5

7.9K 33 0
                                    


Ku Entot Perawan Berjilbab Simpananku

Namaku Lina, saat itu usiaku 23 tahun, aku bekerja di kecamatan tempat aku tinggal. Perawakan ku biasa-biasa saja, Tp berkulit putih karena tubuhku setiap hari aku tutupi dengan rapat dan aku juga menggunakan kerudung.Saat aku duduk dibangku kuliah dan sudah bersuami dan sudah di karunia seorang anak. Hubungan terlarang ini bagiku sangat aku nikmati. Sampai sekarang cerita hot ini aku tulis, aku masih tetap berhubungan dengan seorang lelaki selingkuhanku. Begini awal mula ceritanya.

Sejak duduk di bangku sekolah SMA aku bisa dibilang cewek yang agak nakal, tapi nakalku masih beraturan, aku masih tetap menjaga kegadisanku, walaupun banyak mantan-mantan pacarku mengajaku untuk ngesex tapi aku selalu menolaknya, aku lebih memilih putus dari pada harus ngesex. Kenakalanku hanya sebatas omongan saja, aku sering omong yang jorok-jorok, aku sering nongkrong dengan teman-teman cowok, sering juga aku bolos sekolah hanya untuk maen-maen.

Sampai aku tamat dari bangku SMA aku mulai merubah sifatku, aku mulai mengurangi omongan kotorku walaupun kalau lagi bercanda masih sering reflek keluar dari mulutku. Setelah aku lulus SMA aku langsung bekerja di Kecamatan tempat aku tinggal. Mulai dari ini aku bekerja aku banyak berteman dengan orang yang lebih tua, bahkan rata-rata sudah berkeluarga.

Di tempat kerjaku ini aku juga mendapat banyak godaan dari teman-teman kerjaku, tapi aku selalu cuek saja. Hingga aku mulai untuk memikirkan kuliah sambil bekerja. Didesa tempat aku tinggal ada fakultas yang membuka kuliah luar kota dan aku berinisiatif untuk mendaftar. Selang sebulan setelah aku mendaftar dan melunasi pembayaran akhirnya aku mulai masuk kuliah.

Disini aku melihat ada seorang laki-laki yang aku lihat berbeda dengan laki-laki yang lainnya, orangnya sih juga biasa, tapi aku melihat cowok ini seperti mempunyai aura yang berbeda dengan yang lainnya. Setelah kegiatan perkuliahan dimulai kami saling berkenalan antara satu dengan yang lainnya, dari itulah aku mengetahui bahwa namanya Herman. Sebulan berlalu kami masih tampak biasa saja walaupun sebenarnya otakku ini sudah keiisi dengan sosok Herman.

Semakin bertambah bulan akhirnya kami semakin akrab saja, dengan segala alasan aku mengajak Herman untuk bertemu. tapi pertemuan kami ini hanya sebatas teman, aku juga tdk berani mengutarakan apa yang aku rasakan.

Winer WinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang