Husband!Iwaizumi x Wife!Dying!Reader
[][][]
"Setiap kali memberi, adil rasanya jika ada balasan, kan?
...oleh karena itu balaslah pemberian seseorang...
...terutama dia adalah istrimu sendiri."[][][]
"Selamat hari Valentine, Hajime!"
Kau memeluk suamimu yang baru pulang, membuka pintu rumah mereka.
"Whoa," Iwaizumi langsung memelukmu agar kau tidak terjatuh, "aku pulang, (Name)."
"Selamat datang," balasmu tersenyum manis kemudian turun dari pelukan Iwaizumi, "ini hadiah dariku!" sambungmu lalu memberikan sebuket mawar merah pada suamimu.
"...terima kasih, (Name)," ucap Iwaizumi kemudian mengecup keningmu.
Sementara kau hanya tertawa kecil, dan kalian pun berjalan masuk ke ruang makan untuk makan malam bersama.
___
(Beep! Beep! Beep!)
'Suara apa itu....'
(Beep! Beep! Beep!)
"Pedeteksi jantungnya meningkat!"
(Beep! Beep! Beep!)
"Dokter! Panggilkan dokter!"
(Beep! Beep! Beep!)
"Ada peningkatan detak jantung, pasien akan segera sadar."
"Panggil suaminya kemari."
(Beep! Beep! Beep!)
"Dokter! Apakah (Name) sudah bangun!"
'Ah, suara Hajime.'
"Sebentar lagi, Iwaizumi-san. Anda bisa menunggu hingga istri Anda sadar."
"Terima kasih, dokter."
(Beep! Beep! Beep!)
'Aku ingin membuka mataku, tapi kenapa terasa berat sekali.'
Kemudian kau merasakan kehangatan di tangan kananmu, seolah ada yang mengenggamnya.
"(Name), bangunlah—kumohon."
Kau pun mencoba membuka matamu dengan sekuat tenaga, dan perlahan kau bisa melihat cahaya terang yang berasal dari lampu ruangan.
'Bau obat,' pikirmu kemudian menoleh ke arah kananmu.
Kau melihat Iwaizumi, suamimu, sedang memegang tangan kananmu dengan kedua tanganya, serta wajahnya yang disembunyikan di tanganmu. Kau kembali melirik ke sebelah kirimu, dan melihat tangan kirimu diinfus. Akhirnya kau kembali menoleh ke arah Iwaizumi kemudian membalas pelan gengammannya.
Merasakan respons darimu langsung membuat Iwaizumi mengangkat kepalanya dan menatap ke arahmu. Saat pandangan mata kalian bertemu, kau dapat melihat raut wajah Iwaizumi menjadi bahagia, dan matanya tampak berkaca-kaca.
"K-kau terlihat mengerikan, Hajime," komentarmu tersenyum saat menyadari kantung mata Iwaizumi yang terlihat jelas.
"Apa itu komentarmu setelah sadar?" gumam Iwaizumi tapi tak bisa menyembunyikan senyum yang mengembang di wajahnya, "syukurlah kau sadar," sambungnya mencium punggung tangan kananmu dengan lembut.
Kau melirik ke arah kalender yang berada di belakang Iwaizumi, 13 Maret.
"Seberapa lama aku tidak sadarkan diri, dan apa yang terjadi padaku?" tanyamu menyadari tubuhmu sangat lemah untuk digerakkan.
"Sudah seminggu, dan apa kau tidak ingat kejadian minggu lalu?"
Kau mencoba mengingat-ingat, kemudian pecahan ingatan memasuki kepalamu.
Kau dan Iwaizumi sedang date saat itu, dan karena kecerobohan seseorang—kau melihat anak kecil tersungkur ke zebra cross, dan ada mobil yang melaju cepat ke arah anak kecil itu. Kau yang berada di dekat anak kecil itu tidak tinggal diam. Kau menarik anak kecil itu, tapi momentum yang tercipta membuatmu bertukar posisi dan ditabrak.
"Oh, bagaimana keadaan anak kecilnya?" tanyamu kemudian.
"Sepertinya kau ingat," ucap Iwaizumi, "anak kecil itu baik-baik saja, lalu keluarga mereka bersikeras membayar biaya rumah sakit."
"Ah... begitu ya?" gumammu tersenyum kecil.
Kau menutup matau sejenak, perasaanmu tidak enak—tapi kau harus mengatakannya pada Iwaizumi sekarang.
"Hei, Hajime."
"Ada apa, (Name)? Apa kau merasa sakit? Akan kupanggilkan dokter!"
Kau hanya terkekeh kecil.
"Aku ingin bertanya satu hal padamu, duduklah sebentar, sebelum kau memanggil dokter."
Iwaizumi yang sudah berdiri untuk menekan tombol untuk memanggil dokter kemudian kembali duduk. Kau menarik napas singkat.
"Apa kau akan membalas mawarku besok?"
Iwaizumi mengerutkan alisnya.
"Tentu saja," jawab Iwaizumi, "tanpa kau beri mawar ataupun kau tagih, aku pasti akan memberimu sesuatu besok. Jadi, jangan kecewa aku tidak akan memberimu apa-apa besok."
Kau tertawa kecil, dan perlahan matamu mulai menutup.
"Baguslah," kau tersenyum lembut, "kutunggu hadiah darimu, Hajime."
Matamu menutup sempurna, dan hal terakhir yang kau dengar adalah alat pendeteksi jantung yang berbunyi panjang.
___
Iwaizumi menarik napas panjang.
"Happy White Day, (Name)."
Tangan kanan Iwaizumi yang memegang sebuket mawar putih mengenggam kuat, tapi kemudian kembali normal. Iwaizumi kemudian meletakkan bunga itu sambil berlutut.
"Seperti janjiku, aku memberimu hadiah, kan?" tanya Iwaizumi, "sebenarnya ada hadiah lain, seperti date keliling kota, makan di restoran tempat biasa kita makan, dan melihat langit malam di atap rumah kita."
Iwaizumi mengigit bagian bawah bibirnya.
"Tapi kau dan aku tahu, hal itu sudah tidak mungkin dilakukan."
Iwaizumi kembali berdiri tegak.
"Sampai ketemu lagi, (Name)."
Setelah itu Iwaizumi mengelus makam yang ada di depannya dan meninggalkan makam itu, makam yang bertuliskan Iwaizumi (Name).
[][][]
KAMU SEDANG MEMBACA
White Chemistry [Iwaizumi Hajime] [Haikyuu!]
FanfictionHaikyuu © Furudate Haruichi Story © RainAlexi123 Antara kau dan dia, kisah seputar White Day kami sajikan. Happy Reading! • WhiChestry Project