6 : : Promise

520 54 0
                                    

"Happy birthday to you, happy birthday to you, Happy birthday to Kazuma, happy birthday to you."

Lagu ulang tahun mengalun. Dengan wajah memerah Kazuma memotong kue cokelatnya. Tebak saja, siapa yang membuat kue ini? Kazuma mengerlingkan pandangan menatap Mama tirinya. Perempuan itu benar-benar hobi menjailinya, lihat saja wajahnya sudah dipenuhi krim gara-gara perempuan itu.

Benar-benar sebuah kejutan, Kazuma yang sedang menikmati tidur siangnya mendadak terganggu begitu Keiko membangunkannya. Anak itu langsung menyerbunya dengan potongan-potongan kertas lalu menyeretnya keluar kamar, dan di luar kamar... 

Sekali lagi Kazuma melirik Mama tirinya datar, perempuan itu tertawa dengan wajah polosnya. Kazuma mendengus, Ya! Perempuan itu, Dana Dani dan Papa datang ke rumahnya, lalu keempat orang itu dengan semangat menyerangnya dengan setumpuk krim.

Belum lagi seember air dari Radit. Cowok itu menyiram tubuhnya dengan senang hati. Memakai alasan sebagai jasa pembersih krim. Bukan hanya Radit, Windhy juga ikut-ikutan, sifat menyebalkan Radit sepertinya mulai menular kepada Windhy.

"Mau kusiram lagi Kazu?" tawar Radit.

"Tidak terimakasih," tolak Kazuma halus, menyodorkan beberapa potong kue ke arah keluarga dan teman menyebalkannya. Meja makannya benar-benar penuh sekarang, ada Keiko, Papa, Mama, Dana Dani, Radit, Windhy, dan tentu ada dirinya yang sudah tidak berbentuk ini.

"Gimana keluargamu?" tanya Kazuma, memerhatikan Radit tengah menatap sepiring kue-nya. Cowok itu mengelap bibir, berjaga-jaga agar air liur tidak keluar dari mulutnya. Merasa diabaikan, Kazuma memutar bola mata dengan malas. "Hoi Radit."

"Hah? Ya?"

"Keluargamu," ulang Kazuma, melahap kuenya. Entah berapa kali ia mengutuki, kue buatan Mama terlalu enak dan untuk kesekian kalinya pula ia ketagihan. Kazuma melirik tajam menoleh ke arah samping, perempuan paruh baya  itu tertawa bangga seraya menepuk bahunya dengan kuat sebagai tanda kemenangan.

"Hmm... baik." jawab Radit menyipit matanya senang begitu kue mendarat di dalam mulutnya.

"Kakak.." Kazuma menoleh memperhatikan Keiko, adik perempuannya itu tersenyum senang lalu menyerahkan 5 buah kotak kado, mulai dari umurnya 13 tahun hingga beranjak sekarang. Tanpa basa basi Kazuma membuka kadonya dengan semangat, mainan pesawat terbang, kumpulan buku ensiklopedia, miniatur rumah terbuat dari kayu mengkilap, foto dirinya dan Keiko, lalu hadiah ulang tahunnya yang ke delapan belas sekarang...

Kacamata?

Keiko menyengir, menepuk pundak Kazuma, menyemangati. "Kakak suka?" 

Dengan setengah bingung Kazuma berusaha mengangguk. "Kakak ku peringatkan, pakai kontak lens itu enggak baik. Hm... ya sih kakak udah pakai kacamata sekarang, tapi yah... enggak apa kan kalau ganti-ganti?"

Kazuma mengangguk, mengacak rambut Keiko dengan gemas sampai-sampai si pemilik rambut itu mendengus, membenarkan rambutnya hancur berantakkan. "Keiko..." panggil Kazuma.

Keiko menoleh. Kazuma tersenyum jail. "Radit menyukaimu."

"Uph! Uhuk!" Radit membekap mulut, secepat mungkin ia membulatkan mata menatap Kazuma dengan aura mengancam. Sejenak Radit mengutuki, Kazuma si menyebalkan itu gimana bisa membocorkan rahasianya! Dan parahnya cowok itu berbicara kepada orang yang menjadi objek rahasianya. 

Sebagai balasan, Kazuma menjulurkan lidah mengejek.

Sementara Keiko? Cewek itu menunduk, menahan pipinya yang memerah malu.

Merasa tidak enak secepat mungkin. Kazuma mengangkat kedua alis, bangkit dari bangkunya tidak selera. "Windhy, kau mau pindah?"

Windhy mendongak, melihat Kazuma, cowok itu tengah mengipaskan wajah dengan sebelah tangan. "Auranya mulai memanas disini."

A Thousand Light for Kazuma ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang