Bertemu?

54 5 0
                                    

Beduk adzan berkumandang, membangunkan gadis cantik yang sedang meringis kesakitan.

"Eng.. udah adzan ternyata" dia bangun dan beranjak keluar untuk mengambil air wudhu.

"Ehh.. pembokat, bawain gue susu hangat cepetan" Ana mengangguk mendengar perintah dari saudaranya, Sofie. Ana berwudlu setelah memasak air.

Setelah selesai, dia membuatkan susu coklat dan mengantarnya ke depan.

Byurr..

"Heh Lo mau bunuh gue? Ini itu panas oon!" Sofie menyiramkan susunya ke Ana, membuat ana menjerit kesakitan, karena luka yang belum kering terkena air panas.

"Aaaa!!! Panas kak! Sakit!" Ana menjerit, membuat seluruh ibunya datang menghampiri.

"Ada apa ini? Kamu Ana, mengapa berteriak seperti itu? Kamu kira ini hutan?!" Aura bukannya membela, memarahi anaknya.

"Ma..af ma..." Sofie memotong ucapan Ana.

"Maaf..maaf, liat ma. Aku kan nyuruhnya buat susu hangat, tapi cobak mama pegang ini susunya kan panas bukan hangat" Aura memegang gelas dan Murka.

"KAMU INGIN MEMBUNUH ANAKKU?! " Byurr..

Gelas tersebut dibuang ke tubuh Ana, hingga susunya tersembur semua dan gelas tersebut pecah mengenai tubuh Ana.

"Aaaa... Sakit!!" Ana berteriak kesakitan, namun Aura dan Sofie yang mendengar melenggang pergi ke dalam kamar.

"Ayo sayang ke kamar mama, mama habis beliin kamu sesuatu" Ana terduduk lemah, dan kakinya kembali mengenai kaca gelas.

"Sakit ini tidak ada apa-apa dibandingkan sakit di hatiku. Sakit ya Allah ketika melihat mama yang harusnya menjaga, malah membuat hati anak kesakitan" Ana bangkit dan membersihkan kaca tersebut.

Setelah selesai, dia pergi ke dapur mengambil p3k dan pergi ke kamar setelah berwudlu, sambil meringis kesakitan.

Ana melaksanakan sholat dhuhur dengan khusuk, dan berdoa dengan air mata yang berderai membasahi sajadahnya.

Ya allah
Tangis berderai berlinang air mata
Hati hancur karena suatu perbuatan
Haruskah hamba berteriak? Menyalahkan semua orang?
Atau hamba hanya pasrah kepada engkau sang maha penguasa?

Hamba mohon ya Allah bantu hamba, beri hamba kekuatan, beri hamba sebuah rasa penguat agar hamba tidak jatuh dalam keterpurukan.

Sakit! Hatiku sakit ya Allah
Hati anak mana yang tak sakit? Ketika orang tua yang harusnya menjaga, malah terus menyingkirkan.
Bantu hamba ya Allah.

Beri hidayah kepada keluarga hamba, agar hamba bisa disayang dan dijaga seperti selayaknya. Bukakan hati keluarga hamba...

Belum selesai Ana berdoa, abangnya, Arga datang dan menjambak rambut Ana hingga Ana meringis kesakitan

"APA MAKSUT LO BERI HIDAYAH BUAT KELUARGA SAYA? LO PIKIR GUE SAMA KELUARGA GUE JAHAT? MASIH MENDING GUE SAMA KELUARGA GUE GAK NGUSIR LO? TAPI DOA LO BURUK BANGET BUAT GUE SAMA KELUARGA GUE?!!" Arga murka dan mendorong Ana hingga tersungkur jatuh. Arga menendang perut Ana membuat Ana meringis kesakitan.

"Aaa..ampun kak, saakit" Ana memohon ampun kepada kakaknya.

"Ingat Lo! Gue bakal laporin ini ke papa sama Mama ntar. Ingat itu!!" Arga pergi setelah menginjak tangan Ana saat dia berjalan keluar.

"Saa..kit ya Allah. Saa..kit" Ana kembali pingsan, karena perutnya yang belum terisi ditendang oleh Arga, abang yang harusnya menjaga dia.

Hari sudah  sore, dan Ana terbangun saat jam menunjukkan pukul 4 lebih 30 menit.

Don't hate meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang