Jika terjadi kesamaan tokoh, tempat, alur, dan lain sebagainya itu adalah kebetulan yang tidak disengaja.***
Disinilah Alan berada, kantin. Hukuman yang tadi di berikan oleh Bu Anis tidak dijalankan olehnya. Ayolah, siapa yang mau lari lapangan sebanyak dua puluh kali dipagi hari?, dia kan sudah mandi kalau bau bagaimana?. Ya dia mandi, mandi muka doang.
Bubur dan teh hangat menjadi sarapan yang dia pilih sekarang. Sesekali matanya melirik ke arah pintu masuk kantin, takut-takut ada guru piket lewat. Karena bosan hanya sendiri di kantin Alan membuka aplikasi chatt dan mengirim pesan di grup yang dia buat.
💯 Cogan asli
Oi, keluar kelas gih. Gue di kantin gak ada temen
Dito:Oke otw
Ikfal: 2
Kembali Alan memakan buburnya dengan nikmat. Menunggu dua curut yang kemungkinan akan lama pergi ke kantin, dia kembali mengingat cewek baru yang ada di kelasnya barusan. Tersenyum miring setelah sebuah ide terlintas di pikirannya."Weh, senyum-senyum sendiri. Gila?" Dito menepuk bahu Alan dengan keras membuat Alan mengaduh kesakitan.
"Sakit nyet"
"Tumben cepet?"
"Bu Anis ke toilet."
"Lo lagi mikirin cewek baru itu ya?" Ikfal yang baru datang sudah sadar akan apa yang ada di pikiran Alan.
"Iya, gue mau jadiin dia target selanjutnya."
"Tapi kayanya sulit deh Al."
"Bukan Alan namanya kalo gak bisa buat dia jatuh cinta sama gue." Senyum miring menghiasi bibir Alan.
"Aw awa aw." Senyum itu tergantikan dengan ringisan Dito dan Ikfal yang berada di samping kanan kirinya.
"Berani ya!, bukannya belajar malah nongkrong di sini." Alan menoleh kebelakang dan saat itu Alan tersenyum manis setelah tau di belakangnya ada seorang guru sedang menjewer kedua sahabatnya dengan dia terjebak di tengah-tengah. Memang dia tidak di jewer tapi bagaimana dia bisa kabur? Di hadapannya ada meja di belakangnya ada Pak Joko jadi bagaimana dia bisa kabur?.
Dengan perlahan Alan menggeser bubur dan teh hangat di hadapannya. Dan dengan kekuatan bulan dia melompati meja kantin dan berlari secepat yang dia bisa tanpa mempedulikan kedua sahabatnya dan Pak Joko yang berteriak memanggil namanya.
"ALAN!"
"KALO MAU MINTA TANDATANGAN NANTI!" Alan berteriak sambil berlari menjauhi kantin.
###
Alan sekarang berada di taman belakang sekolah. Dia duduk di atas pohon menikmati angin yang berhembus begitu sejuk. Di siang hari sekolah ini terlihat sejuk karena terdapat beberapa pohon besar yang dapat menjadi tempat untuk berteduh. Selain dibuat tempat berteduh dan menghasilkan oksigen pohon ini juga bermanfaat bagi para siswa yang melanggar, yah apa lagi kalau tidak disuruh membersihkan dedaunan kering yang sudah berjatuhan. Alan sudah pernah menjadi korban membersihkan halaman itu sendirian sambil di awasi Pak Joko, mungkin kalau dia tidak di awasi Pak Joko dia tidak akan pernah mau membersihkan halaman belakang yang seluas lapangan Bung Karno ini.
Alan bersiul ria di atas pohon dan melihat ke sekeliling, dia mencari sesuatu yang menarik seperti sepasang kekasih yang sedang bermesraan mungkin. Jangan ditanya apa yang akan dia lakukan, yang pasti itu akan membuat sepasang kekasih itu malu dan berakhir dengan kata putus. Pandangannya tiba-tiba terpaku pada kursi di bawah pohon yang sekarang berada dia di atasnya. Bukan, bukan karna kursinya tapi karna seorang cewek yang sedang duduk bersantai sambil membaca novel. Tanpa basa basi Alan langsung lompat ke bawah yang membuat cewek itu sedikit kaget.
"Hei." Alan duduk di samping cewek itu dan merangkulnya, tanpa babibu cewek yang Alan rangkul itu memelintir tangan Alan.
"Aw aw aw lepasin, gimana kalo tangan gue patah?" Alan berusaha melepaskan pelintiran cewek itu tapi tidak bisa, kekuatan cewek itu lebih besar dibanding dengannya. Memalukan, sangat memalukan. Cowok kalah sama cewek mau tau taruh dimana itu muka?.
"It's better!"
"Kejem banget sih lo."
"Gue cuma mau kenalan." Lanjut Alan
"Lo udah tau nama gue."
"Iya sih, tapi lo belom tau nama gue kan"
"Gue gak peduli!" Cewek itu melepaskan tangannya yang memelintir tangan Alan dan pergi begitu saja tanpa ada kata maaf.
"Waw, cewek tuh" Tiba-tiba Dito datang dengan Ikfal tentunya.
"Gak malu Al?, lo kalah sama cewek?" Ikfal duduk di tempat cewek tadi.
"Gue yakin, dia pasti jago bela diri." ucapan Dito diangguki oleh Ikfal.
"Yakin kali ini lo mau jadiin dia target selanjutnya?" sedangkan Alan yang ditanyai masih melihat kepergian cewek tadi yang semakin lama semakin mengecil di pandangannya.
"Sanna Cantika Nuggraha." Alan mengucapkan nama cewek tadi dan tersenyum smirk.
***
Garing? Namanya pemula.
Sekian dari Author, kalau ada yang kurang tolong komen dan kalau suka tolong vote😆.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASAN
RandomAlan Akbar Alfandi, cowok berusia enam belas tahun yang memiliki banyak alasan di kehidupannya. Bad menjadi salah satu pilihannya menjalani kehidupan. Jangan tanyakan kebahagiaan padanya karena dia sudah lupa bagaimana rasanya bahagia, saat umurnya...