Apakah aku terlalu bodoh untuk bermimpi?
Mungkinkah dunia ini sebegitu kejam padaku?
Satu kebohongan akan membuatmu menangis. Dan air matamu akan jatuh dari langit menuju ke samudera.
Aku tahu, begitu banyak kesalahanku yang bahkan tidak bisa kuhitung lagi
Satu adalah ketika aku menggenggam tanganmu
Dan yang lain ketika aku memilih untuk hidup dan bernafas bersama denganmu
(karena aku baru menyadari, bernafas bisa menyakitkan seperti ini saat kau tidak disisiku)
.
.
.Atsushi Murasakibara pernah patah hati sebelumnya. Ketika Tatsuya Himuro pergi meneruskan kuliah di Amerika, ia memilih untuk menyudahi hubungan yang sudah terjalin tiga tahun.
Hatinya tidak kuat untuk hubungan jarak jauh, sungguh
Maka dari itu, ketika ia melihat Seijuurou pulang dengan mata merah sembab, senyum kosong dan racauan kemana-mana, ia tahu bahwa sahabatnya tengah menderita patah hati stadium dua.
Apalagi mendengar himbauan Shintarou mengenai satu kata yang tabu untuk di ucapkan ketika bertemu dengan Seijuurou, yaitu Tetsuya.
Atsushi tidak pandai menghibur dengan kata-kata. Tidak pula punya hobi yang sama dengan Seijuurou. Maka ia memilih langkah lain.
.
Seijuurou terbangun tengah malam dengan migrain yang menyerang hebat. Kerongkongan terasa kering dan panas, maka diputuskannya untuk turun ke dapur dan mengabaikan sakit kepala yang mendera.
Sesampainya di dapur segera saja tangan kokoh itu menggapai-gapai gelas, menuangkan air buru-buru dan menghabiskannya dalam satu tegakan. Terus berulang sampai tiga kali.
Merasa sedikit terobati, ia mendaratkan bokong pada stool dan menghela nafas berat. Sepertinya mengkonsumsi satu botol absinthe yang dipadukan balok gula berefek buruk baginya. Bukannya menghilangkan galau yang melanda, kini badannya terasa setengah melayang.
Mata rubi itu bergerak-gerak gelisah, namun mendadak fokus ketika melihat apa yang tersaji di hadapan. Segera ia berdiri.
Kami-sama, jangan janganー?
"Ah, Akachin, kau sudah bangun rupanya," si bongsor muncul dari koridor, masih sibuk menarik resleting celana, tampaknya habis menyelesaikan panggilan alam.
Buru-buru Seijuurou menoleh, hanya untuk menyambut kekecewaan. Rasanya seperti diterbangkan tinggi-tinggi, lalu di lempar kuat ke bawah.
"Apaーini?" tanya Seijuurou serak.
Atsushi sedikit mengerutkan kening, lalu memandang objek yang ditunjuk oleh sahabatnya.
"Itu? Itu kubuatkan spesial untuk Akachin," jelasnya.
"Untukku?"
"Um, iya?" Pria berambut ungu tampak kebingungan. Pasalnya ia sudah mengikuti himbauan Shintarou untuk tidak menyebut satu nama tabu, tapi mengapa justru wajah Seijuurou kini tampak semakin pucat?
"Kau membuatkanku kukis vanilla, pudding vanilla dan susu kocok?"
Atsushi menggaruk perutnya yang gatal. "Akhir-akhir ini kau tampak buruk. Aku tidak ingin melihat Akachin seperti orang asing begini. Lagipula aku tidak pintar ngomong seperti Midochin. Jadi untuk menghiburmu akuーheeee?"
Atsushi Murasakibara mendadak panik.
"Kau menangis Akachin???? Akachiiiin????"
Dan sampai saat ini Atsushi masih belum sadar sudah menjadikan patah hati stadium dua Seijuurou naik pangkat menjadi stadium empat.
.
.
.Kicau burung membangunkan tuan rumah dari mimpi buruk. Seijuurou terengah-engah, dan langsung memilih untuk mengambil posisi duduk.
Matahari tampak mulai tinggi, ia mengerjapkan mata yang tampak bengkak dan perih.
Akhir-akhir ini kau tampak buruk
Seperti bukan Seijuurou Akashi yang ku kenal selama ini
Kalimat itu sering didengarnya dari Shintarou, dan semalam Atsushi mengulangnya lagi.
Sejelek itukah kondisinya saat ini?
Usai menghabiskan waktu selama lima belas menit hanya untuk melamun-mengerjap-melamun lagi, pria tampan itu mengambil remot AC dan mengecilkan suhunya sampai titik terendah.
Ia menarik selimut, dan kembali bergelung di dalamnya. Hari ini hari ketiga dirinya cuti dari hingar bingar kantor.
Yang Seijuurou butuhkan adalah mendinginkan mata yang terasa panas, mendinginkan pikiran yang berantakan, dan membekukan hati kosong.
.
.
.Kamar apartemen ini terasa sedikit lebih besar dari biasanya.
Seperti hatiku yang terpisah, ada ruang hampa di dalamnya.
Setiap detik, setiap momen, terus dan terus bertambah
Jika saja aku dapat menghabiskan waktu denganmu...
KAMU SEDANG MEMBACA
Won't Stop, Don't Stop ✔
FanficMasing-masing dari mereka hanya berharap untuk tidakー ーjangan berhenti mencintai.