meeting up [1]

1K 150 25
                                    

[lower case intended]

 

demi berjalan melewati tikungan di koridor sekolah yang sepi. gadis itu sungguh berharap ia bisa menghilang dari muka bumi sekarang juga hanya untuk menghindar dari victoria clearwater—dan terutama niall horan. demi sungguh tidak ingin bertemu dan bertatap wajah dengan niall kembali.

masalahnya dengan victoria tidak akan pernah timbul jika niall tidak selalu mengirimkannya pesan singkat. seharusnya, victoria sadar diri karena ia bukanlah kekasih niall. dan niall pun juga harus menyadari bahwa ia bukan kekasih demi lagi dan ia tidak memiliki hak untuk bertingkahlaku seperti niall masih berstatus sebagai kekasih dari seorang demi lovato.

demi menundukkan kepalanya untuk melihat jam tangannya. ternyata masih ada waktu sepuluh menit lai sebelum kelas sejarah dimulai. maka dari itu, demi pun mengubah haluannya ke arah kantin untuk mengisi perutnya yang kosong karena tidak sarapan pagi tadi. lagi pula, demi tidak ingin berada di kelas lebih dulu karena ia tahu betul seseorang telah menunggunya di sana.

demi tahu diana selalu menunggunya selama beberapa hari ini hanya karena ingin meminta maaf kepada demi atas kelancangannya beberapa hari yang lalu: memberi tahu niall bahwa demi menangis. dan diana (sebagai sahabat demi), merasa sangat bersalah dan demi tahu hal itu. hanya saja, demi membutuhan waktu untuk sendiri.

atau setidaknya, demi membutuhkan waktu untuk kembali menyusun kepingan kepercayaan yang sudah hancur. tidak ada lagi yang bisa dipercaya sekarang.

gadis yang memiliki rambut berwarna pirang kemerahan itu sedikit membanting tatakan yang dibawanya ke atas meja tempatnya makan. demi merasa kesal secara tiba-tiba. dan demi sengaja mengeluarkan kekesalannya di kantin itu karena tidak ada siapapun di sana. benar-benar tidak ada siapapun. hanya demi seorang diri, dan seorang penjaga kantin yang kini sudah tidak terlihat lagi batang hidungnya.

demi kemudian menusuk daging asapnya, memotongnya dengan tidak sabaran dan memasukkan daging potong itu ke dalam mulutnya. tanpa menunggu dagingnya habis terlebih dulu, demi kemudian meneguk jus jeruk yang dibelinya dan menghabiskan setengah dari isinya. itu memang kebiasaan demi: menghabiskan minuman bahkan sebelum makanannya disentuh.

ketika demi sedang asyik makan dan berusaha untuk tidak memikirkan masalah dan hal berat apapun, seseorang datang secara tiba-tiba dan duduk di hadapannya. demi mendongak dan sedikit terkejut ketika melihat siapa yang mendatanginya: niall horan.

niall tidak merespons apapun. wajah datarnya yang terkesan dingin membuat demi merasa ingin muntah. lantas gadis itu pun membersihkan sekitaran bibirnya dengan tisu dan menjangkau gelas plastik berisi jus jeruknya. tanpa berpikir panjang, demi bangkit berdiri dan hendak meninggalkan niall tanpa sepatah katapun.

"demi, please sit down," ucap niall akhirnya.

"aku memiliki kelas sejarah."

"seriously, demi?" respons niall, berdiri dan berjalan ke hadapan demi yang langsung membuang wajahnya dari niall dan menghindari tatapan laki-laki beriris biru itu. "kamu ingat, kan, hari ini sekolah kita ngadain pentas seni? nggak ada kelas satupun."

demi terdiam, bingung ingin menjawab apa dan sesungguhnya ia pun tidak ingin berbicara dengan niall.

"i told you."

"apa?"

"aku udah bilang sama kamu kalo kita perlu bicara langsung." ujar niall kemudian, melembutkan nada suaranya. "demi, duduk. aku mohon."

mengalah, sebuah suara di lubuk hatinya berkata. lantas, demi pun mengikuti perkataan niall dan duduk di hadapan laki-laki itu. gadis itu menundukkan wajahnya, berpura-pura ingin memainkan jus jeruknya.

"demi, aku minta kamu jujur sama aku," ucap niall. "kamu nggak kenapa-kenapa?"

"kenapa aku harus jujur?"

"demi, jawab aja apa susahnya, sih?"

demi menggeram pelan. gadis itu mengangkat kepalanya dan menatap niall. "kenapa kamu nanya aku kenapa, niall? kenapa kamu nggak nanya sama diri kamu aja kalo kamu itu kenapa?"

"maksud kamu?"

demi berdecak. "kenapa kamu harus ngurusin urusan aku? kamu beneran nggak sadar kalo kamu bukan kekasih aku lagi, niall? kenapa kamu harus sms aku tiap harinya?"

"aku nggak tau," ucap niall singkat, mengarahkan pandangannya ke bawah dan menghindari tatapan demi. "aku juga nggak ngerti kenapa aku harus melakukan hal itu semua, demi. kamu bener. ada sesuatu yang salah dari diriku dan aku nggak pernah tau hal itu apa. aku nggak pernah tau ada hal apa yang salah di dalam diriku sampe-sampe aku harus nge-sms kamu setiap harinya."

"niall," demi berucap pelan, membuat niall kembali menatapnya dengan tatapan yang lembut, "aku kadang berpikir kalo kamu masih cinta sama aku dan masih mengharapkan aku lagi karna semua yang kamu lakukan selama ini."

"aku nggak yakin."

demi menghela napasnya. "ya, aku juga gitu. jadi, nggak ada yang bisa dilurusin sekarang karna semuanya udah membingungkan."

"tapi gimana dengan kamu? kamu masih cinta sama aku?" tanya niall kemudian.

demi menggigit bibir bawahnya. kemudian, gadis itu berkata, "tidak. tidak sama sekali."

melihat niall yang tidak merespons apapun lagi, demi lantas bangkit berdiri. "jadi, niall, aku minta kamu buat berhenti nge-sms aku. aku mohon banget. dan, uh, jangan bertingkah seperti kamu itu masih pacar aku."

niall mengangguk. demi kemudian berjalan menjauhinya. "oh, demi!" panggil niall kemudian, membuat demi menoleh ke belakang dan menunggu perkataan niall selanjutnya. "masalah victoria, aku akan meluruskannya dan menjamin kamu nggak akan tersakitin lagi."

demi mengangguk, "makasih."

dan gadis itu berjalan dengan cepat dan keluar dari kantin itu.

___

NO THE HELL THIS IS NOT THE END OF THE STORY :D

Something WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang