White Ribbon

686 89 0
                                    

Iwaizumi x Sister!Child!Reader

[][][]

"Setiap kali memberi, adil rasanya jika ada balasan, kan?
...oleh karena itu balaslah pemberian seseorang...
...walaupun sebenarnya kau tidak menerima apa-apa."

[][][]

"Hajime! Hajime! Hajime! Okaeri!"

Iwaizumi yang baru membuka pintu langsung dipeluk oleh seorang perempuan berambut (h/c) yang acak-acakan.

"Aku pulang (Name)," sahut Hajime mengelus kepalamu, yang sedang memeluk kakinya karena perbedaan tinggi yang besar.

Kau tidaklah seperti adik-adik pada umumnya dimana mereka memanggil kakak mereka dengan sebutan Oniichan, Oniisan, ataupun sejenisnya. Penampilanmu juga selalu terlihat berantakan dan acak-acakan.

"Hajime! Aku membuat coklat di sekolah!" ucapmu penuh semangat, melepaskan pelukannya dari kaki Hajime.

"Benarkah?"

"Mhm! Dan aku membuatnya untukmu, Hajime!"

"Ooh? Kupikir kau akan memakannya," sahut Hajime menyeringai mengejek.

Kau mengembungkan kedua pipinya, kemudian memukul kaki Hajime—walaupun tidak terasa apa-apa bagi Hajime.

"Jahat! Ini kan Valentine! Aku ingin memberimu sesuatu, Hajime!"

"Baiklah-baiklah, bagaimana kalau adikku yang tercinta ini membawaku ke tempat dimana coklatnya berada untukku ini."

Kau mengempiskan kedua pipinya, ekspresi bangga tertulis di wajahnya.

"Bagus, kalau begitu ikut aku, Hajime!"

"Iya-iya."

Kini kalian berdua berjalan menuju kamarmu. Saat sampai di kamarnya, Hajime langsung melihat sebungkus permen coklat yang 'cukup' berantakan di atas meja belajarmu.

"Bagaimana? Melihatnya saja sudah membuatmu lapar, kan?" tanyamu penuh bangga.

Iwaizumi hanya terkekeh kemudian kembali mengelus kepalamu.

"Aku sudah tidak sabar untuk merasakannya."

Wajahmu mencerah, kemudian kau berjalan menuju meja belajarmu dan mengambil permen coklat tersebut.

"Ini, untuk Hajime!"

Iwaizumi kemudian membuka bungkus permen tersebut.

"Kalau begitu kumakan—" ucapan Iwaizumi terhenti saat dirinya melihatmu yang menatapnya dengan tatapan datar, namun mengalir saliva dari sudut bibirmu.

Iwaizumi berhenti, mulutnya masih terbuka dan permen masih berada di atas mulutnya—siap terjun bebas kapanpun. Iwaizumi menghela napas, memberikan permen tersebut padamu kemudian memegangi pipinya—lalu berpura-pura merintih kesakitan.

"AAAH, AKU BARU INGAT AKU SAKIT GIGI!"

"Eh? Hajime, apa kau baik-baik saja!?" tanyamu mulai panik, hampir menjatuhkan permen coklat yang kau pegang.

"A-aku baik-baik saja, (Name)," ucap Iwaizumi berpura-pura, "demi diriku ini, maukah kau menggantikanku memakan permen coklat itu, (Name)?"

Kau terdiam, sebelum akhirnya ekspresi penuh tekad terlukis di wajahmu.

"Baiklah, demi Hajime!"

___

"Hajime! Ini semua salahmu!!"

"Hai' hai', ini semua salahku."

"Jika saja kau tidak sakit gigi saat itu, mungkin aku tidak kesakitan sekarang!!"

"Tidak, itu salahmu tidak rajin menggosok gigimu."

"Okaasan!! Hajime mem-bully-ku!!"

"Hajime! Jangan ganggu adikmu!"

Iwaizumi mengangkat sebelah alisnya, sementara kau hanya memberikan tatapan kesalmu.

"Tapi itu kenyataan, (Name)—jika saja kau rajin menggosok gigimu, maka kau tidak akan sakit gigi."

Kau mengembungkan kedua pipimu.

"Tapi semua berawal dari Hajime yang tidak bisa memakan permen coklatku!"

Kini kau terbaring lemas di atas kasur. Kemarin kau baru saja merasakan gigimu sangat sakit. Setelah di bawa ke dokter ternyata gusimu bengkak, dan karena bengkaknya tidak parah—sang dokter hanya memberikan obat untuk dimakan.

Namun kau harus menanggung risiko sakit luar biasa dan tidak bisa memakan sesuatu yang manis sampai gusimu sembuh.

"Jika kau sudah sembuh, aku akan membawamu kemanapun kau mau, dan membelikan makanan apapun yang kau mau."

Wajahmu mencerah.

"Benarkah—OW-OW-OW!"

"Iya, benar—jangan membuka mulutmu terlalu lebar, (Name)."

Kau mengembungkan kedua pipimu.

"Baiklah."

"Sebenarnya aku berencana mengajakmu hari ini, (Name)."

"Eh, benarkah?"

"Tapi karena hari ini kau sakit, rencananya batal."

Kau kembali mengembungkan kedua pipimu—diam-diam menyalahi gusimu yang bengkak. Namun kemudian Iwaiazumi mengangkat pergelangan tangan kananmu yang awalnya tertutupi oleh selimut tebal.

"Jadi sampai kau sembuh," ucap Iwaizumi memulai, "tahanlah dengan hadiah ini."

Saat Iwaizumi melepaskan pegangannya dari tanganmu, kau langsung mendekatkannya ke wajahmu—disuguhi oleh sebuah pita yang melilit di pergelangan tanganmu.

"Gunakan pita itu saat kita jalan-jalan nanti, untuk mengikat rambutmu," ucap Iwaizumi sambil mengelus kepalamu.

Kau menatap lama pita tersebut, kemudian menatap Iwaizumi lalu tersenyum.

"Un!"

[][][]

White Chemistry [Iwaizumi Hajime] [Haikyuu!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang