2. MENYERAH ?

15 1 0
                                    

" Konsekuensi terbesar dari memendam perasaan adalah,

patah hati.

dan yang lebih buruk lagi,

kau harus bersikap seakan tidak terjadi apa-apa. "

***

"Lo mau bareng sama kita gak?" Tanya Delvin sekali lagi.

"Kamu tau nama aku?"

"Nametag lo."

Bianca hanya mengangguk pelan, ada rasa sedikit kecewa pada diri gadis itu. tapi, mau bagaimana lagi? memang sejak awal delvin bahkan tak tau bahwa Bianca berada di dunia ini, ironis bukan?

"Bi, lo lama banget sih mikirnya?, yaudah bareng kita aja." Protes Mikko yang mulai tak sabar lalu menarik tangan bianca pelan.

Gadis berlengan kecil itu menarik tangannya pelan dari Mikko, "Eh, gak usah. aku bisa pulang sendiri kok."

Delvin tertawa keras, "Pffttt, ini sih namanya penolakan sebelum berjuang"

"Gak apa-apa bi, lo bareng kita aja. lagian, gak bakal ada angkutan umum yang lewat lagi, percaya deh sama gue. Gak usah dengerin si Delvin." Ajaknya pelan bersamaan dengan matanya yang memicing ke arah Delvin.

"Yaudah deh."

***

"Makasih ya.." Ucap Bianca sambil tersenyum di depan kaca mobil Delvin yang terbuka.

"Iyah bi, kita duluan ya.." Mikko tersenyum simpul yang memperlihatkan jejeran giginya yang rapih.

Kaki jenjang gadis itu melangkah ke dalam rumahnya, menuju kamarnya di lantai dua. Bianca menjatuhkan tubuhnya ke atas kasurnya yang empuk seraya memandangi langit-langit kamarnya.

'sampai kapan aku mau kaya gini?, memangnya apa bagusnya Delvin?, Tampan?, bahkan ada yang lebih tampan dari Delvin. oh ayolah! aku gak punya alasan kenapa aku bisa suka dengan sosok Delvin.' batinnya.

ia membalikkan tubuhnya posisi tengkurap, lalu menarik guling kesayangannya, detik kemudian menenggelamkan wajahnya di guling tersebut. Gadis itu berusaha menyembunyikan perasaan berkecamuk dalam dirinya. perasaan itu mulai menyelimuti dinding-dinding kamarnya, getaran pada hatinya kali ini berbeda, bukan senang, melainkan rasa letih dan ingin segera mengakhiri semuanya. Ya, rasa yang telah ia pendam terhadap Delvin. ia ingin segera mengakhirinya.

"Sayang.." Suara wanita paruh baya terdengar dari balik pintu sesekali mengetuk.

Bianca buru-buru mengubah posisinya menjadi duduk, "Iyah mah masuk aja, aku gak kunci."

Pintu terbuka lebar menampakkan wanita cantik berusia sekitar 35-an, "Kamu udah makan sayang?" Tanyanya tersenyum, sesekali mengusap puncak kepala Bianca.

"Belum mah, mamah baru pulang?"

"Iyah sayang, makan yuk, mamah tadi beli makan." Wanita itu mencium puncak kepala Bianca lalu pergi.

Di dapur, Gadis itu melahap sepotong ayam bakar, terlihat dari sudut bibirnya yang sudah di penuhi dengan kecap. Wanita yang duduk di depannya hanya tersenyum simpul, "Pelan-pelan Bianca, makannya, nanti kesedak." Katanya sembari menyodorkan segelas air putih.

Pada AkhirnyaWhere stories live. Discover now