar disana. Sebuah senyum simpul ditampilkannya, membuat wajahnya yang tampan kian mempesona. Tak terasa pertemuan itu akan kembali terjadi, jantungnya berdegup kencang. Hatinya berdesir.
"apa kabar loe disana yu? 2 tahun ternyata ga bisa merubah perasaan gue sama loe.." william memegang dadanya yang bergemuruh. Kembali ia menatap wajahnya dicermin besar dan tersenyum kembali. Kkni matanya terpejam membayangkan sesosok gadis cantik, cuek dengan aura menenangkan yang telah mengisi 2 tahun hatinya. Bahkan saat ia telah berstatus kekasih orang tak membuat nama gadis itu hilang dari hantinya. William mendesah, ia merindukan semua nya, merindukan senyum gadis itu, merindukan tatapan mata yang hangat yang mampu membuatnya merasa aman hidup didunia ini.
"will...." teriak seorang pria tepat didepan pintu kamar william, merasa panggilannya tak digubris, ia mengernyitkan dahi heran. Lalu pria itu berjalan kearah william dan menepuk bahu nya pelan. William tersentak dan membuka matanya, menatap sosok yang mengganggu kerinduannya.
"ditya apa-apan sih loe, ngagetin tau.." keluh william dan berjalan menuju ranjangnya lalu menghempaskan tubuhnya dengan kasar.
"ngagetin? Ish.. elo tuh yang gue panggil ga denger.." dengus ditya dan ikut menghempaskan tubuhnya diranjang. "kenapa loe bro?" tanya ditya memandang wajah sahabatnya dengan seksama. William menoleh kearah ditya dan menggeleng, kemudian ia menghembuskan nafasnya dengan gusar. Tak lama senyum kembali menghiasi bibirnya. "dih ditanya geleng, tapi senyum-senyum, kenapa loe?" tanya ditya gemas akan tingkah sahabatnya.
William menoleh kembali kearah ditya. "loe tau, gue akan ketemu dia lagi.." seru william dengan mata yang mulai berbinar.
"maksud loe, yuangka kato?" tanya ditya terperanjat dan bangkit dari tidurnya lalu menatap william tajam. William mengangguk dan bangkit dari tidurnya, lalu ia berjalan menuju jendela kamarnya yang terbuka, merasakan semilir angin menyentuh permukaan kulitnya. Matanya menatap bintang yang berkelip-kelip dilangit. "seriusan loe? Loe dapet project bareng dia?" tanya ditya kembali dan mulai mengikuti william berdiri didepan jendela dan menghadap lelaki itu.
"ya, gue serius.. gue juga ga nyangka dia akan masuk ph yang sama kaya gue dan gue berpasangan sama dia.." william kembali menatap bintang dilangit setelah sebelumnya sempat melirik ditya. Ditya menepuk pundak william pelan. Ia tersenyum.
"kesempatan loe tuh bro, jangan disia-siain lagi." Ucap ditya. "owh iya, jangan loe ulangin lagi kesalahan loe dulu ya.." ucap ditya lagi sebelum meninggalkan william sendirian. William terpaku mendengar ucapan ditya. Tubuhnya mendadak kaku.
***
Hari ini minggu pagi, semua pihak ph juga sutradara sudah berkumpul begitupun dengan gadis cantik yuangka kato, lawan main william 2 tahun lalu. Gadis itu menyimak dengan baik apa yang disampaikan pihak ph. Lalu matanya mencari – cari keberadaan william.
"pasti telat lagi.." gumam yuangka dan kembali memokuskan pandangannya kearah sutradara.
Sementara william tengah terjebak dalam kemacetan ibukota, tangannya terasa dingin dan mendadak jantungnya berdetak dengan tidak normal. Ia merasa gugup setengah mati.
"duh, kenapa mesti macet sih, gue udah telat setengah jam nih." Keluh william dan melirik arlojinya dengan gelisah. Matanya kembali menatap mobil-mobil yang padat merayap.
"gelisah banget sih loe wil, biasanya juga nyantai, tidur aja gih tar gue bangunin kalo udah sampe.." decak ditya yang gemas akan tingkah william yang tidak biasanya.
"loe sih ga bangunin gue dari tadi.." kesal william, ia melipat kedua tangannya didepan dada sambil mendengus kesal.
Ditya melirik william dari kaca spionnya dan memberikan tatapan tajam pada sahabatnya itu. William yang merasa diperhatikan menatap mata ditya dan tersenyum kecil. "kenapa dit, ada yang salah?" tanyanya dengan wajah tanpa dosa. Ditya hanya menggerutu tak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stefki Cerpen
Romancepersembahan stefkivers for stefki love u a lot.. forever n ever couple tiada akhir :)