2.2 : : Gone and Never Comeback

855 85 2
                                    

Ada beberapa orang mengatakan, menunggu itu menyakitkan.

Dan ada juga yang mengatakan menunggu itu menyenangkan.

Ya, menyenangkan saat hal yang kau tunggu itu pasti akan datang

Dan menyakitkan saat hal yang kau tunggu itu malah ujungnya mengecewakan

~A Thousand Light for Kazuma~

...

Keesokan harinya, di dalam kamar bernuansa klasik itu tampak Kazuma membenamkan wajah, buku berantakkan begitu juga pena di atas meja, jam menunjukkan pukul dua belas siang dan anak itu masih belum bangun juga dari tidurnya. 

Tapi tenang saja, ini hari minggu. Dan yang dinamakan anak rajin... memang tiada hari tanpa belajar, meskipun esoknya libur, Kazuma malah berkutat dengan buku-buku itu hingga larut malam.

Krieett...

Papa Kazuma yang sudah lebih dari lima kali mengetuk pintu kamar anaknya itu langsung memasuki kamar Kazuma, perlahan pria itu menggeleng pelan. Melangkah mendekati Kazuma, mengguncang tubuh anaknya dengan pelan. 

Kazuma terlalu rajin, mungkin di dalam kamus hidup anaknya itu hanya ada belajar, belajar, dan belajar. Bukan sekali dua kali pria itu melihat Kazuma tertidur dalam posisi duduk seperti ini, bahkan saking seringnya, pria itu ingin saja bertaruh bahwa anaknya itu tidak tahu apa kegunaan tempat tidur.

Pria itu mengembus napas panjang. "Kazu, bangun."

"Hmmh?" Kazuma mengerang, dengan lemas anak laki-laki itu mengerjap, lalu menaikkan kacamata yang masih ia kenakan, seraya menoleh ke arah Papa. "Selamat pagi Pa," ucap Kazuma, berat.

Pria itu menatap anaknya dengan datar. "Selamat siang, Kazu," balas pria itu, menekankan.

Mendengar kata siang, Kazuma mengucek matanya, sekali... dua kali... sontak Kazuma membulatkan mata, menutup seluruh buku di atas mejanya dengan cepat, sudah pukul dua belas, seharusnya ia sudah ada di bandara sekarang. "Aku mandi dulu Pa."

"Kazu..."

Kazuma menghentikan langkah, menoleh belakang, bergegas menyambar handuk di gantungan pintu kamar. "Mau ke puncak? Pemandangannya bagus, kau bisa melukis disana." 

Uhh... berusaha mungkin Kazuma menahan keinginannya. Ia ingin ke puncak, ia ingin melihat pemandangan bagus dan melukisnya. Pasti indah. Indah? Sekali lagi Kazuma menahan, tapi ia harus ke bandara sekarang. Ia harus bertemu Keiko dan Mama kandungnya. Sudah berapa lama ia tidak bertemu? 

Mungkin ada 4 tahun, 1460 hari, dan 35.040 jam. Waktu yang cukup lama bukan?

"Pa, Keiko pernah janji denganku. Tepat ulangtahunku ketiga belas dia mengunjungiku. Mama kandungku pasti juga datangkan Pa? This moment. Aku takkan melewatkannya, yah... meskipun aku juga pengen ke puncak sih, tapi..."

"Iya, Papa ngerti," Pria itu tersenyum, bangkit, lalu mencengkram kedua bahu Kazuma denagn kuat. "Lakukan yang terbaik untukmu. Papa hanya membimbingmu," Kazuma mengangguk puas, menyambar handuknya.

Jam satu. Kazuma berjinjt memerhatikan kerumunan manusia di dalam bandara, seluruh sisi sudah ia cari dan nihil, tak ada wajah Mama atau Keiko di sini. Kazuma melirik jam tangannya lagi, mungkin pesawatnya sedikit lambat. Berusaha mungkin cowok itu tersenyum, menyandar punggungnya kesisi dinding. Keiko pasti datang! Ya! Pasti!

___

"Papa, kak Kazu mana?"

Pria yang duduk di atas tikar sambil menikmati bekalnya itu langsung menoleh ke arah anak kembarnya. Dan

A Thousand Light for Kazuma ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang