1

438 13 0
                                    

~VIAN POV~

Aku terbangun saat pajero yang berwarna hitam yang aku tumpangi itu berhenti di tepi jalan yang legang hanya segelintir mobil yang lewat.

Seorang pria itu mengangkatku dari dalam mobil dan meletakanku ditepi jalan. Ia mengambil dompet lalu  mengeluarkaan beberapa lembar uang dan menyelipkan ya di saku celana ku lalu bergegas pergi masuk kedalam mobil dan pergi begitu saja tanpa mengcapakan sepatah katapun meninggalkan aku yang terduduk di bawah pohon, tepi jalan itu.
Aku mencoba bangkit dari duduku dan melangkah pegi meninggalkan tempat itu. Betapa mengelikan, mejijikan, dan hinaya aku. Aku tak ubahnya seorang pelacur setelah dinikmati diberi uang lalu di biarkan pergi. Tidak. Mugkin aku lebih buruk dari pelacur. Yang lebih mengenaskan aku dibuang dijalan tanpa ada kata yang selalu di eluh-eluhkan setiap manusia yaitu harga diri dalam diriku.

Aku berjalan mengikuti jalan raya. Mengabaikan rasa perih di begian belakangku mengingat apa yang telah peria itu perbuat pada diriku.

Dengan tertatih-tatih dan baju yang berantakan aku terus berjalan. Tanpa kusadari au sudah ada di pintu gerbang depan sekolahan ku. Aku terus berjalan melewati sekolahan ku. Namun aku jatuh tegeletak seakan kakiku tak mampu menahan tubuhku. Perlahan sesadaranku mulai mejauh meninggalkanku dan kesunyaian berganti menyelimutiku.Mungkin ini akan dari penderitaan ini dan aku akan senamg hati menyerahkan nyawa ini kepeda-Nya.

“terimakasih atas pederitaan ini”

Aku terbangun dan pertama kali yang kulihat  langit-langit rumah berwarana putih yang entah ada dimana. Aku melihat setiap penjuru ruangan ada lemari kaca dan ada timangan di sudut ruangan.

KREEK

Pintu yang tadinya tertutup kini terbuka, menampilkan seorang pria berkumis dengan potongan rambut cepak dan seragam satpam. Setelah  aku amati lebih teliti ternyata dia adalah satpam disekolahanku. Pria itu pun medekat kearah ku.

“Bagaimana keadaanmu?” satpam itu pembicaraannya.

“Aku baik-baik saja pak”
Walaupun keyataanya aku tidak baik-baik saja. Mungkin akan lebih baik bila aku mati di trotoar itu dan pulang dengan jenasahku kepada keluarga ku dan bertemu Tuhan, tapi Tuan berkehendak lain. Aku dibiarkan hidup dengan penderitaan ini.

“Kenapa kau bisa tergeletak di trotoar? Kenapa baju mu compang-camping? Kenapa ada uang ratusan ribu di saku seragam mu? Lalu mengapa kau masih  menggunakan seragam dan tidak pulang kerumah?”

Aku di hujani dengan pertanyaan yang mengarah padaku. Dengan menatap ku tajam seakan dengan tatapannya dapat membunuhku biala tidak menjawabnya.

“Anu, aku akuaku tadi baru kemall” jawab ku gugup karena aku kawatir kalau dia tidak percaya dengan kebohonganku.

“ JANGAN BERBOHONG”

Dengan raut wajah marah dia membentak aku. Suaranya bahakan mengema keseluruh euangan ini. Aku sudah menduga ia akan menyadari kebohongan yang tidak masuk akal ini.

“Katakan dengan jujur”
Dan inilah aku harus menguak luka yang dapat mecabik, menginjak, dan menusuk haga diriku. Mengingat betapa masalah ini sangat pekat dan pelik untuk aku hadapi.

“ Sebenarnya  aku diculik pak, dan aku. Aku di perkosa oleh pria banjingan itu”

“ Maksudmu kau di perkosa oleh orang homo” satpam itu menampakan raut bingung yang sangat kentara oleh wajahnya itu.

Aku tak mampu berkata apa-apa. Aku hanya mampu menundu sebagai jawabanku, pak satpam itu mungkin tau akan ke terdiamanku.
   
Sekarang aku tau bagaimana rasanya menjadi pecundang yang mungkin belum pernah akau rasakan.

“ Aku harus segera memberitaukan ini pada ornag tuamu dan polisi agar  mereka mengusut kasus ini dan-“

“ jangan pak. Akau mohon “

“Tapi”

“ Aku mohon pak, cukup bapak saja yang tau . aku tidak ingin kabar ini tersebar. Aku mohon!!” aku mengiba pada pak satpam yang baru ku tau namanya adalah Hadi tang tertera di papan nama di dadanya.

Satpam itu menatapku dengan pandangn  yang sulit di artikan mungkin antara iba dan prihatin. Menelisik kedalam mata ku akankah apa yang aku katakan ini dusta yang mungkin akan aku katakan lagi atau kejujuran. Dia menatap keatas sembari menghela napas mungkin ia tidak menemukan di dalam diriku.

“Baiklah aku tidak akan memberitau keluargamu. Aku juga akan menolongmu mungkin aku akan merasa hancur dan bunuh diri bila itu terjadi pada anak maupun adikku. Aku akan meninggalkan mu disini untuk istirahat dan dinginkan pikiranmu apa yanga akan kamu lakukan setelah ini”

“Terimakasih pak “

Ternyata masih adaorang yang baik selain keluarga ku tapi aku tidak tau apa yang keluargaku lakukan setelah tau anak laki satu satunya di perkosa orang. Mungkin akan lebih baik kalau yang aku perempuan tinggal di nikahkan tapi kenyatannya aku pria yang di perkosa oleh pria.
Aku lelah. Aku menidurkan diriku. Pikiranku berkecambuk mungkin sedang terjadi perang besar dalam diriku untuk mencoba membunuh ingatan ingatan malam itu dan pria brengsek itu. Yatanya aku tak bisa menghapus apalagi membunuh ingatan itu. Aku terhanyut dalam sungai mimpi yang entah akan membawaku untuk menghadapi kenyataan ini.
****************************************
Ini karya pertama ku jadi mohon bimbinganya ya.
Aku harap kakak-kakak yang terhormat mengutarakan pendapatnya tanpa perlu sungkan.
Oke
Makciih   

My Love Start Again in ThailandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang