Pertemuan

3.3K 228 31
                                    

Gracia berteriak ketika melihat 2 garis merah di test pack yang sedang di genggamnya. Perlahan ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, menangis sesenggukan meratapi nasibnya.

"Cowo berengsekkkk" Umpat Gracia.

Gracia keluar dari kamar mandi dengan wajah dan rambut acak acakan. Ia mengambil tasnya kemudian keluar tanpa memperdulikan penampilannya yang tak karuan.

*
*

Ting Tong Ting Tong

Gracia memencet bel sebuah apartemen berkali kali.

Cklekkk

Buggg

Gracia memukul tepat di wajah pria yang masih menggunakan piyama tidur.

"Ehhh.. Ada apa ini? Apa yang anda lakukan pada suami saya?"

Pekik seorang wanita dari dalam apartemen.

Gracia membulatkan matanya mendengar kata "suami" dari mulut perempuan yang kini tengah membantu laki laki yang membuat Gracia frustasi untuk berdiri.

Gracia menyeringai kecil. "Suami? Pria berengsek yang anda sebut suami ini telah menghamili saya"

Wanita itu terkejut begitupun dengan sang pria. "Sayang itu ga benar. Cewe ini cuma cewe murahan. Orang gila ga jelas" Ucap sang pria.

"Apa lo bilang?" Gracia hendak melayangkan bogeman ke wajah pria itu. Namun sebuah tangan lain menghentikan pergerakan tangan Gracia.

Gracia menatap sang tersangka. "Lepasin!" Gracia meronta ronta.

"Kamu ga boleh berlaku kasar sama orang lain, meskipun orang itu salah" Ucap gadis itu dengan tatapan meneduhkan.

Gracia terdiam. Tangan gadis itu membelai pipi Gracia. Ia melepas tangannya dari tangan Gracia, kemudian melangkah masuk ke dalam apartemen.

"Arrrgggghhh" Pekik pria dari dalam apartemen. Ia tampak mengusap usap tulang keringnya.

Gadis itu kembali berbalik, lalu menuntun Gracia untuk masuk.

"Apa yang kamu lakukan? Ini rumahku. Bisa bisanya kamu membawa masuk orang lain tanpa seijinku"

"Apartemen ini milik Papa" Ucap gadis itu datar.

"Shani!"

"Kamu duduk di sini. Aku akan membuatkan kamu minum"

Entah bagaimana, Gracia hanya mengangguk dan menurut. Mungkin ia tengah gila sekarang.

"Shani!" Pria itu berlari ke arah Shani.

Shani tidak mempedulikan panggilan pria yang merupakan Kakak kandungnya itu. Ia sibuk membuatkan segelas susu coklat untuk tamu sang Kakak.

"Shani! Kamu . . ."

"Kakak diam atau aku akan mengadukan ini pada Papa dan Mama"

Mulut Pria itu bungkam seketika.

Shani melangkah lebar, meniggalkan Kakaknya.

"Diminum dulu" Ucap Shani, menyerahkan sebuah susu coklat hangat di tangannya.

Gracia mengerutkan keningnya. "Susu?" Tanyanya.

Shani hanya mengangguk.

Gracia semakin terheran heran dibuatnya. Bukankah biasanya tamu akan disuguhkan teh atau kopi? Kenapa ini malah susu coklat? Iya sii tampangnya memang unchh.. tapi bukan berarti dia itu anak kecil yang bahagia dan lupa segalanya kalau diberi susu coklat.

Meskipun dalam hati Gracia bertanya tanya. Namun tangan Gracia mengarahkan gelas berisi susu coklat itu ke mulutnya.

"Uhukkk uhukkk uhukkk"

JikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang