Aku mengikat rambut sebahuku sampai tinggi dan menggulungnya, memakai bedak seadanya di wajahku dan liptint orange untuk bibirku. Perpaduan antara kemeja hijau dan rok coklat mekar sebetisku membuatku siap berangkat ke kampus hari ini. Aku mengambil tas punggungku, memakai sneakers coklat, memakai parfum, dan menutup pintu kamar kosan, lalu berjalan menuju kampus.
Hari ini langit lumayan mendung, karena sudah berhari-hari panas, mungkin air yang mengumpul di awan sudah banyak. Aku berdendang menuju kampus yang letaknya memang tak jauh dari kosanku. Aku memilih kosan dekat dengan kampus, dengan alasan yang banyak orang pakai yaitu tidak membawa motor.
Setibanya di kelas, aku memilih kursi agak di belakang sebab mata kuliah hari ini sangat membosankan. Kelas masih sepi dan hanya ada aku di kelas ini karena aku memang suka kepagian. Aku membuka netbook dan mulai menulis berbagai cerita tentang hewan atau yang dalam kamus bahasa Indonesia disebut fabel. Satu menit setelah netbookku hidup, ada seseorang datang dan itu adalah dia. Aku malas memperhatikannya karena kemarin pun dia tidak membalas senyumku.
Aku tidak tau apa yang ada dalam pikirannya, dia duduk di depanku, tepat samping kiri kursi depanku. Kenapa harus duduk situ sih! Batinku. "Udah lama lo sendirian di kelas?" tanyanya.
"Baru juga nyampe." Jawabku
"Yaa biasa aja dong jawabnya"
"Yaa gua juga biasa, apaan sih."
"Lo tuh jutek amat jadi cewek."
"Perasaan lo aja."
"Masa?" dia bertanya mengejek.
"Yoo.." jawabku dengan kesal.
Dia tak melanjutkan percakapan kami. Aku melanjutkan menulis cerita dan dia membuka handphonenya. Suasana hening kelas ditemani suara ketikan keyboard di netbookku membuat waktu berjalan sangat lama. Aku penasaran dia membuka apa di HPnya, dan ku intip lalu aku heran dia membuka instagram dengan postingan tentang kemanusiaan. Aku semakin tertarik untuk melihat apa yang dilihatnya, dengan jari yang berpura-pura mengetik aku terus melihat apa yang sedang dia lakukan pada instagramnya. Dia mengklik profilnya dan aku temui itu bukan instagram dia, aku terkejut. Aku melihat usernamenya dan menocoba mengingatnya, untuk aku lihat melalui instagramku.
Satu persatu teman kami masuk, rata-rata memilih duduk belakang atau tengah agar jika bosan bisa tidur. Aku yang masih memperhatikannya semakin dikejutkan oleh dirinya yang tiba-tiba menengok ke arahku. "Ngapain lo? Ngintip ya?" Tanya dia
"Idih, kagak lah." Aku berusaha tidak terlihat kaget dan menatap netbookku. Dia hanya mendengus dan kembali melihat HPnya.
Kelas makin ramai dan sekarang sudah menunjukkan pukul setengah delapan. Lima belas menit lagi masuk. Sita belum menunjukkan batang hidungnya. Saat sedang menghapus ketikan di netbookku, aku dikagetkan Sita dari belakang. "DOR! Lo ngetik apa? Nggak jelas gitu?" Tanya Sita.
"Sial! Gua kira lo telat! Hah? Ngapus coreat semalem waktu lagi bête." Kebohongan gua dipagi hari.
"Telat apaan, lo aja yang gak liat gua masuk. Lo sih terlalu fokus pssstpssstpsstt" Sita menggodaku.
"Hah? Apaan tuh?" tanyaku tidak mengerti. Sita hanya menunjuk dia, yang tepat di depannya, seraya berkata "Alaaahhh sok gak ngerti, mau gua kerasin apa?"
"Apaan sih, gak jelas." Aku berusaha menghindari pancingan Sita. Sepertinya Sita melihat aku melihat HP "dia". Sita hanya tertawa melihatku salah tingkah.
Bersamaan dengan terhentinya tawa Sita yang sudah berair mata, masuklah dosen kami. Dosen kami yang terkenal sangat baik ini tetapi memiliki kelemahan yaitu membosankan saat mengajar. Bahkan baru tiga puluh menit beliau menyampaikan materi, anak-anak dua baris di belakangku sudah berbicara bosan ya bosan ya capek iya capek.
Satu jam pun berlalu, dan Sita membuka obrolan "masih lama ya, Ra?"
"Iya, sejam lagi, Ta."
"Parah ibu ini, ngantuk gua." Keluhnya.
"Tapi dia baik kan? Gak pelit nilai lagi." Hiburku.
"Iya sih, tapi cara ngajarnya itu loh ngedikte kayak ke anak SD."
"Setiap orang punya kekurangan, Ta. Udah ah nikmatin aja." Jawabku sok bijak.
"Alah lo aja ngantuk kan?" Si Dia ikut-ikutan dalam obrolan kami.
"Iya ya, Dira aja ngantuk ya..." Sita ikut memojokkan aku.
"Udah ah diem jangan berisik." Aku malas melanjutkan obrolan yang menyudutkanku.
Teman-temanku sudah ada yang tidur dibagian kursi tengah, dan banyak sekali yang bermain HP termasuk aku salah satunya. Semua berusaha menghilangkan kantuk yang sudah bersemayam manja di pelupuk mata kami. Ah ibu cantik kenapa begini sih cara mengajarnya batinku. Tapi setidaknya ibu ini tidak pelit nilai, jadi nanti walau mata kuliah pilihan aku akan tetap memilih mata kuliah yang diajarkan ibu ini, hehe.
"Ada yang ingin bertanya?" Tanya dosen kami sebagai tanda mata kuliah ini akan segera selesai.
Seperti biasa kami menjawab dengan kompak dan tegas serta bercampur kegembiraan, "tidak buuuuuuuuu......"
"Baiklah, saya akhiri kuliah hari ini. Selamat pagi menjelang siang." Ucap beliau diiringi senyumnya yang sangat cantik.
"Pagi menjelang siang juga bu," jawab kami yang kembali kompak.
Dosen kami pun meninggalkan ruangan, aku dan teman-teman kebanyakan melakukan gerakan yang sama yaitu peregangan. Satu persatu mahasiswa dalam kelas pun keluar, begitupun aku dan Sita juga dia dan teman-temannya. Aku dan Sita hanya berbicara sebentar sebab dia akan menemui kekasihnya di lantai bawah gedung kami dan aku lanjut pulang ke kosan karena hari ini Cuma ada satu mata kuliah ini saja.
Gulungan rambutku sudah menurun dan aku membenarkannya kembali tanpa melihat kaca dan dia mengusap kepalaku dari belakang. "Woy!" teriakku.
Dia tidak menoleh, dan entah kenapa aku merasa deg-degan. "Apaan sih dia, buat kesel aja" omelku dengan sendirinya. Aku melanjutkan membenarkan gulungan rambutku dan berjalan pulang ke kosan.
Saat di perjalanan pulang, aku yang berjalan dipinggir jalan hampir saja terserempet motor. Untungnya ada yang menarikku menjauh dari pinggir jalan. Tapi, bukan seperti FTV ataupun drama korea yang biasa aku tonton, yang dimana lelaki pujaan menarikku ke pelukannya lalu kami bertatapan. Bukan, bukan, jika kalian berpikir seperti itu, kalian salah besar.
"Kamu gak apa-apa?" Tanya seseorang itu dengan suara yang lembut.
~Bersambung.......................................................................................
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyanyian Perasaan
Lãng mạnBukan hanya kagum, tapi ini cinta. (Terbit : diusahakan seminggu sekali)