Prolog

75 7 1
                                    

Keluarga yang harusnya harmonis, ternyata hanya khayalan belaka bagi diriku, iya benar Aku, Aldhiana Ayu Wiraswasta, Anak dari keluarga Wiraswasta yang tidak pernah dianggap ada.

Peristiwa silam, membuat semuanya hancur berbeda. Buah hati yang harusnya dijaga, disingkirkan dalam kehidupan.

Sakit? Sungguh sangat sakit, hati anak mana yang tak sakit? Jika orang tuanya selalu menganggapnya tak ada? Hati anak mana yang tak sakit? Jika sejak kecil, orang tuanya ingin menyingkirkan dirinya.

Tidak ada yang menginginkan benar? Aku pun juga begitu, baiklah ini kisahku..

~~~

"Hehh, bangun lo" Gadis yang masih tertidur, harus terganggu karena suara teriakan dan tendangan di tubuhnya.

"Bentar Sofie, diriku sedang tidak enak badan" Ana menggigil kedinginan, namun Kakaknya, Sofie Queen Wiraswasta berteriak memanggil mamanya, Aura.

"Ma.. Ana gak mau bangun" Aura naik keatas dan masuk ke dalam gudang, kamar Ana bersama suaminya, Galang.

Galang yang melihat Ana masih bersantai, mengambil sapu dan memukuli anaknya.

"BANGUN KAMU ANAK TIDAK TAHU DIRI!" Ana meringis kesakitan, memohon ampun, sedangkan Sofie dan Daniel Arga Wiraswasta, abangnya hanya menonton sambil tersenyum.

Cepless..

Cepless..

Cepless..

"Paa.. ampun pa, sakit pa. Sakit" Ana memohon ampun kepada papanya.

"Itu hukuman karena kamu tidak menuruti perkataan anakku"

"Pa.. aku juga anak papa. Am..pun pa, sak..kit" Ana menangis, sedangkan papanya tetap memukuli dirinya.

"Masak pa.. aku udah bangunin lembut, dia malah nangkis tangan aku dan nyuruh aku keluar dari kamarnya" Adu Sofie, membuat Arga murka.

"Heh.. lo berani banget, nyakitin adik gue ha?!" Arga menjambak rambut adiknya, dan mendorongnya ke belakang, hingga kepala Ana terbentur tembok.

"Amm..pun bang, aku ga..ngapa-ngapain bang?" Ana meringis saat pusing di kepalanya mendera

"Jadi lo mau bilang kalau gue bohong?! Bang.. masak aku dibilang bohong" Arga menendang perut adiknya, dan tersenyum lembut kepada Sofie.

"Itu karena Lo udah bilang adik gue bukan pembohong!"

"Aaa.. Abang makasih, Abang baik deh. Sayang Abang" Sofie bergelayut di lengan Arga, sambil tersenyum bahagia mereka keluar dan turun kebawah.

Tes..
Tes..
Tes..

"Kapan aku merasa bahagia ya Allah? Ana sadar, kamu gak boleh nangis, kamu strong" Ana bangkit dan bersiap diri untuk pergi ke sekolah.

"Ma.. pa aku ke sekolah dulu ya" pamit Ana, dengan tersenyum miris.

Disana Ana melihat semua keluarganya tersenyum bahagia, tanpa ada dia.

"Hm" ucap papanya, sambil membaca koran, seolah Ana tidak ada di sana.

Ana berjalan ke sekolah, sambil menahan tangis yang ingin keluar. Langkah demi langkah terasa berat untuk dia, dia ingin berhenti dan berbalik lalu berteriak di depan muka orang tuanya, namun dia tidak memiliki kekuatan apa-apa.

Don't hate meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang