[bahasa: formal]
karna lebih enak dibaca.Demi menutup ponselnya dan memasukkan benda kecil itu ke dalam kantong jas almamaternya. Menghela napas panjang, akhirnya gadis itu pun bangkit berdiri dari kursi pribadinya dan berjalan meninggalkan ruangan kelasnya untuk menemui Niall di loteng. Ada-ada saja, pikir Demi. Memangnya pertolongan apa yang dibutuhkan Niall di atas loteng? Pertolongan untuk menangkap tikus-tikus loteng?
Sebenarnya, Demi tidak benar-benar takut untuk melewati jalan menuju ke loteng sekolah. Hanya saja, Demi terlalu malas untuk berjalan ke loteng. Dan ditambah lagi banyak binatang-binatang aneh yang ada di loteng itu. Ugh, membayangkannya saja Demi sudah geli. Apalagi melihat secara langsung? Tapi, semoga saja Demi tidak bertemu dengan binatang-binatang itu nantinya.
Demi sendiri tidak tahu apa yang membuatnya bisa mengalah kepada Niall dan menuruti cowok itu untuk datang kepadanya yang berada di loteng sekolah. Yang ia tahu, akhir-akhir ini Demi sering merasa gembira ketika Niall menghampirinya di sekolah atau sekedar menyapanya. Bahkan dengan ulasan senyuman yang diberikan Niall saja mampu membuat Demi seakan tersihir dan ingin meledak. Demi tidak dapat menahan senyumannya.
Demi tahu ia sudah pernah merasakan hal itu. Demi pernah merasakan bagaimana ia mencintai Niall dulu. Demi juga pernah merasakan cinta yang diberikan Niall kepadanya. Namun, perasaan itu pun sempat mati. Tapi, anehnya, Demi merasakan lagi perasaan itu. Dan kali ini, perasaan itu lebih kuat dari yang dahulu. Seperti Demi tidak ingin melepaskan Niall kembali.
Demi bukan gadis munafik. Ia memang masih mencintai Niall.
"Hei," Demi menyapa Niall yang sedang duduk di jendela loteng ketika ia sudah sampai di atas loteng. Gadis itu melihat ke sekelilingnya dan tidak menyangka loteng sekolahnya sudah bersih. Padahal biasanya loteng sekolahnya itu adalah tempat terkotor yang pernah ditemuinya di sekolah. "Niall, mengapa loteng ini menjadi bersih?" tanya Demi penasaran dan berjalan mendekat kepada Niall yang masih saja menoleh ke luar jendela.
"Astaga, aku berbicara kepada sesuatu yang tidak akan pernah berbicara." Ucap Demi ketika Niall tidak meresponsnya. Gadis itu kemudian mendekat kepada Niall lagi dan memperhatikan wajah Niall yang sedikit berkeringat. Melihat hal itu, kedua alis Demi bertaut. "Jangan berkata bahwa kaulah yang membereskan semua ini."
Niall menoleh kepada Demi, masih dengan wajah datarnya dan tidak berkata apapun selain memberikan Demi selembar tisu yang ada di tangannya.
"Apa ini?" tanya Demi ketika ia menerima tisu itu.
Niall tidak menjawab apapun. Ia hanya menunjukkan wajahnya yang berkeringat dan memutar jarinya sebagai sebuah isyarat untuk Demi. Akhirnya, setelah beberapa detik berpikir, Demi pun mengerti apa maksud Niall dan tertawa kecil.
Demi kemudian mengambil tempat di samping Niall dan membersihkan keringat-keringat Niall dengan selembar tisu yang diberikannya barusan. Demi merasa jantungnya berdebar dengan sangat kencang ketika wajahnya dan Niall hanya berjarak beberapa centimeter. Demi bahkan dapat merasakan napas hangat Niall yang memburu karena lelah.
"Mengapa kau menyibukkan dirimu dengan membersihkan loteng ini, Niall?" tanya Demi, mengalihkan perhatiannya yang terpusat di wajah Niall. Gadis itu sedang berusaha menormalkan kembali detakan jantungnya. "Kau tentu tahu ini adalah tugas pembersih sekolah. Lihatlah, kau sendiri yang menjadi lelah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Wrong
Fanfiction"Kamu berubah." "Siapa yang peduli?" Niall dan Demi sudah putus karena Niall mengakhiri hubungan mereka. Tapi anehnya, Niall masih selalu saja mengirimkan pesan singkat untuk Demi. Demi menjadi kesal karenanya, apalagi karena itu dia selalu menjadi...