Willem POV :
Hari yang cerah! Tak seperti biasanya... Hari ini adalah hari pertamaku bersekolah di Indonesia International Boarding School! Ayahku pindah ke Indonesia karena pekerjaannya sebagai CEO sebuah perusahaan minyak. Oh ya! Namaku Willem van Leur. Terlahir di Amsterdam, Belanda. Aku bersemangat karena aku tidak sendiri di sekolah ini! Sahabat lamaku dari Jepang bersekolah disini juga...
Setelah bersiap-siap, aku berlari menuju sekolah. Saking bersemangatnya, aku menabrak seseorang. Spontan, aku meminta maaf.
"maaf ya..." Kataku.
"em.. Aku duluan ya!" Ia berteriak sambil berlari menuju ke dalam sekolah.
Aneh... Dia gadis yang cukup lucu. Ia memiliki mata coklat terang sedikit kelam dan rambut bergaya ponytail aku bertanya-tanya... Siapa dia?
Jasmine POV :
"Apa itu?" Aku berkata dalam pikiranku.
Mukaku memerah seperti tomat saatku melihat ke kaca perpustakaan. Tadi itu siapa? anak baru? matanya hijau emerald dan memiliki sinar gembira. Rambut pirang terangnya yang indah... siapa dia?
Akan kucari tahu.
Willem POV :
Aku segera memasuki sekolah lalu Counselor Office aku bertanya dimana kelasku lalu mengucapkan terima kasih dan segera pergi mencari kelasku dan masuk. aku mendapat kelas 8-B. Saat aku berjalan menuju pintu kelas, aku melihat seorang gadis bersurai peach kecoklatan sedang membaca buku. Entah kenapa, aku rasanya ingin memperhatikan gadis itu lebih lama lagi.
Bel masuk berbunyi. Seorang guru masuk ke kelas 8-B. Aku masih berdiri di ambang pintu. Semua anak memberi salam kepada Sang guru.
"Good morning Maam." siswa-siswa itu memberi salam sambil membungkuk.
Saat para siswa berdiri lagi, surai peach gadis tadi tertiup angin. Aku melamun saat melihatnya. Tanpa disadari, aku dipanggil masuk oleh guru kelas tersebut. Aku pun memasuki kelas dan berdiri di samping guru tersebut. Aku disuruh memperkenalkan diri dan melakukannya.
"Namaku Willem Van Leur... Umurku 14 tahun. Lahir di Amsterdam, Belanda. Hobiku adalah sepak bola dan bermain video game. Salam kenal..."
Aku mendengar suara-suara seperti,
"Tinggi bet cuy..."
"cool-cool gimana gitu..."
"Badassimasen~"
"kyaa~"
Namun, gadis bersurai peach itu hanya diam dan membaca bukunya.
"Silahkan duduk disebelah Nn. Caroline." Kata guru tersebut.
Aku pun duduk di tempat duduk kosong disebelah gadis bersurai peach itu. Aku tak menyangka melihatnya sedekat ini. Matanya biru terang memandangku dengan hangat.
"H..hai. Aku Caroline, Caroline Anwar." Ia memperkenalkan diri.
"Aku Willem. Salam kenal." Aku menjawab.
Pelajaran akan segera dimulai. Guru kelasku keluar digantikan oleh guru IPA... kukira? Ia membawa setumpuk kertas dan meletakkannya di atas meja.
"Baiklah! Bapak akan membagikan ulangan kalian!" teriak guru tersebut.
"Aether... 83.. lumayan... kau tidak dibawah KKM kali ini." Seorang anak laki-laki maju kedepan dan mengambil kertasnya diikuti murid-murid yang lain.
Sampai...
"Caroline... 99... kau selalu mendapat begini... susahkah menulis angka dengan benar Caroline?" kata guru itu.
"Ya pak."Jawabnya singkat lalu tersenyum. Aku mendengar dua orang berbicara dibelakangku.
"Gimana nilai ku ya??"
"Palingan bagus lagi... aku punya kayaknya dikurangin gara-gara gambar bebek di kertas soal."
Aku tertawa kecil mendengarnya.
Caroline kembali ke tempat duduknya.
"Nilaimu bagus sekali..." kataku.
"Ah... biasa saja..." jawabnya dengan anggun.
" Yang duduk dibelakang kita siapa namanya?" Tanyaku.
"Yang duduk disebelah kanan namanya Ozora yang kiri Abura. Memangnya kenapa?" jawabnya.
"Tidak apa apa... mereka lucu saja."
Saatnya istirahat. Aku ngobrol-ngobrol sedikit tentang tempat-tempat di sekolah. Aku permisi dan pergi jalan-jalan sekitar sekolah karena masih ada sekitar 20 menit. Ku susuri setiap koridor, taman dan padang rindang dimana para murid berkumpul. Di koridor, aku mendengar seseorang memanggilku, sepertinya aku tahu suara itu.
Aku menoleh ke belakang.
"Willy!"
Itu adalah Martha, sahabat lamaku dari Jepang.
"Mar!" Aku menjawab panggilannya sambil tersenyum gembira.
Jujur, aku merindukannya.
Sesuatu dalam dirinya selalu membawa kegembiraan dalam insanku. Potongan rambutnya yang selalu pendek diatas bahu dengan pita yang selalu menjadi mahkotanya membuat keceriaannya semakin memancar.
Membahagiakan segala makhluk.
Menyembunyikan segala sesuatu.
Dia memelukku dan aku memeluknya balik.
" Aku merindukanmu Will..." Lontarnya sembari memelukku semakin erat.
"Aku juga." Aku tersenyum dan mengusap kepalanya. Aku melepas pelukanku diikuti dia.
Kami berdua berjalan-jalan sambil bercerita tentang sebuah masa kecil yang terlalu bahagia. Lantas kami berdua tertawa dan berkaca-kaca dalam waktu yang sama.
Bel masuk berbunyi dengan lantang penanda habisnya waktu bersenang-senang. Para murid berderap masuk kelas, ada yang berlari. Aku pun ikut berderap dan mengucapkan sampai jumpa pada Martha yang juga berderap menuju kelasnya.
Aku pun bergelut dengan pelajaran-pelajaran bertumpuk sebuah boarding school. Namun, senyum manis gadis berambut peach disebelahku seolah membakar semangat dalam diriku. Sesekali aku tertegun melihat wajah manisnya. Jemari lentiknya memegang pensil atau pulpen menuliskan huruf-huruf sesekali sebuah gambar. Dia bagaikan karya seni yang dibuat oleh sang pencipta itu sendiri.