Sudah satu minggu lamanya Shani tidak bisa menemukan Gracia dimanapun. Gadis itu menghilang.
Shani mulai merasa resah. Shani mulai merasa takut. Ia tau bahwa Gracia mungkin saja merasa hubungan ini tidak lazim. Mungkin Gracia merasa jijik padanya.
Bukankah Shani tidak pernah bertanya pada Gracia, apakah gadis mau bersamanya? Yang Shani lakukan hanya berjanji untuk menjaga Gracia. Ya... Mungkin itu adalah kesalahan terbesarnya.
Nafas Shani mulai tak beraturan. Mungkin ia sudah berlari lebih dari 5 jam hanya untuk mencari Gracia di pasar malam.
Setelah hubungannya dan Gracia berjalan 3 bulan lamanya. Shani mengetahui banyak hal tentang Gracia. Bagaimana gadis itu sebenarnya amatlah manja dan menggemaskan.
Gracia sangat suka keramaian, berbeda dengannya yang tak suka keramaian.
Ge kamu dimana? batin Shani.
Shani berusaha mengingat ingat tempat yang mungkin saja akan Gracia datangi.
"Kakak, Sinyo mau itu" Rengek seorang anak kecil pada Kakaknya.
Sang Kakak berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan tinggi bocah kecil itu. "Yang mana Dek?"
"Itu Kak. Sinyo mau bintang fosfor itu buat di pajang di langit langit kamar"
Deggg
Shani terdiam sejenak. Jangan jangan . . . .
*
*Panti Asuhan K3Luarga
Shani menghela nafas lega ketika ia melihat Gracia tengah duduk menatap dinding berlukiskan langit bertabur bintang.
Lukisan itu adalah lukisan tangan Shani. Gracia pernah berkata bahwa ia ingin melihat bintang dari dekat, jadilah Shani berinisiatif untuk melukis di dinding itu. Tidak hanya itu. Agar terlihat nyata, Shani bahkan menempelkan bintang fosfor di atas bintang lukisannya.
"Diminum dulu teh hangatnya Nak Gre" Ucap seorang wanita paruh baya, seraya meletakkan nampan berisikan teh dan biskuit di samping Gracia.
Gracia tersenyum kecil. "Terima Kasih Bu. Maaf seminggu ini saya merepotkan Ibu? Padahal ibu harus mengurus anak anak" Ucap Gracia lirih, wajahnya berubah muram.
"Saya tidak merasa di repotkan Nak Gre. Saya malah merasa senang Nak Gre ada di sini. Setidaknya ada yang membantu saya mencuci piring" Canda wanita itu.
Gracia terkekeh. Ia memeluk tubuh wanita itu dari samping. "Sekali lagi terima kasih Bu. Saya akan kembali, jika . . . "
"Jika apa?" Suara lembut nan tegas milik Shani, mengatupkan mulut Gracia.
Gracia kembali ke posisi awalnya. Duduk diam menatap dinding. Ia tidak berani menoleh ke belakang.
"Loh? Ada Nak Shani"
Shani tersenyum kecil.
"Ayo duduk di sini" Ucap wanita itu memberikan tempat yang ia duduki untuk Shani.
"Terima Kasih Bu?" Ucap Shani.
Wanita itu tersenyum lalu berlalu pergi. Ia tau kedua perempuan itu butuh waktu untuk bicara empat mata.
"Kenapa pergi?" Tanya Shani selembut mungkin.
Gracia tidak merespon.
Shani menatap langit tanpa bintang. "Kamu tau . . . Kadang aku merasa iri pada langit"
Tanpa sadar Gracia ikut memandang langit di atasnya. Langit hari ini kosong. Tidak ada satupun bintang yang nampak. Membuat warnanya lebih gelap dari biasanya.