~|~|~|Burung berkicau riang, tanaman dan tanah yang masih sedikit basah karena diguyur hujan membuat suasana pagi menjadi sejuk. Jalanan yang awalnya sepi mulai ramai dengan kendaraan dan para pejalan kaki yang melintas, sekolah dan kantor pun sama ramainya karena para penghuni sudah berdatangan.
Bunyi alarm membuat seorang cowok yang masih asik dengan mimpinya terbangun. Mematikan alarm dengan sangat terpaksa dan beranjak membuka gorden kamarnya.
"Kok udah panas banget ya?" Cowok itu melihat alarm yang baru saja dia matikan. Dia merasa sangat aneh biasanya jam 06:00 cuaca masih tidak panas seperti sekarang, apa dia sedang berhalusinasi?.
Matanya tertuju pada benda pipih di atas meja belajar, terpangpang dengan jelas di benda itu kalau jam sudah menunjukkan 07:00.
"Udah siang ternyata." Cowok itu berjalan santai ke arah kamar mandi. Mungkin bagi sebagian pelajar kalau sudah kesiangan akan terburu-buru, tapi beda kalo Alan. Dia akan tetap melakukan semua aktifitasnya dengan santai.
Bukannya mandi, dia hanya mencuci muka dan menggosok giginya. Ingat!, tidak mandi. Dia keluar dari kamar dengan rambut yang acak-acakan, kancing seragam yang belum terpasang sehingga memperlihatkan kaos hitam di dalamnya, tas yang setengah terbuka, benar-benar seperti orang yang tidak ada niat pergi ke sekolah.
"Gimana mau sukses, bangun aja kesiangan" Seorang perempuan yang sedang duduk di sofa melihat penampilan sang adik sambil melipat tangannya di perut. Cowok yang bernama Alan itu hanya melirik sekilas ke arah sang kakak.
"Kalo udah kebiasaan mau gimana" Ucap Alan cuek sambil mengancingi seragamnya.
"Ya udah jalan sana, udah siang banget ini buat berangkat sekolah."
"Ya udah Alan berangkat"
"Hm"Alan berjalan ke arah garasi dimana letak sepeda motornya berada.
Alan Akbar Alfandi itu nama cowok yang sedari tadi bersiap-siap pergi ke sekolah. Anak bungsu dari pasangan Wafi Alfandi dan Rista Ananta. Alan dan kakak perempuannya Putri Aurora Ananta atau lebih sering dipanggil Putri lebih mirip seperti ibundanya yang memiliki rambut tebal, kulit yang putih pucat, bibir yang tipis, mata yang hitam pekat, dan postur tubuh yang sedikit pendek, sedangkan kakak kedua Alan, Mufrih Naufal Alfandi atau lebih sering dipanggil Naufal, dia seperti sang ayah memiliki alis tebal, bibir yang sexy, mata yang berwarna agak kecoklatan, lebih tinggi dari pada saudaranya yang lain.
Kembali lagi pada Alan yang menaiki sepeda motornya dengan kecepatan di atas rata rata, banyak pengguna jalan memakinya terang terangan karena ulahnya mengebut. Bukan karena takut telat, tapi memang hobinya ngebut di jalan.
Telat semenit saja mungkin Alan hanya memandang gerbang yang sudah tertutup, kalau tertutup pun Alan tidak peduli, mungkin dia akan memutar arah pergi ke game zone atau ke cafe atau kemanapun kalau gerbang sudah tertutup, tapi sayang gerbang masih terbuka.
Dia membuka helmnya dan menyisir rambut hitamnya dengan tangannya sehingga memperlihatkan dahinya yang mulus, sedangkan kaum hawa yang tanpa sengaja melihat Alan terpaku.
'Anj**r gua cuci mata pagi-pagi'
'Alan jadi pacar gua ya'
'Itu ngapain sih, si Alan pakek nyisir rambutnya segala'
'Masih pagi udah nyari sensasi aja tu bocah'
'Kapan coba gua bisa diliatin gitu sama cewek'
Ya begitulah kira-kira bisikan atau teriakan di sekolah SMA Nusa Bangsa setiap Alan datang. Ya namanya juga badboy pasti tidak luput dari yang namanya 'famous'. Alan menghiraukan teriakan-teriakan tak jelas itu. Dia berjalan cool menuju kelasnya, baru beberapa meter saja dia melangkah bel sudah berbunyi sehingga membuat semua fans Alan kembali ke kelas masing-masing menunggu guru yang akan mengajar. Sedangkan Alan terus melanjutkan langkahnya dengan cool sambil memainkan kunci sepeda motor ditangan kanannya dan tangan kirinya di masukkan ke dalam saku celana dan jangan lupakan penampilannya yang masih acak-acakan dengan baju seragam di luar, tas di pundak kirinya dan dua kancing seragam yang sengaja tidak dikancingi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASAN
RandomAlan Akbar Alfandi, cowok berusia enam belas tahun yang memiliki banyak alasan di kehidupannya. Bad menjadi salah satu pilihannya menjalani kehidupan. Jangan tanyakan kebahagiaan padanya karena dia sudah lupa bagaimana rasanya bahagia, saat umurnya...