Aku terbangun dengan perasaan bingung saat melihat kejadian semua ini.
"Bag..bagaimana bisa?" Sungguh aku tidak percaya dengan semua ini, aku bangun dan berkaca dengan senyum gembira.
"Haaa.. ini beneran? Sumpah aku ga percaya, atau mungkin.. huaaa" aku beranjak dan bersiap-siap di kamar mandi.
"Shh.. au" masih terasa sakit semua luka ini ketika air membasuhnya, namun aku tetap tersenyum bahagia.
"Pagi.." sapaku ketika aku turun kebawah dengan tersenyum, namun seketika itu juga senyumku sirna ketika seluruh keluargaku kembali tidak menganggap.
Dengan lunglai aku berjalan keluar rumah, dan pergi menuju sekolahku tercinta. Sambil berjalan, aku terus merasa bingung dengan semua ini.
"Jika bukan mereka, lantas siapa?" Berperang batin antara otak dengan perasaan, sungguh melelahkan. Karena tak mendapat jawaban dari semua ini, aku akhirnya berhenti di depan toko untuk membeli Aqua gelas dari uang tabunganku yang ku dapat dari hasil bekerja.
Hidupnya selalu penuh dengan kesedihan, namun Ana tetap tegar dan kembali berjalan.
"Assalamualaikum" salam ana kepada teman kelasnya.
"Ana apakah kau tidak apa-apa?" Raut wajahnya khawatir, ya disinilah dia merasa bahagia. Di kelasnya, yang seperti surga bagi dirinya.
"Terimakasih ya Allah, setidaknya diriku masih bisa merasa bahagia disini" Ana tersenyum menenangkan.
"Aku tidak apa-apa, sudah jangan khawatir terhadapku" Mereka duduk dan mulai bercerita untuk membuat Ana bahagia.
Pelajaran berlangsung, dan Bel istirahat berbunyi.
"Ana ayo ke kantin" Lesti, sahabat Ana menghampiri bangkunya dan mengajaknya ke kantin.
Ana mendongak dan menjawab dengan lembut, sikap yang sangat disegani oleh teman kelasnya.
"Tidak usah, aku hanya ingin tidur" Ana tersenyum, setelah mengangguk Lesti bersama temannya yang lain pergi.
15 menit kemudian, seseorang menyodorkan dua buah bungkus roti isi coklat beserta susu kotak kepada Ana. Ana mendongak, dan mengernyit bingung.
"Buat aku?" Rafi mengangguk.
"Iya, aku tadi dititipin seseorang untuk kamu" Rafi berjalan kembali ke bangkunya, Ana yang tertinggal melamun memikirkan siapa yang memberinya.
"Siapa yang memberiku ini? " Ana melihat terdapat kertas qoutes di atas susu kotaknya, dia mengambil dan membaca
Untuk kamu
Gadis tegar dalam mimpiku
Gadis tegar yang selalu tersenyum
Walau masalah sebesar apapun menimpamu, kau tetap tersenyum!-S-
Ana mengernyit bingung saat membaca isi dalam kertas tersebut.
"S? Siapa s?"
"Ciee Ana dapat surat cinta" Ana terkejut saat mengetahui temannya ada di sini.
"Cie..cie ana" Lesti tersenyum menggoda, Rasti bersiul menggoda sedangkan yang lain tertawa.
"Apaan sih?! Aku aja gak tau siapa pengirimnya" Ana kesal terhadap teman-temannya ini.
"Widiww.. Ana ada penggemar rahasia" Vina Tertawa mengejek, setelah itu mereka tertawa. Ana menatap makanannya dengan khawatir.
"Udahlah makan aja gak mungkin juga kamu dikasih racun!" Ana menghela nafas pelan dan mulai memakan makanannya. Setelah selesai, bel masuk berbunyi membuat anak-anak kembali duduk di bangkunya.
"Siapa dia?" Gumam Ana sambil menatap jendela, setelah itu dia kembali menoleh ke depan karena guru masuk ke dalam kelas.
Bel pulang berbunyi, Ana berjalan pulang dengan keadaan riang.
"Guru bilang orang tua harus ambil rapot! Doakan saja mama sama papa mau ngambil dan gak nyuruh istri pak Ujang lagi buat ngambil. Aku mohon ya Allah kabulkanlah, sekali saja" Doa Ana saat di perjalanan.
"Dia berbeda, dia istimewa. Maafkan aku belum bisa datang sekarang!" Sosok tersebut pergi dengan tersenyum pedih, mata legam miliknya teduh dan mulai berkaca-kaca, karena dia telah gagal menjaga gadisnya.
Ana telah sampai di rumahnya, setelah mengucapkan salam dia masuk ke dalam.
"Ma.. Besok mama mau kan ngambil rapot Ana?" Ana menghampiri mamanya yang sedang duduk di sofa.
"Ga bisa, mama sibuk!" Ketus Aura. Sofie yang baru sampai berteriak memanggil mamanya.
"MAMAAA.. SOFIEE PULANG!" Sofie menghambur ke pelukan mamanya, yang disambut hangat oleh Aura.
"Ma.. besok mama ngambil rapot Sofie kan?" Aura tersenyum melihat kelakuan putrinya yang sangat manja.
"Pastinya dong, besok mama cancel meeting mama untuk anak mana yang cantik ini" Ana yang melihat hanya tersenyum pedih dan berjalan ke kamarnya, yang tidak dirasakan oleh kedua orang tersebut.
"Sebegitu buruknya kah diriku?" Ana turun setelah berganti baju dan berjalan ke belakang rumah.
"Mang Ujang" mang Ujang yang dipanggil menoleh dan tersenyum hangat.
"Ada apa non?"
"Emm.. bisa gak Ana minta bantuan lagi" Mang Ujang yang sudah mengetahui maksud majikan kecilnya ini tersenyum dan mengangguk, membuat Ana tersenyum bahagia.
"Makasih mang, yaudah Ana keatas dulu.. bye" Mang Ujang tersenyum pedih melihat majikannya ini.
"Kapan kamu bahagia non?" Di sebrang sana terdapat sosok laki-laki yang menggeram marah.
"Dia milikku! Tidak boleh ada laki-laki yang mendekatinya termasuk siapapun!" Aura pesosif begitu terlihat dalam dirinya, setelah itu dia pergi dengan beribu kekesalan.
"Jalan!" Perintahnya kepada supir untuk menjalankan mobil agar segera pulang.
°°°°
Leora23_
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't hate me
Teen FictionDisayangi dan dicintai adalah setiap keinginan semua orang, lantas bagaimana jika kalian dibenci dan dikucilkan karena masa lalu? Kalian yang harusnya disayangi sejak kecil, malah dihina dan ingin disingkirkan? sakit? sangat sakit! Aldhiana Ayu Wir...