2

285 9 0
                                    

VIAN POV

    Aku terbangun saat matahari sudah mencapai puncaknya. Untung ini hari minggu. Aku tidak perlu ke sekolah. aku mencoba berlatih berjalan seperti biasa agar tidak ada yang curiga dengan ku. Aku keluar dari UKS lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh muka.

Saat berjalan menuju pos satpam  yang ada di depan aku berpapasan dengan pak Hadi yang berada di pos satpam. "Mau kemana ?" Tanya pak Hadi

" Saya mau pulang pak. Ini mau pamitan dengan bapak ."

" Kemari dulu. " Pak Hadi melambaikan tangannya untuk menyuruh ku mendekat. Setelah sampai ia pun berjalan menuju pos jaga. Aku secara reflek mengikutinya dari belakang.

"Duduk dulu makan. Lalu aku  akan mengantarkan mu pulang ke rumahmu." Perintah nya padaku. Pak Hadi menyodorkan sebungkus nasi dan segelas teh hangat. Aku tak membantah dan memakannya dalam diam. Setelah selesai  kulipat bungkus nasi dan membuangnya ke tempat sampah. Meminum teh hangat itu sampai tandas.

Saat keluar aku sudah melihat pak Hadi dengan sebuah motor Vario dengan dua buah helm. Aku mendekat lalu ia menyerahkan helm itu padaku setelah aku pakai dan naik ke motor.

Saat melewati pintu depan terlihat teman pak Hadi sedang berjaga. Pak Hadi membunyikan klakson untuk menyapa satpam lain. Kami berhenti tepat beberapa meter dengan satpam itu.

"Mau kemana?" Tanya salah satu satpam yang sedang duduk dengan raut wajah heran yang kentara. Yang di setujui dengan anggukan kapala oleh satpam satunya.

"Mau mengantar bocah ini ke rumahnya kasihan tidak uang nya hilang jadi gak bisa pulang. " jawabnya santai. Untuk menutupi kebohongan yang dilakukan untukku. Aku merasa bersalah. Membuat lelaki paru baya itu harus berbohong kareana kesalahan yang telah aku perbuat. Tidak. Ini bukan kesalahanku ini kesalah lelaki  bajingan itu yang telah berani memperkosaku.

Saat berhenti di lampu merah. Ke kepoan pak Hadi di mulai. "Rumah mu dimana?" Tanya pak Hadi padaku.

"Di dekat jembatan raya bengawan pak. Jalan raya bengawan.  Rumah warna hijau." ucapan ku.

"Siapa tadi nama mu?"

"Vian pak."

"Mengenai orang yang memperkosamu itu orang mana atau jangan jangan dia juga satu sekolahan dengan mu juga?" Ujarnya tanpa menoleh kepadaku.

"Tidak pak sepertinya dia bukan satu sekolahan dengan aku. Orangnya saja sangat asing bagiku." Aku aku jawab dengan yakin. Karena orang nya tidak pernah aku jumpai. Walupun aku tergolong anak yang susah bergaul. Tapi setidaknya aku pernah berjumpa sekali ataupun beberapa kali tapi nyatanya wajah nya aku tidak pernah tau. Mengingat dia sangat tampan. Pasti dia dia akan sangat mencolok diantara kami. Bukan-bukan aku sangat berlebihan tapi pada kenyataan nya dia memang tampan.

"Ngomong ngomong untuk ukuran remaja pria bukanya suara mu terlalu halus seperti perempuan? Dan tubuh mu tidak terlalu tinggi untuk remaja yang dalam masa pertumbuhan?" Pandangannya tetap terfokus ke depan. Mungkin dia takut terjatuh bila dia terlalu asik mengobrol dengan aku.

"Tentang tinggi badan mungki itu gen dari orang tua ya Pak! Kalau suara yang halus itu bukannya bagian dari orang solo yang menjaga sopan santun dalam bicara maupun perbuatannya ya?" Jawabku dengan jawaban yang sama mengenai suara dan nada bicaraku itu.

Pak satpam itu sudah jadi orang yang kesekian kalinya yang menanyakan tentang nada bicara ku. Dan jika kalian bertanya apa itu aneh? Jawabannya. Ya itu aneh menurutku. Seharusnya remaja seperti aku ini suara nya agak berat. Sedangkan aku. Suara ku tidak. Pernah saat MOS smk itu. Aku disuruh memperkenalkan diri ku di depan kakak kelas yang menghukum ku waktu aku terlambat masuk. Saat aku usai memperkenalkan diri. Beberapa kakak kelas bahkan memandang aku aneh sekaligus heran dalam waktu bersamaan. Bahakan ada yang mengatakan bahwa suara ku seperti perempuan dan bahakan menyuruhku untuk memeriksakannya ke dokter.  Tapi aku abaikan saja toh hanya aku anggap suara angin musim hujan saja.

"Cepat turun kita sudah sampai." Ujar pak Hadi sembari turun dan melepas helm

Aku turun dari motor yang dari aku naiki. Aku berjalan mendahului pak Hadi. Di mengikuti aku di belakang dalam diam.

Saat aku masuk ke dalam ruang tamu bersamaan dengan ibu ku yang menonton tv. Maklum kami dari orang biasa. Kami tidak memiliki rumah megah bak istana dengan pembantu yang lalu lalang dimana mana.

"Ayo silahkan masuk pak. Tidak perlu sungkan." Ucap ku selaku tuan rumah. Satpam itu melepas sepatu yang ia kenakan dan mengikuti aku.

"Vian dari mana kamu? Kenapa baru pulang sekarang? Oh, ada tamu silahkan duduk pak. Saya ijin kebelakang dulu mengambilkan minum dulu"

"Tidak perlu repot-repot bu."
"Iya. Gak repot kok." Ibu ku melenggang pergi kedalam untuk menyiapkan minum untuk kami. Beberapa saat beliau datang membawa nampan berisi teh hangat
"Makasih bu." Ucap pak Hadi. Setelah ibu meletakan nampan itu di meja.

"Sama sama pak. Jadi ada apa bapak datang kemari?" Ucap ibu mengutarakan keheranannya. Kerena anaknya pulang diantar oleh satpam, setelah sejak kemarin tidak pulang kerumah.

"Saya mengantar vian karena dia pingsan saat pelatihan peramuka. Dia kemarin mengikuti pelatihan mendadak jadi belum sempat menghubungi keluarga terlebih dahulu. Barang barang nak vian juga masih ada di tempat pelatihan."  Jelas pak Hadi panjang lebar. Hingga ibuku diam mendengar penjelasannya. Pak hadi tidak cocok untuk jadi satpam dia lebih cocok menjadi sutradara atau pun narator. Di lubuk hati ku menyimpan rasa bersalah oleh beliau.

"Ooh begitu. Terima kasih pak karena bapak mau mengantarkan putaran saya dengan selamat." Ucap ibu dengan senyum yang menawan dan ramah. Semakin menumpuk rasa bersalah yang aku rasakan terhadap orang tuaku yang sudah membohonginya.

Satpam itu mengambil minuman yang di letakkan di meja hingga tersisa separuh. Meletakkannya kembali. "Ya sudah bu saya ijin kembali. Karena ada urusan yang harus saya lakukan."

Ya pak silahkan. Saya ucapkan terimakasih untuk pertolongan nya." Ucap ibuku. Lalu pak Hadi itu bangkit menuju keluar di ikuti kami yang mengantarnya ke depan pintu rumah. Pak hadi menyalakan motornya lalu pergi. Kami menatap kepergiannya hingga motor yang ia tumpangi hilang. Baru kami masuk kerumah.

"Sana kamu mandi lalu makan terus tidur. Biar tubuh mu cepat pulih! Oke." Ujar ibu yang sembari mengelus rambutku. Dengan senyum yang teduh itu. Guratan guratan yang terlihat diwajahnya.

"Baik bu." Ujarku lalu pergi. Baru beberapa langkah suara ibu menginterupsi aku. "Oh iya jangan lupa minum vitamin ya?"

"Iya." Aku menjalankan semua perintahnya. Termasuk untuk tidur lebih awal.

My Love Start Again in ThailandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang