ketetapan hati

29 2 0
                                    

🌠🌠🌠

"Dengan melihat kondisi ibu, kemungkinannya sangat kecil untuk bisa normal. sampai detik ini saya hanya bisa memberikan satu solusi."

Dokter Najla, dokter muslimah bercadar asal Iraqi itu bertutur lembut didepan kami. Namun demi melihat kesungguhan dari tatapannya, membuat kami yakin betapa seriusnya kondisi itu.

"saya termasuk yang sangat mengusahakan para ibu dapat melahirkan normal. akan tetapi setelah observasi, keadaannya sangat berisiko. ukuran babynya besar dan jahitan bekas Caesar sebelumnya kurang baik, Sehingga ditakutkan terjadi ruptur uteri atau jahitan caesar robek."

Subhanallah.
Dari awal kehamilan ke tiga ini, saya dan suami berdoa, berharap dengan sepenuh hati agar bisa melahirkan dengan normal. namun setelah mendengar penjelasan barusan, sepertinya hal itu belom bisa terealisasi juga.

Pikiran mulai terbagi, bukan hanya membayangkan operasi SC yang akan dijalani, yang menjadi pikiran lainnya adalah bagaimana dengan kakak-kakaknya, saat waktu kelahiran nanti?,
siapa yang akan mengurus rumah, mempersiapkan baju kerja suami dan baju sekolah anak-anak dan siapa yang menyiapkan makanan?,
dan hal utama dari semua itu bagaimana mengurus baby yang baru lahir?,
karena kondisi pasca SC takkan bisa langsung beraktivitas, minimal 1-2 bulan untuk pemulihan.
Qadarullah untuk menyambut malaikat kecil yg ketiga ini, orangtua saya maupun suami tak bisa menemani di sini, di Qatar.

Semua bayangan bermunculan silih berganti. Masih segar dalam ingatan saat kelahiran putri kedua yang harus SC untuk pertama kalinya, saat itu sampai menghadirkan beberapa dokter SpOG dan dokter ahli, karena kondisinya sudah sangat urgent dan genting. Dan kesibukan setelah operasi itu sangat luar biasa, berbagai pernik yang harus dihadapi dan dijalani, alhamdulillah-nya waktu itu ada Ibu di sini.

"Saran saya, silakan ibu dan bapak ber-istikharah dulu malam ini, meminta jalan terbaik, secara jadwal besok adalah due date nya. dan jika memutuskan melakukan SC, silakan besok langsung datang jam 9 pagi kesini, " sang dokter melanjutkan.

Suami yang menyadari dari tadi, setengah pikiran saya sudah tidak di ruangan itu lagi, mengiyakan dan mengakhiri konsultasi singkat itu. sambil memegang tangan dan menggandeng bahu mengajak saya keluar ruangan. Dokter Najla mempersilahkan dan melepas kami dengan senyuman penuh ketenangan setelah sebelumnya memegang pundak saya, menguatkan.

"Ayah tau apa yang bunda pikirkan, ayah akan mendukung apapun keputusan bunda."

suara suami memecah keheningan di mobil itu yang mulai bergerak meninggalkan Rumah sakit.

"Kita sudah beberapa kali mendiskusikan ini, dan ternyata untuk saat ini itulah jalan yang harus di ambil. jika yang bunda khawatirkan ayah dan anak-anak kalau mengambil langkah SC, maka jawaban ayah adalah jangan pernah mempertanyakan Allah, yakin dan Bismillah... akan selalu ada jalan, segalanya di lancarkan dan dimudahkan...lahaula wala quwwata illa billah."

Suaranya tenang, tegas dan full keyakinan juga suport. Tangan kanannya menggenggam erat tangan saya, sementara tangan kirinya stand by dengan setir mobil.

"Insyaallah", hanya kata itu yang mampu keluar dari mulut saya, saya meliriknya berusaha tersenyum. walau yang ada senyuman kecil di hiasi deraian.

Mobil itu terus meluncur hingga akhirnya sampailah di Flat kami.

🌠🌠🌠

Di parkiran bertemu dengan keluarga pak maxmuri, tetangga kami sesama orang Indonesia. Mereka menanyakan bagaimana kondisi calon baby kami dan langkah apa yang akan di ambil.

Dan MasyaAllah, tanpa diduga beliau menawarkan akan menjaga anak-anak saat proses persalinan besok.

Mata saya berkaca-kaca. Bu Maxmuri, mendekap saya erat dan mengatakan, "tenang saja bu, kami paham sekali. karena kami juga pernah mengalaminya, semua akan baik-baik".

Hati ini gerimis, bisa merasakan hangatnya cinta dan kasih sayang saat jauh dari keluarga dan tanah air, itu adalah rizki dan berjuta nilainya. Sebelum masuk ke rumah masing-masing, saya dan suami mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada Pak Maxmuri sekeluarga.

Dan untuk urusan domestik, suami mengatakan, "jika yang di khawatirkan adalah pakaian, ada laundry atau ayah nyuci. Untuk makanan jika ayah ada waktu akan masak, jika tak memungkinkan kita beli.

Alat makannya, kita beli yang sekali pakai, dan untuk memandikan dan mengurus baby, ayah akan belajar, dengan bantuan instruksi dari bunda salah satunya. So... Allahu musta'an."

Malam itu, kami melaksanakan istikharah. Dan keesokkan harinya setelah dengan segala pertimbangan dan ketetapan hati, kami memutuskan berangkat ke rumah sakit.
Alhamdulillah, Anak-anak tanpa kendala main di rumah tetangga kami. serasa mimpi, karena biasanya kami sangat berjuang untuk menitipkannya terutama teteh Asiyah.

Tiba di rumah sakit, suami langsung mengurus semua administrasi yang diperlukan. selang waktu setengah jam, semua perlengkapan operasi sudah siap.

BismillahirRahmaanirRahim, berbekal tatapan tenang suami, doa-doa dan kata-kata penenangnya, doa keluarga dan sahabat di tanah air dan di Qatar --- terutama teman teman ODOJ 170 waktu itu--- saya memasuki ruang operasi ...

""")))))****)))""""

🌠🌠🌠

4 BidadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang