Di Sekolah
Maknun duduk-duduk santai mencoba bersikap wajar, meski baru mengalami kejadian yang menyedihkan. Ia duduk dibangkunya dengan tenang, sekarang ia mulai menikmati sekolah barunya, sekolah seperti rekreasi baginya, karena ia merasa bebas dari pondok yang selalu dihantui oleh perasaan kesal dan jenuh. Di sekolah ia mencoba untuk membuang pikiran itu jauh-jauh meskipun hanya sementara, seperti kali ini ia duduk bersama siswa yang lain asyik nonton televisi.
"Mbak Maknun, tumben nonton TV, lagi jenuh ya" sapa Shofi yang tiba-tiba menghampirinya
"yah begitulah, biar nggak terlalu stres, ntar jadi struke, hahaha"
"ah, Mbak Maknun bisa saja"
Keduanya duduk manis di depan layar kaca televisi sampai bel masuk pelajaran selanjutnya berdering.
Setelah jamaah ashar yang di imami langsung oleh Bu Nyai Hamidah, istri Yai Manshur. Maknun berjalan menuju kamar dan segera menuju ke kamar mandi, karena dia belum sempat mandi sebelum jamaah tadi. Masih ada waktu 15 menit sebelum bel kegiatan berbunyi. Tiba-tiba ada suara panggilan dari mikrofon menyebut namanya
"panggilan ditujukan kepada saudari Churin In Maknunah, di harap kedatanggan ke ndalem, di tunggu oleh pengasuh" terdengar suara mbak-mbak pengurus
Niatnya yang mau mandi jadi urung, dia langsung balik ke kamar dan berjilbab rapi memenuhi panggilan Abah Yai.
"Maknun... sini Nduk?" panggil Yai dari ruang tamu ndalem. Maknun berjalan berlutut di hadapan Yai Manshur
"dalem yai..."
"maaf Nduk, tiba-tiba Abah memanggilmu, Abah ingin Tanya tentang keadaanmu sekarang, Abah sudah janji dengan Abahmu untuk menjaga kamu baik-baik" Tutur Yai Manshur penuh perhatian
"saya baik-baik saja Yai, tidak ada yang perlu di khawatirkan" ungkapnya polos
"kamu sudah krasan Nduk?"
"Alhamdulillah Yai, saya krasan di sini, di sini sangat menyenangkan"
"Abah dengar kamu ada masalah dengan anakku Ridlwan, apa benar?"
"maaf Yai, saya kurang faham dengan pertanyaan jenengan, saya merasa selama ini tidak pernah punya masalah dengan siapapun, apalagi dengan Gus Ridlwan"
"oh begitu yah... Alhamdulillah kalo kalian baik-baik saja, kita ini kan sama-sama saudara jadi harus mempererat tali persaudaraan, bukan begitu Nduk?"
"geh Yai" dalam pikiran Maknun menggantung banyak pertanyaan akan sikap Yai Manshur yang tiba-tiba memanggilnya hanya untuk menanyakan keadaannya, dan motifnya adalah mengenai hubungannya dengan Gus Ridlwan. Sebenarnya ada apa ini? apa yang telah terjadi? Apakah Gus Ridlwan ngomong aneh-aneh tentang dirinya?.
Terdengar suara orang membuka pintu dari depan, rupanya Gus Ridlwan pulang dari ngaji di pondok putra.
"Wan... Ridlwan, sini Le?" sapa Yai ketika Gus Ridlwan melewati depan mereka. Gus Ridlwan nampak tenang.
"dalem Bah"
"Abah sudah dengar sendiri dari Maknun kalo dia baik-baik saja, Abah lega rasanya. Kamu kalo ngajar jangan jahat-jahat, nanti muridmu malah kabur" ucap Yai manshur disertai guyon
"geh Bah?" ucapnya datar, Gus Ridlwan sama sekali tidak menapakkan ekspresi apapun di hadapan abahnya. Bagaikan seorang santri yang manut pada kiainya. Sebenarnya Maknun kagum akan kepandaiannya berakting bersikap begitu wajar di hadapan Abah tanpa bersalah sama sekali.
"ada apa tadi di panggil Yai??" Tanya Shofi penasaran
"nggak ada apa-apa kok Mbak, beliau cuma menyampaikan salam dari Abah dan Umiku itu saja?" jawab Maknun sekenanya
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE
Non-Fictionحين الحب يضربنا فلا لماذا ولا كيف Saat cinta datang menyapa.... Maka tiada mengapa Dan tiada bagaimana