Cinta

91 6 0
                                    

Namaku Cinta. Disini aku ingin menceritakan tentang pengalaman ku saat mengikuti perayaan kelahiran R.A Kartini di sekolah. Yang diselenggarakan pada hari Senin, 23 April. Kenapa tidak merayakan pada hari 21 April? Bukannya itu hari kelahirannya?

Karena tanggal 21 April hari Sabtu dan sekolah telah menerapkan sistem full day, jadi otomatis pada hari tersebut libur. Dan oleh sebab itu sekolah tidak merayakan tepat pada harinya.

Lomba yang diadakan oleh sekolah antara lain :

1. Menggambar ( 1 orang)

2. Paduan suara ( 5 orang)

3. Puisi (1 orang)

4. Fashion show (1 orang)

Dan aku mengikuti langkah lomba menggambar. Awalnya aku tidak percaya diri tentang kemampuan menggambarku. Tapi karena teman-teman sedikit memaksa, akhirnya aku mengikuti kegiatan tersebut.

Gugup? Tentu saja. Walaupun tidak dilihat oleh orang banyak tapi diawasi oleh orang 'kan lebih gugup. Menurutku itu juga.

Hari Senin aku bangun kesiangan dengan tergesa-gesa menyiapkan peralatan untuk menggambar. Karena malamnya aku tidak menyiapkan segala keperluan untuk besok. Akhirnya bolak balik kamar mencari buku gambar yang entah disimpan dimana olehku.

Semua tergesa-gesa aku lakukan dari mandi cuma 3 menit, makan dengan cepat sampai tersedak. Alhasil aku dimarahi oleh ibuku.

Pukul 7 akhirnya aku sampai dikelas. Teman-temanku yang lain sudah ada di kelas dengan baju licin yang baru disetrika.

"Assalamualaikum," salamku pelan saat memasuki kelas.

"Wa'alaikumsalam," jawab anak cewek di kelas. Kalo murid cowok di kelasku ada di teras.

"Woy gua cuma bawa buku gambar. Itu geh udah lepek kayak uang kertas yang kena keringat," ujarku seraya menaruh tas di kursi milikku yang ada di paling depan.

Sarah. Teman sebangku membalikkan badannya. "Gapapa. Yang penting ada. Bikin gambar sketsa aja jangan di warnai."

"Oke." Aku pun mendesah lega mendengarnya.

"Ayo ke lapangan. Upacara," titah Bu Dian di depan pintu kelas saat aku hendak duduk.

Otomatis kami langsung berdiri dan merapikan pakaian. Bu Dian memang terkenal dengan kegalakkannya jadi dengan reflek kami merapikan diri.

"Iya nanti," ucap Lala.

Selepas Bu Dian pergi kami pun melangkah pergi juga menuju lapangan. Di koridor sudah banyak siswa yang berjalan menuju lapangan dengan santai tanpa mempedulikan upacara yang akan di mulai sebentar lagi begitu pula dengan kami.

Upacara dilakukan dengan hikmat. Semua petugas upacara semua perempuan karena khusus untuk memperingati hari lahirnya R.A Kartini.

Tapi pada saat mengheningkan cipta air hujan mengguyur lapangan . Para peserta upacara mengucapkan keluhan.

"Hujan! Hujan!"

"Bubarkan!"

"Wah Cinta, hujan. Hore!" ujar Lala disampingku.

"Seneng amat."

"Haruslah."

"Kenapa?" tanyaku, "Biar cepet ke kelas he-he-he"

Dasar. Aku tertawa mendengar ucapan Lala

Tapi memang benar upacara di hentikan kami di suruh mencari tempat teduh di teras kelas ataupun kantin. Lapangan upacara kami dekat kantin. Untuk beberapa menit kami berteduh, tapi pak Budi Santoso Wakasek Kesiswaan menyuruh kami untuk menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini. Dan kami pun langsung menyanyikannya dengan di pandu oleh dirigen.

--------

Aku melangkah meninggalkan teras kelas 12 IPS 5. Kembali ke kelas untuk mengambil peralatan menggambar.

Lomba menggambar diadakan di kelas atas tepatnya kelas 12 IPA 2. Ternyata lombanya di pisahkan antara kelas 10 dan kelas 11. Karena aku klas 11 akhirnya menempati kelas tersebut.

Awal aku menggambar hanya coretan tanpa arti karena bingung mau menggambar apa. Tapi setelah di beritahu aku pun langsung menuangkan imajinasiku dalam kertas putih.

Tiap goresan pensil tertera disana. Gambar yang aku gambar mungkin sedikit melenceng dari tema event sekarang. Yang aku gambar malah seorang siswi yang menjadi MC acara. Karena saking bingungnya aku. Tapi tidak apa-apa setidaknya aku memiliki keberanian batinku.

Setelah 2 jam berlalu akhirnya aku menyerahkan hasil gambar yang ku buat. Menaruh di meja guru dan pergi tanpa pamit. Saking pengen cepet-cepet selesai.

Di kelas MIPA 5 aku duduk dengan kaku.

"Gimana lombanya?" tanya Wita.

"Ancur. Gua ngegambar abstrak."

"Bagus, bagus."

"Sialan. Seharusnya jangan gua yang ikut lomba."

"Cinta, lu ga perlu kesel setidaknya lu udah berusaha."

Ucapan bijak Wita tidak membuatku merasa tenang. Tapi yah walaupun begitu akhirnya aku mengerti bahwa mencoba dulu jangan bilang gak bisa. Karena, setiap ucapan yang kita ucapkan akan memberi dorongan untuk kita melakukan hal tersebut.

---ooo---

karya 

Puisi, Sajak dan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang