Kriiiinggg
"Alhamdulillah ya Allah akhirnya istirahaaaaattt." Teriak Rara nyaring hingga terdengar seantero kelas yang sama senangnya dengan Rara. "berisik banget dah lo, Ra. Kantin aja yuk, elah laper." Ajak Nisa sambil memasukkan buku pelajaran yang telah dipelajari tadi. Mereka memang memiliki kebiasaan tidak membawa bekal dan akan jajan dikantin untuk mengisi perut mereka.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang sedari tadi melirik salah satu dari mereka. Rara atau Nisa? Entahlah.
"Nis, nanti pulang sekolah anterin gue ke toko buku, yuk. Entar gue traktir deh." Ajak Rara semangat karena akan membeli buku latihan-latihan SBMPTN. Padahal Ia masih kelas 11, tapi dirinya begitu bersemangat jika menyangkut masalah PTN. Berbanding terbalik dengan sahabatnya Nisa yang malah antusias jika ada peluncuran novel baru, dan akan membacanya sampai habis pada hari itu juga.
"Yes!! Traktir gue setarbak depan toko buku yak!" Pinta Nisa bersemangat, mengingat betapa lezatnya minuman yang satu itu. "Yaelah minum teh pucuk aja masih kebanyakan segala setarbak." Kata Rara mengejek. Memang sudah biasa bagi Rara mengejek Nisa. Katanya, sih Nisa itu ejekable. Sungguh sahabat lucknut. Nisa langsung mengerucutkan bibirnya hingga membuat Rara tertawa.
•••
Bel pulang sekolah sudah berdering sejak 1 jam yang lalu. Namun, niat Rara untuk ke toko buku bersama Nisa harus Ia batalkan karena Ia harus mengerjakan tugas kelompok yang baru saja ditugaskan tadi, yaitu membuat poster. Dan sekarang Rara sedang berada di rumah milik temannya sekaligus lelaki yang di sukainya. Adam.
Mereka sangat jarang berinteraksi jika disekolah. Namun, mereka sangat sering satu kelompok ketika pelajaran. Padahal, yang memilih anggota kelompok adalah guru. Dan itu membuat Rara menjerit senang dalam hati. Sekarang Ia hanya berdua di dalam rumah Adam. Entah kemana anggota kelompok mereka yang lain, padahal tadi mereka bilang akan datang kerumah Adam.
"Dam, lo Cuma sendiri disini?" Tanya Rara penasaran. Karena menurutnya untuk rumah sebesar ini, terlihat begitu sepi seperti tak berpenghuni. "Iya sendiri. Kadang ada pembantu, sih. Tapi sekarang gatau kemana, tuh." Jawab Adam seadanya.
"Lah, emang orang tua lo kemana? Terus lo bayar pembantu darimana?" Sepertinya Rara memang terlalu penasaran pada Adam. "Aduduuh Raa, lo kepo, ya?" Tanya Adam sambil menampilkan senyum yang sangat manis berkali-kali lipat melebihi gula jawa.
Dam, ngapain senyum si. Kan jadi seneng:(. Ucap Rara dalam hati. Bahkan didalam hatipun dia alay. Mungkin memang jiwa alaynya sudah mendarah daging.
Setelah itu mereka mengerjakan tugas sampai selesai, walaupun yang paling banyak mengerjakan tetap saja Rara karena Adam hanya bagian menulis nama anggota-anggota kelompok. Sungguh terlalu.
Setelah itu tak ada lagi pembicaraan diantara mereka, hanya ada alunan musik dari handphone Adam agar tak terlalu sunyi. Hingga tiba-tiba Adam membuka pembicaraan ,"Ehm, Ra. Sabtu lo ada acara gak? Kalo gaada, temenin gue nonton, yuk!" Ajak Adam dengan wajah yang datar, namun walaupun datar tetap saja Rara tak dapat menahan senyumnya karena hal itu.
"Gak ada, sih. Tapi kok tumben ngajaknya gue? Pada kemana temen lo?"
"Ga kenapa napa sih pengen ngajak lo aja. Abis muka lo tuh kayak orang gabut dihari libur minta diajak jalan." Adam mengejeknya sambil cekikikan gaje.
"Kurang ajar." Untung ganteng.
•••
"Makasih ya , Dam. Dah sana balik." Ucap Rara dengan gaya mengusir sambil melambaikan tangannya seperti mengusir kucing. "Dih bukannya disuruh masuk dulu gitu ya tamu." Adam berucap sambil membuka helmnya yang tadi terpasang rapih dikepala. "Emang lo mau masuk?" Tanya Rara. "Gak" Ucap Adam sambil memakai helmnya dan berlalu meninggalkan rumah Rara. Dasar gak jelas.
Selepas Adam pergi, Rara melangkahkan kakinya masuk menuju rumahnya dan melihat ibunya duduk di sofa ruang keluarga sambil menonton drama korea kesukaan ibunya. Entah apa yang membuat ibunya menyukai drama korea, padahal dirinya sama sekali tak menyukai drama yang biasa ditonton oleh kalangan anak remaja itu. Dan sekarang, ibunya malah menyukainya. Rara berlalu menuju kamar setelah mengucap salam pada ibunya. Ia merebahkan dirinya dikasur sambil memikirkan kejadian tadi sore saat Adam mengajaknya pergi menonton dan Ia menerima ajakan itu. Itung-itung pedekate. Pikir Rara.
Rara mengambil handphonenya dan membuka aplikasi LINE, lalu Ia membuka roomchatnya bersama sahabatnya.
On LINE
Rania Aqisha: Nis!!!!!
Rania Aqisha: Nisaaaa
Rania Aqisha: P
Rania Aqisha: P
Rania Aqisha: Adam ngajak gue jalan!!!! Wagelaseh!
Annisa Syarif: DEMI APA!?!?!?!?!???
Annisa Syarif: PARAH SIH HARUS DAPET PJ INI!!
Rania Aqisha: Siapa yang jadian si woy
Annisa Syarif: YA DIKIT LAGI SIH!
Rania Aqisha: G
Annisa Syarif: SOK GAMAU LU AH. KETEKIN JUGA NIH!!
Rania Aqisha: GAUSAH MAKE CAPSLOCK!
Annisa Syarif: ehiya bang:(
Setelah bercakap-cakap ria dengan sahabatnya, Rara segera mandi lalu menyiapkan buku untuk besok, makan, tidur, bangun.
"PAGIIIII"
YOU ARE READING
YOU
Ficção Adolescente"saat aku berjuang mengejar dirimu, namun kamu malah sibuk. Ya, sibuk. Sibuk mengejar dirinya."