Ujian (?)

181 4 0
                                    


"Fatma!" Aku melambaikan tangan ke arahnya sesaat Ia keluar dari gerbang Sekolah. Wajah yang biasanya akan terseyum lebar saat pulang sekolah itu, terkesan murung. Bahkan saat mendekatiku, Ia hanya terseyum seadanya lalu menyalimi tanganku.

"Adek abang yang cantik ini, kenapa?" tanyaku sambil mengambil tas biru mudanya lalu memakaikannya di depan badanku.

"Panas, Bang," jawabnya singkat sambil berusaha naik ke atas motorku. Maklum, berbagai peralatan jualan buburku, menempel di belakang motor tua ini. Membuatnya memang terlihat seperti Gerobak Motor dan cukup sempit untuk dinaiki oleh dua orang. Tapi, apa boleh buat? Hanya ini satu-satunya peninggalan Almarhum Bapak untuk kami.

Aku mendongak merasakan matahari yang entah kenapa semangat sekali menyakiti kulit dan menyinari jalanan. Panas memang. Tapi, ini Bekasi. Dimana suhu Matahari sangat panas disetiap harinya. Ah, Masa sih, Cuma karna panas doang?

"Yaudah, Abang traktir Es Kelapa mau?" Aku melirik spionku untuk melihat raut wajahnya. Wajahnya bahkan lebih murung dan lecek daripada kaos kucelku.

"Boleh..." jawabnya dengan ekspresi wajah yang sama.

***

"Bayu, kamu cuci piringnya ya, Ibu mau berangkat ke rumah Bu Yus." Ibu menyuapkan sendok terakhirnya ke mulut.

Aku hanya mengangguk sambil mengunyah makanan yang ada di mulut.

"Kamu ujian kapan Fatma?" tanya Ibu tiba-tiba pada Fatma.

Wajah Fatma yang tadinya murung, kini malah berubah menjadi pucat. "U-ujian apa, Bu?"

"UN itu lho.. kamu kelulusan SMP..."

"I-itu Bu, Sebulan lagi...." Fatma menjawab tanpa memandang wajah Ibu seperdetik pun. Wajahnya Ia tenggelamkan dalam-dalam.

"Oh.. Iya... Belajar ya kamu. Kamu satu satunya harapan Ibu buat sukses. Kamu pinter. Kamu harus lulus dan lanjutin sekolah sampai—"

"Iya, Bu." Fatma memotong kata kata Ibu dengan berdiri dari kursinya secara tiba-tiba. "Fatma masuk kamar dulu. Mau belajar" lalu berlari ke kamar dan langsung mengunci pintunya.

Ibu kaget. Akupun kaget. Ada apa dengan Fatma? Kenapa Ia bisa berperilaku seperti itu?

"Apa-apaan anak itu? Ibu lagi bicara, malah kabur gitu aja." Ibu menghela nafas panjang.

"Emm.. Yaudah Ibu berangkat aja dulu. Nanti Bayu yang bilangin ke Fatma." Aku berusaha menenangkan Ibu. Padahal, aku sendiripun tidak tenang. Ada apa dengan Fatma?

***

Pintu kamar Fatma berdecit meski sudah berusaha kubuka dengan pelan agar tak menimbulkan suara. Mendengar itu, otomatis Fatma yang sedang bergelung di kasur, menengok ke arahku. Wajahnya sembab ternyata. Habis menangiskah?

"Utututuutuuu cayangg.... Fatma kenapa?" Aku berjalan mendekatinya. Berusaha bercanda meski sesungguhnya aku khawatir

"Abang pergi aja, deh. Fatma lagi mau sendirian." Usirnya. Meski tau aku tidak akan mundur semudah itu.

"Kenapa sih? Kok nangis? Diputusin pacar?"

Fatma tersentak tertawa mendengarnya. "Ihh..apaansih.. udah sana pergiii" kali ini, ia membekap wajahnya dengan guling.

Puisi, Sajak dan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang